Apa yang anda ketahui tentang peristiwa hotel yamato

TRIBUNNEWSWIKI.COM – Insiden Hotel Yamato merupakan insiden perobekan bendera di Hotel Yamato sebagai awal dari rentetan perlawanan yang dilakukan para pejuang kemerdekaan di Surabaya.

Insiden Hotel Yamato terjadi di Hotel Yamato Surabaya pada 19 September 1945, hanya sekitar sebulan setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Pemicu utama Insiden Hotel Yamato ini adalah tindakan tentara Belanda yang menaikkan bendera triwarna merah-putih-biru dari lantai paling atas hotel yang berada di kawasan Tunjungan, Surabaya itu.

Pengibaran bendera Belanda itu dinilai tidak menghargai kemerdekaan Indonesia, sehingga memicu kemarahan rakyat Surabaya.

Terlebih saat itu sedang digalakan pengibaran bendera Merah Putih sesuai instruksi Soekarno.

Insiden Hotel Yamato ini juga merupakan pemicu peristiwa pertempuran yang lebih besar di Surabaya pada 10 November 1945. (1)

Baca: 17 AGUSTUS - Pertempuran Medan Area

Baca: Bandung Lautan Api

Foto Hotel Oranje di Surabaya sekitar tahun 1911. (surabaya.go.id)

Pascaproklamasi kemerdekaan, Pemerintah Indonesia sangat gencar memberikan informasi mengenai makna kemerdekaan kepada rakyat.

Bendera Merah Putih ditetapkan sebagai bendera nasional dan diinstruksikan untuk dikibarkan di seluruh daerah.

Surabaya sendiri merupakan salah satu kota yang banyak mengibarkan bendera Merah Putih sampai ke setiap sudut kota. (2)

Dalam kondisi gegap gempita seperti itu, tentara Sekutu yang baru saja memenangkan perang dunia kedua datang ke Surabaya pada 18 September 1945.

Mereka tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang berisi tentara Belanda di bawah WVCh Ploegman.

Selain Inggirs dan Belanda, ada juga Palang Mrah Internasional (Intercross) dari Jakarta bersama mereka.

Mereka tergabung dalam Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) atau Bantuan Rehabilitasi untuk tawanan Perang dan Interniran.

Tujuan kedatangan mereka antara lain untuk mengurusi sisa-sisa prajurit Jepang dan membebaskan tentara Belanda yang ditawan pascakekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

Setelah mereka sampai ke Surabaya, Hotel Yamato mereka jadikan markas selama bertugas di sana.

Hotel Yamato sendiri sudah ada sejak zaman Hindia Belanda yang dibangun sekitar tahun 1910 oleh Sarkies Bersaudara dari Armenia yang terkenal sebagai perintis jaringan hotel di Asia Tenggara.

Nama Yamato digunakan sejak zaman pendudukan Jepang di wilayah Indonesia.

Sebelumnya, sejak didirikan sampai didepaknya Belanda dari wilayah Indonesia, hotel ini bernama Hotel Oranje.

Sampai sekarang hotel ini masih berdiri kokoh dengan nama Hotel Majapahit.

Belum genap 24 jam tentara Belanda menempati Hotel Yamato, mereka sudah berulah dengan menaikkan bendera triwarna merah-putih-biru. (3)

Sekelompok orang Belanda pada 18 September 1945 malam diketahui mengibarkan bendera Belanda tanpa persetujuan Pemerintah Indonesia di Surabaya.

Tepat di ujung tiang paling atas Hotel Yamato, bendera iru berkibar.

Paginya, ketika arek-arek Surabaya melihat bendera Belanda berkibar, mereka langsung murka.

Belanda dianggap tidak menghargai kemerdekaan Indonesia. (4)

Pemuda menyerbu Hotel Yamato dalam rekonstruksi peristiwa perobekan bendera merah putih biru pada 19 September 1945 di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (19/9). Perobekan bendera tersebut merupakan awal perjuangan pemuda Surabaya mempertahankan kemerdekaan. Puncaknya adalah ultimatum oleh Sekutu pada 10 November 1945 yang berakhir dengan pertempuran besar dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.(Kompas/ Bahana Patria Gupta)

Mengetahui bendera Belanda berkibar di atas Hotel Yamato, para pemuda Surabaya langsung murka.

Mereka langsung bersitegang dengan orang-orang Belanda di Hotel Yamato karena pengibaran bendera itu.

Residen Surabaya saat itu, Soedirman didampingi Sidik dan Hariyono menemui WVCh Ploegman yang merupakan perwakilan Inggris dan orang-orang Belanda di sana.

Yujuannya tidak lain untuk berunding agar pihak Belanda mau menurunkan bendera yang memicu amarah rakyat itu.

Namun Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda sekaligus menolak kedaulatan Indonesia. (5)

Ploegman menjawab permintaan Soedirman itu dengan ketus.

“Pasukan Sekutu telah memenangkan perang, dan karena Belanda adalah bagian dari Sekutu, maka sudah menjadi haknya mengembalikan pemerintahan Hindia Belanda. Republik Indonesia? Kami tidak tahu itu apa!” kata Ploegman.

Hal itu menandakan bahwa mereka memang tidak pernah menganggap kemerdekaan Indonesia dan ingin kembali menguasai wilayah Indonesia.

Ploegman kemudian meninggalkan ruangan, sedangkan Residen Soedirman masih bertahan di sana didampingi oleh Sidik dan Hariyono.

Namun tidak berselang lama Ploegman kembali dengan membawa sepucuk pistol dan mengacungkannya ke arah Residen Soedirman.

Menyadari hal itu, Sidik bergerak cepat dengan menerjang Ploegman dan berusaha merebut pistolnya.

Pergumulan seru di antara mereka terjadi.

Hariyono kemudian dengan sigap mengamankan Residen Soedirman dengan membawanya ke luar hotel.

Untungnya, saat dan setelah perundingan di lobi yang menemui jalan buntu itu tidak banyak prajurit Belanda yang berada di dalam ruangan.

Hariyono dan Residen Soedirman pun berhasil selamat.

Di dalam, Sidik masih berjibaku melawan Ploegman.

Ia berhasil menyingkirkan pistol dari tangan Ploegman dan mencekiknya hingga ia tewas karena kehabisan napas.

Sayangnya, Sidik tidak sempat melarikan diri sebelum para tentara Belanda datang.

Sidik dikeroyok oleh tentara Belanda, meski sempat melawan namun posisinya kian terdesak.

Dengan menggunakan bangkai sepeda sebagai tameng terakhirnya, ia tidak mampu mengelak ketika seorang prajurit Belanda melemparkan belati.

Sidik pun ambruk dengan pisau tertancap di badannya. (6)

Di luar, Residen Soedirman di depan rakyat yang sudah semakin banyak mengepung Hotel Yamato mengatakan bahwa perundingan berakhir buntu.

Belanda menolak untuk menurunkan benderanya.

Hariyono kemudian memanjat tembok hotel hingga ke atas menra setelah ia mengamankan Soedirman.

Di saat yang hampir bersamaan, Koesno Wibowo, seorang pemuda lain juga mendaki tangga ke tempat yang sama.

Secara bersamaan, keduanya sampai di puncak menara.

Koesno kemudian mengambilalih upaya perobekan bendera Belanda itu.

Warna biru di bendera itu dirobek dan dibuang sehingga hanya menyisakan warna merah dan putih.

Bendera kemudian dinaikkan lagi ke puncak tiang.

Namun ketika hendak turun, Hariyono terkena peluru milik tentara Belanda di kepalanya.

Ia kemudian tumbang, beruntung nyawanya masih bisa diselamatkan.

Sementara Koesno baru bisa turun setelah keadaan reda. (7)

Adegan Sidik Muljadi menyerang Ploegman. (surabaya.go.id)

Rangkaian polemik pun terjadi sejak awal Oktober 1945, meski masih dalam skala yang belum terlalu besar.

Di awali ulah Belanda yang kemudian dibalas dengan penyobekan bendera itu, konflik bersenjata kemdian mencapai puncaknya pada 10 November 1945.

Insiden itu kemudian dikenal dengan nama Pertempuran 10 November dan diperingati sebagai Hari Pahlawan setiap tahunnya.

Menewaskan puluhan ribu orang, Pertempuran 10 November menjadi salah satu pertempuran terbesar di zaman revolusi. (8)

(TribunnewsWIKI/Widi Hermawan)

Jangan lupa subscribe kanal Youtube TribunnewsWIKI Official

Jakarta - Insiden bendera merupakan peristiwa yang terjadi di Hotel Yamato, Jalan Tunjungan, Surabaya sebelum terjadi Pertempuran 10 November. Insiden di Hotel Yamato terjadi pada tanggal 19 September 1945. Apa faktor penyebab insiden bendera di Hotel Yamato tersebut?

Orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang saat itu menduduki Hotel Yamato dibantu segerombol pasukan Sekutu. Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Victor W. Charles Ploegman tersebut, lalu mengibarkan bendera Belanda berwarna merah putih biru di di puncak Hotel Yamato, seperti dikutip dari Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik sampai Kontemporer oleh Adi Sudirman.

Tindakan ini memancing kemarahan para pemuda karena dianggap sebagai bentuk penghinaan atas kedaulatan Indonesia yang merdeka pada 17 Agustus di tahun yang sama. Tindakan tersebut juga dianggap sebagai bentuk simbol Belanda mengembalikan kekuasaannya di Indonesia serta melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

Residen Sudirman lalu meminta penurunan bendera Belanda tersebut, namun ditolak oleh penghuni hotel. Hotel Yamato lalu diserbu para pemuda sehingga terjadi bentrokan.

Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan menurunkan bendera Belanda yang berkibar di puncak Hotel Yamato. Pemuda lalu merobek warna biru di bendera tersebut dan mengibarkan kembali sebagai bendera Merah Putih.

Faktor Penyebab Insiden Bendera di Hotel Yamato

1. Belanda dinilai sudah memprovokasi dengan mengibarkan bendera merah putih biru di Hotel Yamato, Surabaya

2. Gagalnya perundingan antara Residen Sudirman dengan Victor W. Charles Ploegman untuk menurunkan bendera merah putih biru tersebut

3. Massa Indonesia mengetahui situasi perundingan tidak berjalan baik sehingga masuk ke Hotel Yamato.

Brigadir Jenderal AWS Mallaby dan Brigade 49 kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Pasukan ini bertugas melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan interniran Sekutu. Brigade ini merupakan bagian dari 23rd Indian Division yang dipimpin Mayor Jenderal D.C. Hawthorn.

Brigjen Mallaby lalu bertemu dengan perwakilan masyarakat Jawa Timur yang dipimpin oleh RMTA Soerjo. Kedua pihak di antaranya sepakat Inggris tidak menyertakan Angkatan Perang belanda di pasukannya, akan bekerja sama untuk menjamin keamanan dan ketentraman, akan dibentuk kontrak biro kerja sama, dan Inggris hanya akan melucuti senjata tentara Jepang.

Pelanggaran Mallaby dan pasukannya pada perjanjian tersebut memincu konflik bersenjata meletus pada 27 Oktober 1945. Pada peristiwa ini, masyarakat Surabaya menyerang pusat kedudukan Inggris.

Simak Video "20 Spesies Anggrek Baru Ditemukan di Kosta Rika"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/row)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA