Bagaimana cara untuk mempererat kebersamaan dan toleransi dalam melakukan permainan tradisional

Endro Priherdityo | CNN Indonesia

Minggu, 19 Aug 2018 13:08 WIB

1. Upaya Menjaga Permainan Tradisional di Era Modern 2. Gim Modern

Jakarta, CNN Indonesia -- Seiring dengan perkembangan zaman, permainan tradisional memiliki saingannya sendiri, permainan modern. Dan seiring dengan perkembangan zaman pula, permainan tradisional perlahan tak dilirik lagi oleh generasi muda.Sejumlah pihak diketahui melakukan upaya mengenalkan kembali permainan tradisional kepada masyarakat dalam berbagai jenis kegiatan.Misalnya Mohamad Zaini Alif, pemerhati dan peneliti permainan tradisional ini menekuni asal mula tradisi tersebut hingga mendirikan Komunitas Hong pada 2005 untuk mengenalkan kembali permainan tradisional kepada masyarakat. Pemerintah Indonesia juga melakukan ancang-ancang untuk menjaga permainan tradisional agar tak punah, yang tercantum dalam UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Permainan tradisional merupakan satu dari 10 objek pemajuan kebudayaan oleh Pemerintah Indonesia.Tapi di luar sana, ada banyak pula berbagai pihak yang mulai bergerak untuk menjaga permainan tradisional yang pernah mereka ikuti tidak hilang ditelan zaman.

Muatan Lokal

F Sri Lestari Yati, Kasubdit Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengatakan pihaknya telah mensosialisasikan pengetahuan permainan tradisional ke tenaga pendidik melalui program muatan lokal berbasis daerah.Tindakan itu dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya melaksanakan amanat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Sri Lestari berharap dengan sosialisasi permainan tradisional dapat memperkaya bahan ajar tenaga pendidik dan sesuai dengan kedaerahan masing-masing.

"Mereka [tenaga pendidik] sebenarnya kekurangan bahan [ajar]. Mereka berpatok dari pusat, dengan adanya implementasi ini dapat memperkaya mereka," kata Sri Lestari saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

"Sampai saat ini pengajaran saja dulu, karena mereka tidak ada inovasi. Kami ajarkan ke mereka kalau di daerah mereka ada juga yang bisa diajarin [permainan tradisional]," lanjutnya.Sri Lestari mengatakan pihaknya telah melakukan analisis konteks tradisi muatan lokal berkaitan dengan permainan tradisional sejak 2013, sebelumnya mereka juga melakukan reinventarisasi data permainan tradisional di berbagai daerah.

Anak-anak memainkan permainan tradisional meriam bambu. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Namun terkait data permainan tradisional, Sri Lestari mengakui pihaknya belum memiliki data semutakhir yang dimiliki Zaini berupa nyaris 2.600 permainan.

Berdasarkan data Kemendikbud yang didapat CNNIndonesia.com, pemerintah baru mencatat 787 permainan tradisional dari berbagai daerah. Tetapi data tersebut belumlah komplet lantaran adanya kekosongan dari beberapa daerah.

Selain itu, analisis lebih lanjut amat diperlukan terhadap data tersebut sehingga dapat memberikan gambaran kondisi teraktual permainan tradisional di Indonesia dan kebijakan yang bisa diambil dalam memajukannya sesuai dengan amanat UU.Belum lagi literasi yang dimiliki Kemendikbud terkait permainan tradisional adalah rilisan 1998, dua dekade silam yang sudah tidak lagi relevan secara ilmiah.Sehingga, selama ini Sri Lestari memberikan pengayaan materi muatan lokal kepada tenaga pendidik di berbagai daerah di Indonesia menggunakan informasi atau data seadanya yang dimiliki Kemendikbud.Meski tak berlandaskan data mutakhir, Sri Lestari mengaku bahwa sosialisasi pengayaan muatan lokal tenaga pendidik di daerah diikuti dengan baik dan amat membantu mereka mengenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak. Apalagi, pengayaan disesuaikan dengan kedaerahan masing-masing."Mereka sadar juga sebenarnya [pentingnya pengenalan permainan tradisional], guru-gurunya mendorong pihak sekolah ikut pengayaan ini biar kenal bahwa permainan tradisional bisa mengajarkan kebersamaan, disiplin, dan toleransi," kata Sri Lestari.Ia pun berharap bahwa permainan tradisional bisa ditetapkan sebagai kurikulum dalam muatan lokal, bukan hanya sekadar materi pengayaan kepada tenaga pendidik. Selama ini, penentuan kegiatan muatan lokal masih diberikan kepada masing-masing sekolah atau satuan pendidikan di daerah."Selama ini guru mengandalkan teks [bahan ajar]. Kalau [materinya] sudah habis, ya tidak ada bahan. Padahal permainan tradisional ini bisa jadi muatan lokalnya," kata Sri Lestari."Dan ini [muatan lokal] sebenarnya ini cukup efektif untuk mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak. Setiap pekan bisa berganti, minggu ini permainan apa, minggu depan apa, dan ini bisa mengembangkan permainan itu sendiri." lanjutnya.

Sekelompok anak bermain galah asin atau gobak sodor. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)


Sejumlah cara lain mulai menjaga permainan tradisional berlanjut ke halaman selanjutnya...

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

Kunci jawaban Tema 8 Kelas 5 SD/MI

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Mari kita perhatikan pembahasan kunci jawaban Tema 8 kelas 5 SD/MI subtema 1, 2, 3, 4, mengenai lingkungan di halaman 43 sampai 51.

Yuk simak berikut ini pembahasan kunci jawaban Tema 8 kelas 5 SD/MI berjudul Lingkungan Sahabat Kita halaman 43 44 45 46 47 48 49 50 dan 51.

Materi soal yang dibahas dikutip dari Buku Tematik SD kurikulum 2013 edisi revisi 2018.

Pada buku tematik Tema 8 Kelas 5 terdapat 4 subtema diantaranya Subtema 1: Manusia dan Lingkungan, Subtema 2: Perubahan Lingkungan dan Subtema 3 : Usaha Pelestarian Lingkungan dan Subtema 4: Kegiatan Berbasis Proyek dan Literasi.

Selengkapnya soal juga terdapat pada subtema 1 Pembelajaran 6 dalam Tema 8 kelas 5 tentang Manusia dan Lingkungan.

Kunci jawaban Tema 8 kelas 5 SD ini ditujukan kepada orang tua atau wali sebagai pedoman untuk mengoreksi hasil belajar anak.

Berikut kunci jawaban Buku Tematik Tema 8 Kelas 5 Subtema 1 pembelajaran 6.

Halaman 43 44 45 46 47 48 49 50 dan 51 yang dikutip dari Buku Guru dan Siswa serta beberapa sumber:

Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 8 Kelas 5 SD/MI Subtema 1, 2, 3, Tentang Lingkungan Mengenai Siklus Air Tanah

Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 8 Kelas 5 Subtema 1, 2, 4 Tentang Lingkungan, Ini Siklus Air & Bencana Kekeringan

Belajar di rumah (Telegraph)

>>> Halaman 43

***Ayo Membaca***

Belajar Toleransi dari Permainan Tradisional Anak

Pada hari Minggu, 11 Desember 2016 digelar acara Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah. Acara ini biasa digelar setiap tahun. Tujuan digelarnya acara ini adalah supaya anak Indonesia mengenal keragaman lingkungan dan kebudayaannya.Saat ini anak-anak dibanjiri dengan permainan digital melalui alat-alat elektronika. Dengan permainan digital itu anak merasa tidak perlu bermain dengan teman sebayanya. Oleh karena itu, permainan tradisional menjadi jurus ampuh agar anak-anak kembali kepada nilai-nilai kebersamaan. Hal tersebut setidaknya diutarakan Zaini Alif dari Komunitas Hong saat di acara Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia.

Zaini Alif mengatakan, “Permainan tradisional itu aset budaya bangsa yang sekarang mulai ditinggalkan, karena munculnya gadget. Kita tidak antipati pada gadget, tapi bagaimana menyeimbangkan gadget dengan permainan tradisional, karena permainan tradisional mengajarkan nilai, etika, dan identitas budaya bangsa.”

“Banyak permainan tradisional di Indonesia yang tidak hanya menyajikan keseruan, tapi juga kaya nilai-nilai. Misalnya di Jawa ada permainan dingklik oglak aglik, di Sunda ada perepet jengkol, dan sebagainya. Keragaman itumengajarkan bagaimana kita toleran atas perbedaan. Jadi perbedaan bukan menjadi sesuatu yang harus diperdebatkan, justru itu bisa menjadi suatu keunggulan,” kata Zaini.

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Tribun Pontianak

Jepara, InfoPublik - Para tokoh agama di Kabupaten Jepara saling berhadapan dalam pertandingan bola voli di lapangan Markas Polres (Mapolres) Jepara, Rabu (16/5). Tampak sepuluh tokoh agama dari berbagai kepercayaan, mengenakan pakaian simbol identitas agamanya membentuk dua tim.

Dari dua kubu yang akan bermain bola voli, tampak hadir juga di tengah-tengah masing-masing kubu, yakni Kapolres Jepara AKBP Yudianto Adhi Nugroho berhadapan dengan Dandim 0719/Jepara Letkol Czi Fachrudi Hidayat. 

Berdasarkan pantauan di lapangan, Rabu (16/5), permainan yang memperlihatkan solidaritas dan toleransi terkemas menjadi lima permainan, yakni bakiak tandem atau teklek berregu, balap kelereng, balap karung, bola voli dan bulutangkis .

Saling menjaga sportifitas dalam setiap permainan. Para tokoh agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jepara, tampak saling lempar candaan di setiap kesempatan.

Dalam permainan atau ajang seru yang diinisiasi Satuan Pembinaan Masyarakat (Satbinmas) Polres Jepara, hadir Ketua FKUB Kabupaten Jepara Mashudi, tokoh agama Kristen Pendeta David Sriyanto, katholik Romo MC Sadana Hadiwardana, Hindu Ngardi Sindu Atmaja, dan tokoh agama Budha Raswito.

Kapolres Jepara AKBP Yudianto Adhi Nugroho mengatakan, kegiatan tersebut digelar untuk memperlihatkan kepada seluruh warga Indonesia, agar selalu meneguhkan soliditas. Serta dalam ikhtiar memupuk toleransi kebersamaan persatuan antar umat beragama yang ada di Jepara. 

“Dari kegiatan olahraga ini kita bisa memperlihatkan kebersamaan, sportifitas, kejujuran. Dari semagat-semagat itulah kita ingin hubungan antar umat beragama berlandaskan rasa kebersamaan, kejujuran, dan sportifitas,” kata AKBP Yudianto.

Dengan keterbatasan wewenang dan kekuatan dari TNI-Polri, kata Kapolres, dirinya bersama dengan Dandim 0719/Jepara, mengharapkan bantuan informasi, tenaga dan materi dari seluruh umat beragama di Jepara. 

Pihaknya juga berpesan untuk senantiasa tidak terpancing dan terprovokasi, sehingga berujung dengan main hakim sendiri, timbul rasa kebencian, intoleransi, dan rasa tidak suka. “Jangan sampai ini muncul ditengah-tengah kita umat beragama Kabupaten Jepara yang sudah menjadi panutan, memberi contoh bagi umat beragama di daerah lain,” imbuhnya.

Ketika ditanya upaya FKUB dalam menjaga kerukunan antar umat bernagama pasca insiden kemarin di Surabaya. Mashudi usai final permainan balap kelereng menuturkan, FKUB selalu membangun komunikasi antar tokoh agama, baik internal umat islam, pendeta, biksu dan bikuni. 

“Menyikapi perkembangan terakhir, maka kita yang di Jepara tetap membangun komunikasi. Agar teoleransi terbangun dan terpatri secara kuat dan kokoh,” tutur dia.

Sebelumnya, juga telah dilaksanakan deklarasi pernyataan sikap bersama FKUB Kabupaten Jepara tentang anti terorisme dan radikalisme. Pernyataan sikap tersebut dibacakan oleh Ketua FKUB Kabupaten Jepara Mashudi, kemudian ditanda tangani oleh para tokoh agama. (DiskominfoJepara/AchPr/toeb)

  Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber InfoPublik.id

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA