Bagaimana pendapatmu tentang jajanan sekolah

Lihat Foto

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Murid-murid SD membeli jajanan saat jam istirahat di sekitar sekolah mereka di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (20/2/2013). Jajanan sekolah yang tidak terjamin kebersihan dan keamanannya berpotensi menjadi penyebab gangguan kesehatan bagi anak-anak.

KOMPAS.com - Anak-anak sekolah di jam istirahat pasti mencari jajanan. Bisa di kantin, atau di luar pagar sekolah. Hal ini wajar bagi siswa karena jajan adalah wajib bagi mereka.

Khusus bagi siswa SD, jajanan di luar sekolah terkadang lebih menarik dibanding yang ada di kantin sekolah. Meski demikian, untuk kualitas makanan atau minuman belum bisa terjamin.

Jadi, gimana caranya menentukan jajanan itu sehat atau tidak? Berikut tips yang dibagikan dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud untuk memilih jajanan sehat atau tidak.

Informasi ini sangat cocok dibagikan pada orangtua atau pihak sekolah serta anak itu sendiri. Tujuannya agar anak/ siswa terhindar dari jajanan tidak sehat.

Baca juga: Orangtua, Berikut 5 Kunci Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus

Namun, informasi ini hanya himbauan saja. Sebab, dimungkinkan jajanan di luar sekolah juga ada yang sehat. Hanya saja anak/ siswa harus lebih berhati-hati ketika membeli jajanan dari luar.

Ini 6 cara menentukan jajanan sehat atau tidak:

1. Amati warnanya

Ketika ada penjual makanan atau minuman di luar sekolah, misalnya es krim, mi atau kerupuk, maka coba amati warnanya. Jika berbeda dan mencolok dengan warna aslinya (bahan makanan) maka sebaiknya dihindari.

Karena kemungkinan menggunakan zat pewarna kimiawi yang bisa berakibat buruk pada tubuh.

2. Cicipi rasanya

Jika sudah terlanjur membeli, maka sebaiknya dicicipi terlebih dahulu rasanya. Kalau terasa sangat tajam atau keras, hampir bisa dipastikan makanan itu tidak sehat.

Karena rasa tajam itu (sangat gurih/manis) biasanya karena menggunakan obat gula, bukan gula asli. Jajanan berasa tajam juga karena mengandung monosodium glutamate (MSG) yang tinggi.


Dalam rangka rangkaian  program “BPOM Sahabat Ibu” sekaligus memperingati Hari Kartini, pada tanggal 16 April 2012, BPOM RI berkesempatan untuk menerima 70 orang tamu dari Ibu –Ibu wali murid Al Azhar Jakarta. Mereka ingin mengenal lebih jauh tentang pangan jajanan anak sekolah yang merupakan sahabat anak-anak mereka di kesehariannya, karena para Ibu inilah yang menjadi benteng pertama penentu kebutuhan  khususnya makanan di tingkat keluarga.

Pada kesempatan ini, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, DR. Roy Sparringa, menyampaikan materi bertema Sehat Jajanan Sekolah Anakku. Dalam  talkshow ini, beliau menyampaikan bahwa berdasarkan Hasil Monitoring dan Verifikasi Profil PJAS Nasional (2008) menunjukkan bahwa f rekuensi jajan: 48% responden siswa Sekolah Dasar/Madrasah I btidaiyah sering/selalu (≥ 4 kali/ minggu), 51% kadang-kadang, dan hanya 1% responden mengaku tidak pernah jajan , sehingga Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) memiliki peranan strategis dalam pemenuhan kebutuhan gizi dan pemeliharaan ketahanan belajar anak sekolah .Mengapa monitoring ini ditujukan kepada anak Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah ? Ya, karena pada usia Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, anak-anak sudah dilatih mandiri dengan dibekali uang saku dan mengelolanya sendiri sesuai kebutuhan termasuk untuk jajan. Pada kondisi ini pula menjadi peluang penjaja makanan untuk menyediakan kebutuhan makanan/jajanan sesuai dengan rerata uang saku anak di sekolah tersebut.Pangan yang aman adalah pangan (makanan dan/atau minuman) yang bebas dari bahaya biologis, bahaya kimia dan bahaya fisik. Efek yang ditimbulkan dapat berakibat jangka pendek dan jangka panjang (terakumulasi dalam tubuh hingga waktu tertentu). Kurangnya pengetahuan dan kepedulian dari konsumen, produsen dan penjaja makanan merupakan hal penentu hingga saat ini pangan yang tidak aman, bermutu dan bergizi masih banyak dijumpai di masyarakat.Dari 180 ribu Sekolah Dasar, survei menunjukkan 40-44% PJAS yang aman. Masih rendahnya tingkat PJAS yang aman tersebut mendorong Badan POM untuk melakukan terobosan melalui Aksi keamanan pangan nasional, Aksi tersebut diusung sebagai strategi dalam memberdayakan komunitas sekolah yakni orang tua, murid, guru, pengelola kantin dan penjaja sekolah untuk dapat secara mandiri mengawasi pangan jajanan yang ada di lingkungan sekolah.

Kegiatan BPOM Sahabat Ibu ini dimotori oleh Biro Hukmas, BPOM RI kerjasama pemanfaatan CSR dengan The Body Shop Indonesia dan akan diselenggarakan secara berkesinambungan dengan topik yang berbeda, diharapkan menjadi cikal bakal gerakan masyarakat untuk menjadi konsumen yang cerdas sehingga mampu melindungi diri dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.

Ilustrasi kunci jawaban tema 4 kelas 3 SD MI halaman 151. /Pixabay.com/ White77

PortalJember.com - Kewajiban dan Hakku merupakan judul dari tema 4 Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi 2018 untuk kelas 3 SD/MI.

Dalam artikel ini, kita akan membahas kunci jawaban halaman 151 Tema 4 Subtema 4 Kewajiban dan Hakku sebagai Warga Negara Kelas 3 SD/MI.

Adapun pertanyaan ataupun perintah yang akan dijawab melalui artikel ini adalah "Apa pendapat temanmu tentang manfaat memilih jajanan sehat?"

Baca Juga: Tentukan Banyak Bibit Pohon yang Ada di Kecamatan! Kunci Jawaban Tema 4 Kelas 3 SD MI Halaman 146

Sebelum membaca kunci jawaban ini, ada baiknya adik-adik berusaha untuk menjawabnya sendiri terlebih dahulu.

>

Sebab, sejatinya kunci jawaban ini hanyalah sebagai pemandu adik-adik untuk bisa mengeksplor lebih dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada, dan menjawabnya dengan jawaban sendiri.

Selain itu, kunci jawaban ini juga bisa dijadikan panduan dan pembanding bagi orang tua untuk memeriksa jawaban anaknya.

Baca Juga: Banyak Bibit Pohon Angsana yang Diterima oleh Satu Kelurahan, Kunci Jawaban Tema 4 Kelas 3 SD MI Halaman 145

Dikutip PortalJember.com dari alumnus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi, Rika Anggraini, S.Pd., berikut adalah kunci jawaban Buku Tematik Kelas 3 SD/MI Tema 4 subtema 4 halaman 151.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyandang predikat emak-emak yang sehari-harinya melakukan tugas antar jemput sekolah, maka saat melihat topik Freez mengenai jajanan sekolah membuat saya tergoda untuk menulis lagi dan sejenak meninggalkan ke(sok)sibukan saya.

Umumnya para orang tua khawatir dengan jajanan anak di sekolah karena jajanan tersebut cenderung tidak aman dan berbahaya bila dikonsumsi. Kekhawatiran tersebut sangat beralasan, karena dari beberapa sidak yang dilakukan oleh BPOM terbukti banyak jajanan sekolah yang mengandung pewarna berbahaya maupun pengawet, bahkan saya pernah menyaksikan reportase sebuah stasiun televisi yang meliput kegiatan penjual crepes keliling yang mencampur adonannya dengan pengawet agar tidak cepat rusak.

Solusi yang paling banyak diberikan dan paling aman adalah dengan membawa bekal dari rumah atau bila letak sekolah dekat dengan rumah, maka orang tua dapat mengantar makanan saat jam istirahat seperti yang dilakukan oleh para orang tua di sekolah anak saya.

Namun, pada kenyataannya tidak semua orang tua dapat menyiapkan bekal anak di pagi hari, entah karena kesibukan atau alasan lainnya, jadi mau tidak mau harus membiarkan anak jajan di sekolah.

Sebenarnya ada solusi lain yang dapat ditempuh orangtua yang sibuk atau yang tidak dapat memberi bekal, yaitu dengan berlangganan 'catering' di sekolah.

Tetangga depan rumah saya adalah pemilik catering yang menjalankan usaha seperti yang saya sebutkan diatas. Ibu catering yang baik hati itu (karena sering mengirimkan makanan ke rumah saya hahaha) bekerja sama dengan pihak sekolah dan melakukan kontrak kerja sama. Dalam kontrak, pihak sekolah meminta agar Ibu ini menjamin bahwa makanan tersebut terjamin aman dan sehat. Sejauh yang saya amati, banyak sekali anak-anak yang berlangganan catering Ibu ini dan usaha tersebut sudah dijalankan bertahun-tahun.

Berlangganan catering seperti yang saya sebutkan diatas sepertinya tidak umum atau jarang ada di sekolah-sekolah, sehingga mau tidak mau orangtua yang tidak dapat memberikan bekal makanan mempercayakan anaknya untuk mencari makanan sendiri dengan memberi uang jajan.

Tidak semua jajanan di sekolah tidak aman. Temuan jajanan yang tidak aman biasanya terdapat pada penjaja makanan yang ada di luar area sekolah dan hanya mangkal pada jam istirahat atau pulang sekolah.

Jajanan yang ada di kantin sekolah cenderung lebih aman karena dibawah pengawasan pihak sekolah, walau harganya lebih mahal dari yang di luar sekolah. Hal ini saya ketahui saat pertemuan dengan pihak sekolah anak saya saat pertama masuk SMP.

Dari panjang kali lebar yang saya sampaikan diatas, poin yang dapat saya sampaikan seputar jajanan anak di sekolah adalah


  1. Membekali atau tidak membekali makanan anak ke sekolah, sebaiknya anak diberikan sarapan dahulu, sehingga anak cukup memiliki energi untuk konsentrasi saat belajar. Bila tidak sempat sarapan, kita dapat memberinya susu atau memberi bekal makanan praktis seperti roti yang bisa dimakan saat di perjalanan.
  2. Bila tidak dapat memberikan bekal, dan terpaksa memberinya uang jajan, ajari anak cara menggunakan uang jajannya dengan baik, karena ada sebagian anak yang tidak menggunakan uang jajannya untuk membeli makanan melainkan digunakan untuk membeli mainan.
  3. Memberi bekal ke sekolah dan tidak memberi anak uang jajan tidak menjamin anak terbebas dari kegiatan tidak jajan di sekolah, karena bisa saja ada temannya yang membawa uang lebih dan baik hati mentraktir anak kita. Jadi memberikan pengertian mengenai makanan atau jajanan apa saja yang tidak baik dan berbahaya bagi kesehatan bagi anak sangatlah penting.
  4. Anak-anak cenderung senang jajan makanan kemasan seperti biskuit, permen, coklat atau makanan ringan yang biasanya ada juga di mini market atau supermarket.  Dari sana, kita dapat memberitahukan, makanan atau minuman mana yang boleh dibeli atau tidak boleh dibeli, selain itu biasakan anak untuk memperhatikan tanggal kadaluarsa pada makanan kemasan tersebut, sehingga mereka dapat menolak bila makanan yang akan dibelinya sudah kadaluarsa.
  5. Ajari anak untuk jujur saat berbelanja atau jajan, yakni membayar sesuai yang Ia makan. Mengapa hal ini saya sampaikan, karena menurut pengakuan teman-teman saya waktu sekolah dulu (pengakuan dosa saat reuni), ada teman-teman yang 'Darmaji' yaitu dahar lima ngaku hiji (makan lima ngaku satu) hehehehe , dan akhirnya mereka menyesal saat sudah terlambat.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA