Bagaimana allah subhanahu taala menurunkan wahyu kepada rasul

WAHYU adalah kalam atau perkataan dari Allah, yang diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Wahyu merupakan sumber risalah dan support dakwah Islam bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnul Qayyim –rahimahullah–  berkata –ketika menyinggung macam-macam turunnya wahyu tersebut—sebagai berikut:

Pertama, berupa ar-ru`ya ash-shadiqah (mimpi yang benar) dan ini merupakan permulaan turunnya wahyu kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

BACA JUGA: Cara Khadijah Tenangkan Nabi ketika Pertama Kali Menerima Wahyu

Kedua, berupa sesuatu yang dibisikkan oleh malaikat terhadap jiwa dan hati beliau tanpa dapat beliau lihat. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah, “Seungguhnya Ruhul Quds (Malaikat Jibril ‘alaihissalam) menghembuskan (membisikkan) ke dalam hatiku, bahwasanya jiwa tidak akan mati hingga disempurnakan rezeki baginya. Oleh karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah ‘Azza wa Jalla berindah-indahlah dalam meminta serta janganlah berputus asa atas keterlambatan rezeki atas kalian, mendorong kalian untuk memintanya dengan cara melakukan perbuatan maksiat terhadap-Nya, karena sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak akan didapat kecuali dengan melakukan ketaatan kepada-Nya.”

Ketiga, berupa malaikat yang berwujud seorang laki-laki, lantas mengajak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berbicara hingga beliau memahaminya dengan baik apa yang dikatakan kepadanya. Dalam hal ini, terkadang para sahabat dapat melihat malaikat tersebut.

Keempat, berupa bunyi gemerincing lonceng yang datang kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, diikuti dengan malaikat (yang menyampaikan wahyu) secara samar. Cara ini merupakan cara yang paling berat, sampai-sampai membuat beliau bersimbah peluh, padahal terjadi pada malam hari yang amat dingin. Demikian pula, mengakibatkan unta beliau duduk bersimpuh ke bumi bila beliau sedang menungganginya. Dan pernah juga suatu kali, wahyu datang dengan cara tersebut, pada saat itu paha beliau berada di atas paha Zaid bin Tsabit sehingga Zaid merasakan beban demikian berat yang hampir saja membuatnya remuk.

Kelima, berupa malaikat dalam bentuk aslinya yang dilihat langsung oleh beliau, lalu diwahyukan kepada beliau beberapa wahyu yang dikehendaki oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Peristiwa ini dialami oleh beliau sebanyak dua kali sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat an-Najm.

Keenam, berupa wahyu yang diwahyukan Allah kepada beliau. Yaitu saat beliau berada di atas langit pada malam mi’raj ketika diwajibkannya shalat dan lainnya.

BACA JUGA: Tangis Ummu Aiman karena Wahyu dari Langit telah Terputus

Ketujuh, berupa Kalamullah (perkataan Allah) kepada beliau tanpa perantara malaikat, sebagaimana Allah berbicara kepada Musa bin Imran. Peristiwa seperti ini juga dialami oleh Nabi Musa dan diabadikan secara qath’i berdasarkan nash al-Qur’an. Sedangkan kepada Rasulullah terjadi dalam hadits tentang peristiwa Isra’ Mi’raj.

Sebagian ulama menambah caranya menjadi delapan, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla berbicara kepada beliau secara langsung tanpa hijab. Namun ini merupakan permasalahan yang diperdebatkan oleh ulama Salaf dan Khalaf. Demikian, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnul Qayyim –rahimahullah– dengan sedikit diringkas dalam penjelasan tentang urutan pertama dan kedelapan. Pendapat yang benar, bahwa urutan terakhir (kedelapan) ini tidak tsabit (tidak valid dan tidak dipercaya keabsahan riwayatnya). []

Sumber: Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri. 1421 H. Ar-Rahiq al-Makhtum, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم , Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir. Jakarta: Darul Haq.

You're Reading a Free Preview
Page 2 is not shown in this preview.

Salah satu tugas Jibril adalah menyampaikan wahyu ke Rasulullah.

Sabtu , 01 Aug 2020, 16:07 WIB

Blogspot

Bagaimana Jibril Menyampaikan Wahyu ke Rasulullah?

Rep: Imas Damayanti Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tugas Jibril sebagai malaikat adalah menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Penyampaian wahyu itu pun dilakukan dengan medium yang sederhana namun membekas ke dalam sanubari Rasulullah SAW.

Dalam buku Sejarah Alquran karya Ahmad Sarwat dijelaskan, jangan pernah membayangkan bahwa Jibril turun membawa sebuah buku bertuliskan ayat-ayat Alquran dalam aksara Arab yang berisi 6.236 ayat. Jibril tidak membawa apa-apa di tangannya.

Jibril hanya datang kepada Rasulullah dengan membacakan Alquran dengan suaranya. Lalu didengarkan oleh Rasulullah dan masuk ke hati sanubari beliau hingga tersimpan abadi. Dalam Sirah Nabawiyah diceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW turun dari Gua Hira dan pulang menemui Khadijah, beliau sama sekali tidak membawa apapun di tangannya. Entah itu kulit, batu, ataupun media yang bertuliskan ayat Alquran. Rasulullah hanya ketakutan dan gemetar lalu menceritakan pertemuannya dengan Jibril itu ke Khadijah.

Intinya, sejarah sama sekali tidak berbicara tentang adanya ayat Alquran yang tertulis di atas sebuah media di masa itu. Ini merupakan bukti bahwa wahyu turun kala itu memang jelas bukan dalam bentuk tulisan, melainkan hanya wujud perkataan saja. 

Baca Juga

  • malaikat jibril
  • rasulullah
  • nabi muhammad
  • wahyu
  • wahyu ke nabi muhammad

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Wahyu turun dalam sejumlah cara.

Selasa , 21 Apr 2020, 16:00 WIB

Mast Irham/EPA

Seorang pengunjung Gunung Jabal Nur melaksanakan shalat di ketinggian gunung tempat Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya.

Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Dalam bukunya berjudul Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad yang ditulis Syekh Shaffiyyurahman al Mubarakfuri, disebutkan sejumlah cara turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad. Untuk cara-caranya ini, Syekh Shaffiyyurahman mengutip penjelasan dari Ibnu Qayyim.

Baca Juga

Berikut ini adalah beberapa caranya:

Pertama, Berupa ar-ru'ya ash-shadiqah (mimpi yang benar) dan ini merupakan permulaan turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad.

Kedua, berupa sesuatu yang dibisikkan oleh malaikat terhadap jiwa dan hati Nabi tanpa beliau lihat. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi:

"Sesungguhnya Ruhul Quds (Malaikat Jibril) menghembuskan (membisikkan) ke dalam hatiku, bahwasanya jiwa tidak akan mati hingga disempurnakan rizky baginya. Oleh karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah, berindah-indahlah dalam meminta serta janganlah keterlambatan rizki atas kalian, mendorong kalian untuk memintanya dengan cara melakukan perbuatan maksiat terhadapNya, karena sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak akan didapat kecuali dengan melakukan ketaatan kepadaNya."

Ketiga, berupa malaikat yang berwujud laki-laki, lantas mengajak beliau berbicara hingga beliau memahaminya dengan baik apa yang dikatakan kepadanya. Dalam hal ini, terkadang para sahabat dapat melihat malaikat tersebut.

Keempat, berupa bunyi gemericing lonceng yang datang kepada beliau, diikuti malaikat (yang menyampaikan wahyu) secara samar. Cara ini merupakan cara yang paling berat, sampai-sampai terjadi pada hari yang amat dingin. Demikian pula, mengakibatkan unta beliau duduk bersimpuh ke bumi bila beliau sedang menungganinya. Dan pernah juga suatu kali, wahyu datang dengan cara tersebut, saat itu paha beliau berada di atas paha Zaid bin Tsabit. Sehingga, Zaid merasakan beban demikian berat yang hampir saja membuatnya remuk.

Kelima, berupa malaikat dalam bentuk aslinya yang dilihat langsung oleh beliau. Lalu diwahyukan kepada belau beberapa wahyu yang dikehendaki Allah. Peristiwa seperti ini dialami oleh beliau sebanyak dua kali sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat An-Najm.

Keenam, berupa wahyu yang diwahyukan Allah kepada beliau. Yaitu, saat beliau berada di atas langit pada malam mi'raj ketika mewajibkannya shalat dan lainnya.

Ketujuh, berupa kalamullah (ucapan Allah) kepada beliau tanpa perantaraan malaikat, sebagaimana Allah berbicara kepada Musa bin Imran. Peristiwa seperti ini juga dialami oleh Nabi Musa AS dan diabadikan secara qath'i berdasarkan nash Alquran. Sedangkan kepada Nabi Muhammad terjadi dalam hadits tentang peristiwa isra.

Menurut Syekh Shaffiyurrahman al Mubarakfuri, sebagian ulama menambah caranya menjadi delapan. Yaitu, Allah berbicara kepada Nabi secara langsung tanpa hijab. Tetapi, ini merupakan masalah yang diperdebatkan oleh ulama salaf dan khalaf. Namun menurut Syekh Shaffiyurrahman, pendapat yang terakhir ini tidak valid keabsahan riwayatnya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA