Apakah salep Chloramfecort aman untuk bayi?

Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Chloramphenicol general_alomedika 2019-02-28T06:21:46+07:00 2019-02-28T06:21:46+07:00

Penggunaan chloramphenicol pada kehamilan masuk dalam Kategori C. Penggunaan pada ibu menyusui tidak disarankan karena dapat menimbulkan reaksi idiosinkrasi.

Kehamilan

Penggunaan chloramphenicol sediaan sistemik pada wanita hamil tidak disarankan. Sediaan topikal umumnya dianggap aman.

Sebuah studi kasus-kontrol berbasis populasi menyimpulkan bahwa penggunaan chloramphenicol pada kehamilan memberikan efek teratogenik yang kecil. Anomali kongenital yang ditemukan di antaranya poly/syndactyly, kelainan kardiovaskular, hipospadia, testis undesensus, dan clubfoot. [16]

Oral dan Parenteral

FDA memasukkan penggunaan chloramphenicol oral dan parenteral pada kehamilan dalam Kategori C. Artinya, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. [12]

Topikal

TGA memasukkan chloramphenicol tetes mata dan salep mata ke dalam kategori A. Artinya, obat ini telah dikonsumsi oleh banyak wanita hamil dan wanita usia reproduktif, tetapi tidak menunjukkan peningkatan frekuensi malformasi, atau dampak buruk, baik langsung maupun tidak langsung pada fetus. [10]

Sebuah studi kohort menunjukkan bahwa penggunaan chloramphenicol tetes mata dan salep mata pada trimester pertama kehamilan tidak berhubungan dengan malformasi kongenital mayor. [20]

Ibu Menyusui

Ibu menyusui tidak dianjurkan menggunakan chloramphenicol karena dapat terjadi reaksi idiosinkrasi. Meski chloramphenicol kadarnya rendah dalam ASI, namun dapat menimbulkan reaksi sensitisasi pada bayi, yang dapat menimbulkan sekule pada perkembangan tingkah laku neurologis pada anak. [17]

10. TGA. Prescribing medicines in pregnancy database | Therapeutic Goods Administration (TGA). 2017. //www.tga.gov.au/prescribing-medicines-pregnancy-database#searchname. 12. Roberts MC, Schwarz S. Tetracycline and Chloramphenicol Resistance Mechanisms. Antimicrobial Drug Resistance, 183–193.doi:10.1007/978-1-59745-180-2_15 16. Czeizel AE, Rockenbauer M, Sørensen HT, Olsen, J. A population-based case±control teratologic study of oral chloramphenicol treatment during pregnancy. European Journal of Epidemiology, 2000. 16(4): 323–327. doi:10.1023/a:1007623408010 17. Ostrea, E.M., Jr., J.B. Mantaring, 3rd, and M.A. Silvestre, Drugs that affect the fetus and newborn infant via the placenta or breast milk. Pediatr Clin North Am, 2004. 51(3): p. 539-79, vii.

20. Thomseth V, Cejvanovic V, Jimenez-Solem E, et al. Exposure to topical chloramphenicol during pregnancy and the risk of congenital malformations: a Danish nationwide cohort study. Acta Ophthalmologica, 2015. 93(7): 651–653. doi:10.1111/aos.12737

by: Vonia Lucky Pradhitya Rizqi

/ 2018-04-21 11:08:47

Kulit bayi yang masih sensitif kerap mengalami masalah. Karenanya, kenali beragam penyakit dan malah kulit yang biasa terjadi pada Si Kecil. Dengan begitu, Moms dapat menanganinya dengan segera dan tepat.

  1. Ruam Popok


    Apakah kulit bayi di sekitar daerah popok terlihat kemerahan, muncul titik-titik merah, dan terasa gatal sehingga membuatnya rewel? Jika ya, mungkin itu adalah ruam popok atau juga dikenal sebagai diaper rash.

    Menurut dr. Dina Muktiarti, Sp.A(K), dari IDAI, ruam popok biasanya dikarenakan iritasi kulit akibat kontak dengan bahan popok atau urine maupun feses yang tidak segera dibersihkan. Maka, tidak heran kalau area yang paling sering terserang ruam popok adalah area yang terpapar popok, seperti bokong dan pangkal paha.

    Untuk mencegahnya, dr. Dina menganjurkan Moms untuk rutin mengganti popok sekali pakai. Sebaiknya ganti popok setiap 4 jam bila Si Kecil hanya pipis saja. Tetapi, kalau buang air besar, segera ganti popoknya. Selain rutin mengganti popok, oleskan pula salep yang mengandung zink untuk membantu meredakan ruam popoknya.

  2. Eksim Susu Sering juga sidebut dengan dematitis atopik. Ini menjadi penyakit kulit yang paling sering diderita bayi dan anak. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), eksim susu adalah radang kulit berulang yang disertai gatal dan biasanya muncul di wajah Si Kecil. Moms bisa melihat tandanya pada kulit Si Kecil, seperti bintil-bintil kemerahan yang biasanya disertai rasa gatal. Jika eksim susu berlangsung lama, kulit bayi bisa menjadi kering, bersisik, luka, bahkan menebal hingga menjadi kehitaman. Penyebab eksim susu belum diketahui secara pasti. Namun, faktor alergi turunan bisa jadi pemicu. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A., spesialis anak dari FKUI-RSCM, menyarankan Moms untuk selalu menjaga kebersihan dan kelembapan kulit Si Kecil. Selain itu, hindari faktor penyebab kekambuhan eksim susu tersebut. Untuk mencegahnya, Dr. Zakiudin merekomendasikan mandi air hangat 1-2 kali sehari sekitar 10 menit. Setelah itu, segera oleskan pelembap ke kulit Si Kecil.

  3. Roseola Infeksi kulit ini disebabkan oleh virus herpes tipe-6 dan sangat umum terjadi pada bayi dan balita. Masa inkubasi virus ini adalah 2 minggu. Setelah itu akan muncul gejala seperti demam tinggi mendadak selama 3-7 hari. Si Kecil juga akan mengalami batuk, pilek, kurang nafsu makan, diare, bahkan pembengkakan kelenjar di leher. Ketika demam mulai hilang, muncul ruam dan bercak yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Di masa ini, sebaiknya hindari anak untuk bertemu dengan orang lain, karena bisa menular.

    Saat mengalami roseola, American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan untuk memberi Si Kecil banyak minum dan mandi air hangat. Tak lupa juga membersihkan suam-suam kuku dengan menggunakan spons lembut.

    “Sejauh anak Anda bisa makan atau bermain dengan normal ketika suhu tubuhnya naik turun, maka orang tua tidak perlu khawatir. Namun jika suhu tubuhnya turun dan anak Anda masih terlihat sakit, maka kemungkinan penyakit yang diidapnya lebih serius,” tegas Dr. Patricia Treadwell, M.D., FAAP, profesor pediatri dan dermatologi di Indiana University School of Medicine, dan juga mantan ketua AAP bagian dermatologi.

  4. Miliaria Masalah kulit lain yang juga kerap dijumpai pada bayi dan anak adalah miliaria. Ditandai dengan bintil-bintil kecil berwarna merah yang kerap berisi air di tubuh Si Kecil, mirip biang keringat. Bintil merah ini menimbulkan rasa gatal yang cukup hebat sehingga bisa menganggu tidur anak dan membuatnya rewel.

    Udara panas juga membuat ia semakin tidak nyaman sekaligus menjadi pemicu kambuhnya miliaria. Jika tidak segera ditangani, miliaria yang mengaami iritasi dan kontak dengan kuman kulit ini bisa menimbulkan infeksi hingga menjadi bisul berisi nanah. (Tiffany Warrantyasri/Vonia Lucky/MA/Dok. Freepik)


Selain pemakaian obat, perawatan rumahan juga dibutuhkan sebagai cara mengatasi ruam popok. Hal dilakukan agar orangtua tetap menjaga kebersihan kulit bayi.

Berikut ini berbagai cara mengatasi serta merawat kulit bayi yang terkena ruam popok.

Ganti popok secara rutin

Kulit bayi akan terhindar dari masalah bila popok yang digunakan juga bersih. Jadi, sangat penting untuk menjaga area popok tetap kering dan bersih.

Sebenarnya, berapa kali mengganti popok bayi? Orangtua disarankan untuk mengganti popok bila ia buang air besar, kecil, maupun kotor oleh hal lain.

Pastikan untuk mengecek kondisi popok setiap dua atau tiga jam sekali, bahkan di malam hari hingga ruam sepenuhnya hilang.

Bersihkan kulit bayi dengan produk yang aman

Agar kulit bayi tetap bersih, tidak ada salahnya untuk memandikan bayi secara rutin, yaitu dua kali sehari.

Sebagai cara mengatasi ruam popok, coba gunakan produk bebas pewangi maupun zat iritan seperti benzokain, fenol, salisilat, atau diphenhydramine.

Pertama, usapkan kulit bayi dengan lembut dan bilas dengan air hingga bersih.

Selanjutnya, keringkan kulit dengan handuk atau biarkan kering dengan sendirinya untuk mencegah kelembapan kulit yang berlebihan.

Setelah kering, oleskan obat krim, salep, atau gel yang diresepkan dokter untuk mengobati ruam popok.

Pilih popok kain atau sekali pakai yang ukurannya sesuai dan longgarkan sedikit pemasangannya agar tidak menimbulkan gesekan pada ruam.

Bila ruam tidak juga membaik, semakin menyebar, dan menimbulkan luka berdarah, segera konsultasi ke dokter.

Memakai popok ukuran lebih besar dari biasanya

Agar obat atau salep ruam popok bekerja lebih optimal, Anda bisa memakaikan popok yang ukurannya lebih besar dari biasanya.

Ini dilakukan untuk mencegah ruam menjadi lebih parah karena karet di popok sekali pakai yang menempel di kulit bayi.

Mandi setiap hari

Ruam popok bukan halangan untuk memandikan bayi setiap hari. Sebaiknya, tubuh si kecil harus tetap bersih sampai ruam benar-benar hilang dari kulit.

Sebagai cara mengatasi ruam popok, Anda bisa menggunakan air hangat dan sabun bebas pewangi, agar tidak menimbulkan iritasi pada kulit bayi.

Waktu memandikan bayi bisa disesuaikan, bisa pagi atau sore hari. Setelah dimandikan, usap dengan lembut seluruh tubuh si kecil.

Untuk area ruam popok, cukup tepuk-tepuk dengan handuk dan hindari untuk mengusapnya karena bisa membuat ruam menjadi lebih parah.

Perlu diingat bahwa menjaga kulit bayi tetap kering sangat penting agar ruam popok cepat membaik.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA