Apa nama suku yang terdapat di provinsi dki jakarta

Skip to content

Provinsi DKI Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia yang sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi nasional, politik, dan kebudayaan. Provinsi ini termasuk salah satu dari 20 megalopolitan atau mega-urban menurut catatan Bank Dunia.

Minggu, 23 Mei 2021 22:02:40 WIBJumat, 11 Juni 2021 17:34:15 WIB

KOMPAS/RIZA FATHONI Pemandangan Tugu Monas, Jakarta Pusat dan taman Medan Merdeka yang mengelilinginya, Kamis (3/1/2019). Kompleks tugu Monas yang menempati areal seluas 80 hektar selain menjadi lokasi tujuan wisata bersejarah dan monumen ikon di ibukota [...]

This entry was posted in Daerah and tagged ekonomi, ibu kota negara, kependudukan, kesejahteraan, politik, produk domestik regional bruto, profil, profil daerah, profil dki jakarta, provinsi dki jakarta, sejarah.

Bintang 5

894

Jun 25, 2015#12015-06-25T04:51

Dari berjuta-juta penduduk Kota Jakarta terdapat pembagian suku bangsa yang beraneka ragam. Semua etnis suku bangsa yang ada secara umum dapat hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Dari data yang ada di bawah ini dapat kita lihat bahwa mayoritas warga Jakarta adalah orang-orang yang berasal dari daerah Jawa. Selain etnis suku jawa, suku betawi dan sunda juga merupakan etnis yang cukup mayoritas di DKI Jakarta yang jumlahnya lebih dari 10%. 1. Suku Jawa (35,16%) 2. Suku Betawi (27,65%) 3. Suku Sunda (15,27%) 4. Suku Tionghoa (5,53%) 5. Suku Batak (3,61%) 6. Suku Minang (3,18%) 7. Suku Melayu (1,62%) 8. Suku Lain-lain (7,98%) Sumber Data : Wikipedia

Yang banyak tidak diketahui orang adalah ternyata jumlah etnis tionghoa yang merupakan keturunan Cina / Tiongkok jumlahnya cukup banyak di Jakarta yaitu sebesar 5%. Itu berarti 5 dari 100 orang warga DKI Jakarta adalah orang yang bersuku Tionghoa. Itulah sebabnya mengapa penduduk asli Indonesia harus menghormati warga keturunan pendatang dari Cina. Selama berperilaku baik maka janganlah memusuhi warga pendatang keturunan.

Bintang Kecil

7

Sep 01, 2015#22015-09-01T09:51

Yang penting tidak saling menganggu satu sama lain dan saling menghormati dan saling membantu aja sih. Itu yang penting. Jangan apa-apa tidak mau tahu atau rusuh. Hehehehe

Aug 12, 2016#32016-08-12T04:05

Perbedaan adalah suatu hal yang harus kita manfaatkan untuk saling kenal mengenal dan bahu membahu membangun negara ini menjadi lebih baik. Pada dasarnya semua manusia itu sama, yang berbeda itu adalah tingkat ketakwaannya.

Oct 27, 2016#42016-10-27T01:03

setiap anggota masyarakat harus dapat saling hormat menghormati dan harga menghargai satu sama lain. persatuan dan kesatuan harus dijunjung tinggi. jangan memanfaatkan sara untuk menzalimi orang lain. jika ada yang berbuat salah hendaknya diselesaikan secara baik-baik oleh pihak yang berwajib tanpa main hakim sendiri.

Bintang Kecil

9

Jan 31, 2017#52017-01-31T08:11

Wah jawa paling banyak ya? Kalo saya sih kayaknya bagian dari Suku Lain-Lain wkwkwk.

Tapi walaupun banyaknya suku di Indonesia, semoga saja masyarakat dapat menghormati dan menghargai satu sama lain.

Nama suku asli provinsi DKI Jakarta adalah suku?

  1. Ambon.
  2. Betawi.
  3. Gayo.
  4. Dani.
  5. Semua jawaban benar

Jawaban: B. Betawi.

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, nama suku asli provinsi dki jakarta adalah suku betawi..

Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Salah satu suku asli dari pulau Jawa adalah? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap.

Daerah Khusus Ibukota JakartaNegaraHari benarIbu kotaKoordinat • Suku bangsa • Agama • BahasaZona waktuLagu daerahRumah tradisionalSenjata tradisionalSitus web
—  Provinsi  —

(Dari atas, kiri ke kanan): Kota Tua Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia, Cakrawala Jakarta, Stadion Gelora Bung Karno, Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Nasional, Istana Merdeka, Masjid Istiqlal

Lambang
Slogan: "Jaya Raya"
("Jaya dan Agung (Agung)")

Peta lokasi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Indonesia
22 Juni 1527 (hari jadi)
Jakarta
5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS
106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT
Demografi
Jawa (35,16%), Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minang (3,18%), Melayu (1,62%), Lain-lain (7,98%).[2]
Islam (85,36%), Protestan (7,54%), Katolik (3,15%), Buddha (3,13%), Hindu (0,21%), Konghucu (0,06%)[3]
Indonesia, Betawi, Jawa, Tionghoa, Sunda, Minangkabau, Batak, Inggris
WIB (UTC+7)
Kicir-Kicir
Rumah Bapang/Kebaya
Golok
www.jakarta.go.id

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta adalah satu-satunya kota di Indonesia yang mempunyai status setingkat provinsi. Jakarta terletak di anggota barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town,[4] atau semakin populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.[5][6]

Jakarta mempunyai lapang sekitar 664,01 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.603.417 jiwa (2013).[1] Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,[3] adalah metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.

Sebagai pusat bidang usaha, politik, dan kebiasaan istiadat, Jakarta adalah tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga dibuat menjadi tempat posisi lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di Tanjung Priok.

» Provinsi DKI Jakarta
» Dasar Hukum Pembentukan :
Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2007, Tgl. 30-07-2007.
Undang-Undang RI No. 34 Tahun 1999, Tgl. 31-08-1999.
Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1990, Tgl. 14-11-1990.
Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun 1974, Tgl. 28-12-1974.
Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1964, Tgl. 31-08-1964.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 1950, Tgl. 13-05-1950.
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1956, Tgl. 07-02-1956.
Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1946, Tgl. 08-07-1946.
Peraturan Pemerintah RI No. 2 Tahun 1946, Tgl. 18-04-1946.
Peraturan Pemerintah RI No. 1 Tahun 1945, Tgl. 10-10-1945.
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1945, Tgl. 23-11-1945.
» Ibukota : Jakarta
» Range Alokasi Kode POS : 10 xxx - 14 xxx
» Range Realita Kode POS : 10110 - 14530
» Banyak Kota + Kabupaten : 6
» Banyak Kota : 5       Kabupaten : 1
» Banyak Kecamatan / Distrik : 44
» Banyak Desa + Kelurahan : 267     (Ket : Desa = Kampung = Pekon)

» Banyak Pulau : 218


    Pulau yang sudah punya nama = 110
    Pulau yang belum punya nama = 108
» Lapang Wilayah : 664,01 km² (BPS 2013)
» Banyak Penduduk : 9.603.417 (DKCS 2013)

Sejarah

Lihat pula: Sunda Kelapa, Kerajaan Sunda dan Sejarah Batavia

Peta Batavia (sekarang Jakarta) tahun 1888.

Etimologi

Nama Jakarta dipergunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905.[7] Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari जयकृत), yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini kebanyakan diartikan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya berfaedah ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah kelakuan atau usaha".

Wujud lain ejaan nama kota ini telah sejak lama dipergunakan. Sejarawan Portugis João de Barros dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)".[8] Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca pandai epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra,[9] demikian pula nama Jaketra juga diistilahkan dalam surat-surat Sultan Banten[10] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)[11] sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat.[12] Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).[13]

Sunda Kelapa (397–1527)

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa, bertempat di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa adalah salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini dinamakan Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang dinamakan dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berfaedah ibu kota) dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri adalah kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada masa waktu seratus tahun ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah hadir sejak masa waktu seratus tahun ke-5 dan diperkirakan adalah ibu kota Tarumanagara yang dinamakan Sundapura.

Pada masa waktu seratus tahun ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang dibuat menjadi komoditas dagang masa itu.

Jayakarta (1527–1619)

Bangsa Portugis adalah Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada masa waktu seratus tahun ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang hadir di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan agresi Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam kisah pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang ditolong Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan hari benar Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berlandaskan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut dibuat menjadi Jayakarta yang berfaedah "kota kemenangan". Yang belakang sekali Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang dibuat menjadi sultan di Kesultanan Banten.

Batavia (1619–1942)

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar pengahabisan masa waktu seratus tahun ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal masa waktu seratus tahun ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan yang belakang sekali mengubah namanya dibuat menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia mengembang dibuat menjadi kota yang agung dan penting. (Lihat Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Celaku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Beberapa berpendapat bahwa mereka inilah yang yang belakang sekali membentuk komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi. Waktu itu lapang Batavia hanya mencakup daerah yang masa ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah hadir masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada ratus tahun kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Karenanya di Jakarta hadir wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.

Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melaksanakan perlawanan terhadap Belanda.[14] Dengan selesainya Koningsplein (Gambir) pada tahun 1818, Batavia mengembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905 di Ibukota Batavia diwujudkan dua kotapraja atau gemeente, yakni Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini dibuat menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi dibuat menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya.[15]

Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang semakin lapang. Di Pulau Jawa diwujudkan pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang diwujudkan di wilayah Jawa yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia dibuat menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.

Jakarta (1942–Sekarang)

Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia dibuat menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga adalah tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan didiami Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.

Sebelum tahun 1959, Djakarta adalah anggota dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta merasakan perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan dibuat menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang dibuat menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilaksanakan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu dibuat menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.[16]

Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat dampak kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang nyaris semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat semakin dari dua kali. Bermacam kantung permukiman kelas menengah baru yang belakang sekali mengembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat permukiman juga banyak didirikan secara mandiri oleh bermacam kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.

Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melaksanakan pembangunan proyek agung, ditengahnya Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bidang usaha kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat permukiman agung pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada pengahabisan dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.

Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur yang belakang sekali. Hingga masa ini, Jakarta masih mesti bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi dampak kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.

Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban banyak etnis Tionghoa. Gedung MPR/DPR didiami oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. (Lihat Kerusuhan Mei 1998).

Ekonomi

Jakarta adalah kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Masa ini, semakin dari 70% uang negara beredar di Jakarta.[17] Perekonomian Jakarta terutama ditunjang oleh sektor perdagangan, kelakuan yang berfaedah, properti, industri kreatif, dan keuangan. Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang dibuat menjadi tempat perputaran uang cukup agung adalah kawasan Tanah Akang dan Glodok. Kedua kawasan ini masing-masing dibuat menjadi pusat perdagangan tekstil serta barang-barang elektronik, dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia. Bahkan untuk benda/barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang dibuat menjadi komoditi ekspor. Sedangkan untuk sektor keuangan, yang memberikan kontribusi cukup agung terhadap perekonomian Jakarta adalah industri perbankan dan pasar modal. Untuk industri pasar modal, pada bulan Mei 2013 Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa yang memberikan keuntungan terbesar, setelah Bursa Efek Tokyo.[18] Pada bulan yang sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah mencapai USD 510,98 miliar atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.[19]

Pada tahun 2012, pendapatan per kapita masyarakat Jakarta sebesar Rp 110,46 juta per tahun (USD 12,270).[20] Sedangkan untuk kalangan menengah atas dengan penghasilan Rp 240,62 juta per tahun (USD 26,735), mencapai 20% dari banyak penduduk. Di sini juga bermukim semakin dari separuh orang-orang kaya di Indonesia dengan penghasilan minimal USD 100,000 per tahun. Kekayaan mereka terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta properti yang cukup signifikan. Masa ini Jakarta adalah kota dengan tingkat pertumbuhan harga properti mewah yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 38,1%.[21] Selain hunian mewah, pertumbuhan properti Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan penyewaan ruang kantor. Pada periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung pencakar langit (di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini telah menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan pencakar langit tercepat di dunia.[22] Pada tahun 2020, diperkirakan banyak pencakar langit di Jakarta akan mencapai 250 unit. Dan pada masa itu Jakarta telah mempunyai gedung tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggian mencapai 638 meter (The Signature Tower).

Transportasi

Peta pola induk transportasi metropolitan Jakarta

Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan jalan tol yang melayani seluruh kota, namun perkembangan banyak mobil dengan banyak jalan sangatlah timpang (5-10% dengan 4-5%).

Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Ciri utama rawan macet adalah arus tidak stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang. Selain oleh warga Jakarta, kemacetan juga diperparah oleh para pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor yang bekerja di Jakarta. Untuk di dalam kota, kemacetan dapat dilihat di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan Rasuna Said, Jalan Satrio, dan Jalan Gatot Subroto. Kemacetan sering terjadi pada pagi dan sore hari, yakni disaat jam pergi dan pulang kantor.

Peta jalur Transjakarta

Untuk melayani mobilitas penduduk Jakarta, pemerintah menyediakan fasilitas bus PPD. Selain itu terdapat pula bus kota yang dikelola oleh pihak swasta, seperti Mayasari Bhakti, Metro Mini, Kopaja, dan Bianglala. Bus-bus ini melayani rute yang menghubungkan terminal-terminal dalam kota, ditengahnya Pulogadung, Kampung Rambutan, Blok M, Kalideres, Grogol, Tanjung Priok, Lebak Bulus, Rawamangun, dan Kampung Melayu.

Untuk angkutan lingkungan, terdapat angkutan kota seperti Mikrolet dan KWK, dengan rute dari terminal ke lingkungan sekitar terminal. Selain itu hadir pula ojek, bajaj, dan bemo untuk angkutan jarak pendek. Tidak seperti wilayah lainnya di Jakarta yang memakai sepeda motor, di kawasan Tanjung Priok dan Jakarta Kota, pengendara ojek memakai sepeda ontel. Angkutan becak masih banyak dijumpai di wilayah pinggiran Jakarta seperti di Bekasi, Tangerang, dan Depok.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memulai pembangunan kereta bawah tanah (subway) pada 2 Mei 2013 yang dananya diperoleh dari pinjaman lunak negara Jepang. Subway jalur Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15 km ditargetkan beroperasi pada 2017. Jalur kereta monorel juga sedang dipersiapkan melayani jalur Semanggi - Roxy yang dibiayai swasta dan jalur Kuningan - Cawang - Bekasi - Bandara Soekarno Hatta yang dibiayai pemerintah pusat. Untuk lintasan kereta api, pemerintah pusat sedang menyiapkan double track pada jalur lintasan kereta api Manggarai-Cikarang. Selain itu juga, masa ini sedang didirikan jalur kereta api dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.

Transjakarta

Bus Transjakarta (Busway).

Sejak tahun 2004, Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal dengan TransJakarta. Layanan ini memakai bus AC dan halte yang berada di jalur khusus. Masa ini hadir dua belas koridor Transjakarta yang telah beroperasi, yaitu :

Kereta Listrik

Kereta api Listrik (KRL) Jabotabek

Selain bus kota, angkutan kota, dan bus Transjakarta, fasilitas transportasi andalan masyarakat Jakarta adalah kereta rel listrik atau yang biasa dikenal dengan KRL Jabotabek. Kereta listrik ini beroperasi dari pagi hari hingga malam hari, melayani masyrakat penglaju yang bertempat tinggal di seputaran Jabodetabek. Hadir beberapa jalur kereta rel listrik, yakni

  • Jalur Merah Jakarta Kota - Bogor, lewat Gambir, Manggarai, Pasar Minggu, dan Depok.
  • Jalur Jingga Bogor - Jatinegara, lewat Gambir, Jakarta Kota, dan Pasar Senen.
  • Jalur Biru Jakarta Kota - Bekasi, lewat Gambir, Manggarai, dan Jatinegara.
  • Jalur Hijau Tanah Akang - Maja, lewat Kebayoran Lama dan Serpong.
  • Jalur Coklat Duri - Tangerang, lewat Rawa Buaya.
  • Jalur Ungu Jakarta Kota - Pelabuhan Tanjung Priok.
  • Jalur Pengumpan.

Angkutan Sungai

Angkutan Sungai, atau semakin populer dengan sebutan Waterways, adalah sebuah sistem transportasi alterntif melewati sungai di Jakarta, Indonesia. Sistem transportasi ini diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tanggal 6 Juni 2007. Sistem ini adalah anggota dari penataan sistem transportasi di Jakarta yang dinamakan Pola Transportasi Makro (PTM). Dalam PTM diistilahkan bahwa arah penataan sistem transportasi adalah integrasi beberapa model transportasi yang mencakup Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), dan Angkutan Sungai (Waterways).[1]

Waterways mulai dioperasikan dan diintegrasikan dalam transportasi makro Jakarta setelah peresmian rute Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer oleh Gubernur Sutiyoso pada 6 Juni 2007. Rute ini adalah anggota dari perencanaan rute Manggarai-Karet sepanjang 3,6 kilometer. Waterways adalah kelanjutan dari pengoperasian sistem transportasi TransJakarta. Untuk mengawali Waterways, Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mengoperasikan dua unit kapal yang masing-masing berkapasitas 28 orang yang dinamakan KM Kerapu III dan KM Kerapu IV yang berkecepatan maksimal 8 knot

Infrastruktur

Bandara Soekarno Hatta Terminal 3

Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah mempunyai infrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, cairan bersih, gas, serat optik, bandara, dan pelabuhan. Masa ini rasio jalan di Jakarta mencapai 6,2% dari lapang wilayahnya.[23] Selain jalan protokol, jalan ekonomi, dan jalan lingkungan, Jakarta juga didukung oleh jaringan Jalan Tol Lingkar Dalam, Jalan Tol Lingkar Luar, Jalan Tol Jagorawi, dan Jalan Tol Ulujami-Serpong. Pemerintah juga berencana akan membangun Tol Lingkar Luar tahap kedua yang mengelilingi kota Jakarta dari Bandara Soekarno Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung Priok.

Untuk ke kota-kota lain di Pulau Jawa, Jakarta terhubung dengan Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang bersambung dengan Jalan Tol Cipularang. Selain itu juga tersedia layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan di Jakarta. Untuk ke Pulau Sumatera, tersedia ruas Jalan Tol Jakarta-Merak yang yang belakang sekali dilanjutkan dengan layanan penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni.

Untuk ke luar pulau dan luar negeri, Jakarta mempunyai satu pelabuhan laut di Tanjung Priok dan dua bandar udara yaitu:

Untuk pengadaan cairan bersih, masa ini Jakarta dilayani oleh dua perusahaan asing, yakni Thames Jaya (Inggris) untuk wilayah sebelah timur Sungai Ciliwung, dan PAM Lyonnaise Jaya (Prancis) untuk wilayah sebelah barat Sungai Ciliwung. Pada tahun 2010, kedua perusahaan ini hanya menyuplai cairan bersih kepada 44% penduduk Jakarta.[24]

Kependudukan

Masjid Mulia Al-Azhar, Kebayoran Baru

Banyak penduduk dari tahun ke tahunTahunBanyak penduduk %±1870187518801890189519011905191819201925193019401945195019591961197119801990200020052013
65.000
99.10052.5%
102.9003.8%
105.1002.1%
114.6009.0%
115.9001.1%
138.60019.6%
234.70069.3%
253.8008.1%
290.40014.4%
435.18449.9%
533.00022.5%
600.00012.6%
1.733.600188.9%
2.814.00062.3%
2.906.5333.3%
4.546.49256.4%
6.503.44943.0%
8.259.63927.0%
8.384.8531.5%
8.540.3061.9%
9.603.41711.2%


Berlandaskan data BPS pada tahun 2011, banyak penduduk Jakarta adalah 10.187.595 jiwa. Namun pada siang hari, angka tersebut dapat lebih seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok.

Agama

Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %)[25] Banyak umat Buddha terlihat semakin banyak karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh berlainan dengan kondisi pada tahun 1980, dimana umat Islam berjumlah 84,4%; disertai oleh Protestan (6,3%), Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha (5,7%), serta Tidak beragama (0,3%)[26] Menurut Cribb, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak mencatat agama yang dianut selain keenam agama yang diakui pemerintah.

Bermacam tempat peribadatan agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan mushala, sebagai rumah ibadah umat Islam, tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan nyaris di setiap lingkungan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, Masjid Istiqlal, yang terletak di Gambir. Sejumlah masjid penting lain adalah Masjid Mulia Al-Azhar di Kebayoran Baru, Masjid At Tin di Taman Mini, dan Masjid Sunda Kelapa di Menteng.

Sedangkan gereja agung yang terdapat di Jakarta ditengahnya, Gereja Katedral Jakarta, Gereja Santa Theresia di Menteng, dan Gereja Santo Yakobus di Kelapa Gading untuk umat Katolik. Masih dalam lingkungan di tidak jauhnya, terdapat bangunan Gereja Immanuel yang terletak di seberang Stasiun Gambir bagi umat Kristen Protestan. Selain itu, hadir Gereja Koinonia di Jatinegara, Gereja Sion di Jakarta Kota, Gereja Kristen Toraja di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Bagi umat Hindu yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura Adhitya Jaya yang bertempat di Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah ibadah umat Buddha ditengahnya Vihara Dhammacakka Jaya di Sunter, Vihara Theravada Buddha Sasana di Kelapa Gading, dan Vihara Silaparamitha di Cipinang Jaya. Sedangkan bagi penganut Konghucu terdapat Kelenteng Jin Tek Yin. Jakarta juga mempunyai satu sinagoga yang dipergunakan oleh pekerja asing Yahudi.

Etnis

Berlandaskan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%)[27]

Banyak penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, berubah-ubah dari tahun ke tahun. Berlandaskan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis agung yang mendiami Jakarta. Suku Jawa adalah etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung[28]

Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak masa waktu seratus tahun ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang.[29] Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta.

Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.[28]

Etnis di Jakarta pada tahun 1930, 1961, dan 2000EtnisTahun 1930 [30]Tahun 1961 [28]Tahun 2000 [31]
Jawa11,01%25,4% *35,16%
Betawi36,19%22,9%27,65%
Sunda25,37%32,85%15,27%
Tionghoa14,67%10,1%5,53%
Batak0,23%1,0%3,61%
Minangkabau0,60%2,1%3,18%
Melayu1,13%2,8%1,62%
Bugis--0,6%0,59%
Madura0,05%--0,57
Banten----0,25
Banjar--0,200,10
Minahasa0,70%0,70--
Lain-lain10,05%1,35%6,47%
* Catatan: Termasuk Suku Madura di dalamnya

Geografi

Jakarta bertempat di sebelah utara Pulau Jawa, di muara Ciliwung, Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah selatan Jakarta adalah daerah pegunungan dengan curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang semuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang membelah kota dibuat menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta bersamaan batasnya dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat bersamaan batasnya dengan provinsi Banten.

Kepulauan Seribu adalah kabupaten administratif yang terletak di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota.

Iklim

Jakarta mempunyai suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di anggota barat Indonesia, Jakarta merasakan puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada masa itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C .[32]. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).[33]

Data iklim JakartaBulanJanFebMarAprMeiJunJulAgtSepOktNovDesTahunRata-rata tertinggi °C (°F)Rata-rata terendah °C (°F)Presipitasi mm (inci)Rata-rata hari berhujan
29.9
(85.8)
30.3
(86.5)
31.5
(88.7)
32.5
(90.5)
32.5
(90.5)
31.4
(88.5)
32.3
(90.1)
32.0
(89.6)
33.0
(91.4)
32.7
(90.9)
31.3
(88.3)
32.0
(89.6)
31.8
(89.2)
24.2
(75.6)
24.3
(75.7)
25.2
(77.4)
25.1
(77.2)
25.4
(77.7)
24.8
(76.6)
25.1
(77.2)
24.9
(76.8)
25.5
(77.9)
25.5
(77.9)
24.9
(76.8)
24.9
(76.8)
25.0
(77)
384.7
(15.146)
309.8
(12.197)
100.3
(3.949)
257.8
(10.15)
133.4
(5.252)
83.1
(3.272)
30.8
(1.213)
34.2
(1.346)
29.0
(1.142)
33.1
(1.303)
175.0
(6.89)
84.0
(3.307)
1.655,2
(65,165)
262015181317524692212187
Sumber: World Meteorological Organisation [34]

Lingkungan

Taman Suropati di Menteng, Jakarta Pusat

Jakarta adalah salah satu kota terbersih di Indonesia. Pada tahun 2010, lima wilayah kota di Jakarta meraih penghargaan Bangun Praja kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu dinamakan "Adipura"). Salah satu faktor penentu keberhasilan tersebut adalah keberadaan kawasan Menteng dan Kebayoran Baru yang asri dan bersih.

Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak wilayah lain di Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Permukiman ini kebanyakan dikembangkan oleh pengembang swasta, dan dibuat menjadi tempat tinggal masyarakat kelas menengah. Pondok Indah, Kelapa Gading, Pulo Mas, dan Cempaka Putih, adalah beberapa wilayah permukiman yang bersih dan teratur. Namun di beberapa wilayah lain Jakarta, masih nampak permukiman kumuh yang belum teratur. Permukiman kumuh ini berupa perkampungan dengan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi, serta banyaknya rumah yang didirikan secara berhimpitan di dalam gang-gang sempit. Beberapa wilayah di Jakarta yang mempunyai kepadatan penduduk cukup tinggi ditengahnya, Tanjung Priok, Johar Baru, Pademangan, Sawah Agung, dan Tambora.

Taman kota

Jakarta mempunyai banyak taman kota yang berfungsi sebagai daerah resapan cairan. Taman Monas atau Taman Medan Merdeka adalah taman terluas yang terletak di jantung Jakarta. Di tengah taman berdiri Monumen Nasional yang didirikan pada tahun 1963. Taman buka ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1870) dan selesai pada tahun 1910 dengan nama Koningsplein. Di taman ini terdapat beberapa ekor kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia.[35]

Taman Suropati terletak di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Taman mempunyai wujud oval dengan lapang 16,322 m2 ini, dikelilingi oleh beberapa bangunan Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung modern karya artis-artis ASEAN, yang memberikan sebutan lain bagi taman tersebut, yaitu "Taman persahabatan seniman ASEAN".[36]

Taman Lapangan Banteng adalah taman lain yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Lapangnya sekitar 4,5 ha. Di sini terdapat Monumen Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini dipergunakan sebagai terminal bus. Yang belakang sekali pada tahun 1993, taman ini kembali diubah dibuat menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-kadang sebagai tempat pertunjukan seni.[37]

Pemerintahan

Peta DKI Jakarta tanpa Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.

Dasar hukum bagi DKI Jakarta adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU ini menggantikan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak berlangsung lagi.

Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur. Berlainan dengan provinsi lainnya, Jakarta hanya mempunyai pembagian di bawahnya berupa kota administratif dan kabupaten administratif, yang berfaedah tidak mempunyai perwakilan rakyat tersendiri.

DKI Jakarta mempunyai status khusus sebagai Daerah Khusus Ibukota. DKI Jakarta ini dibagi kepada lima kota dan satu kabupaten, yaitu:

Kepala daerah

Daftar kepala daerah yang pernah memerintah DKI Jakarta

Kedutaan agung

Lihat pula: Daftar kedutaan agung di Jakarta

Di Jakarta terdapat 77 kedutaan agung negara-negara sahabat. Beberapa agung kedutaan ini terletak di kawasan bidang usaha Jakarta. Beberapa kedutaan agung negara-negara sahabat, sempat diancam oleh bom, yakni Kedutaan Agung Australia dan Kedutaan Agung Filipina. Kedutaan Agung Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia kerap dibuat menjadi tempat berdemonstrasi warga, yang memprotes kebijakan internasional negara tersebut.

Pendidikan

Lihat pula: Daftar Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta

DKI Jakarta menyediakan fasilitas pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-AC sampai yang sederhana.

Belakangan ini mulai muncul bermacam sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan cara pengajaran yang berlainan, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak swasta, seperti Al-Azhar, Muhammadiyah, BPK Penabur, Kolese Kanisius, Don Bosco, Tarakanita, Pangudi Luhur, Santa Ursula, Regina Pacis dan Marsudirini.

DKI Jakarta juga dibuat menjadi lokasi bermacam universitas terkemuka, antara lain :

Pariwisata

Monumen Nasional yang berdiri di tengah Lapangan Merdeka

Jakarta adalah salah satu destinasi wisata yang cukup baik di Indonesia. Untuk meningkatkan banyak wisatawan yang pergi ke Jakarta, pemerintah menyelenggarakan program "Enjoy Jakarta". Beberapa tempat pariwisata yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan lokal dan mancanegara ditengahnya adalah Taman Mini Indonesia Indah, Pulau Seribu, Kebun Binatang Ragunan, dan Taman Impian Jaya Ancol (termasuk taman benar pemain Dunia Fantasi dan Seaworld Indonesia). Disamping itu Jakarta juga mempunyai banyak tempat wisata sejarah, yakni berupa museum dan tugu. Ditengahnya adalah Museum Gajah, Museum Fatahillah, dan Monumen Nasional.[42] Disamping tempat wisatanya yang memadai, masa ini di Jakarta hadir sekitar 219 hotel berbintang, 3.173 restoran, dan 40 balai pertemuan.[43] Nyaris semua jaringan hotel kelas dunia telah buka gerainya di Jakarta, seperti JW Marriott Jakarta, The Ritz-Carlton Jakarta, Shangri-La Hotel, dan Grand Hyatt Jakarta.

Wisata Belanja

Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, setiap bulan Juni-Juli pemerintah menyelenggarakan program "Jakarta Great Sale". Program ini diadakan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah masa ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, terdapat beberapa pusat perbelanjaan untuk bermacam segmen, yaitu Mal Ambassador, ITC Kuningan, Ciputra World Jakarta, Kuningan City, dan Kota Kasablanka. Tak jauh dari situ berdiri pula Plaza Festival, salah satu pusat kuliner yang menawarkan makanan-makanan khas Jakarta.

Pasar dan Pusat perbelanjaan

Pasar Senen sekitar tahun 1970an

Jakarta mempunyai nama-nama pasar berlandaskan dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama hari itu termasuk Pasar Minggu, Pasar Senen, Pasar Rebo, dan Pasar Jumat, dan sekarang dibuat menjadi nama sebuah daerah. Sementara, Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar Sabtu, tidak terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama daerah. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari karena dalam riwayatnya, kegiatan di pasar itu dilaksanakan pada hari tertentu. Misalnya, dinamakan Pasar Senen karena kegiatan di pasar tersebut dulunya selalu dilaksanakan setiap hari Senin. Sekarang nama tersebut dibuat menjadi sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat.

Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama Yustinus Vinck di anggota selatan Castle Batavia pada tahun 1730an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang masa ini dikenal dengan nama Pasar Senen. Vincke Passer adalah pasar pertama yang memainkan sistem jual beli dengan memakai uang sebagai alat jual beli yang sah.

Yang belakang sekali masuk pada masa waktu seratus tahun ke-19 atau pada tahun 1801, pemerintah VOC memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya. Vincke Passer buka setiap hari Senin, sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai Pasar Senen dan hingga masa ini nama tersebut masih melekat hingga diabadikan dibuat menjadi sebuah nama daerah.

Selain Vincke Passer yang buka hari Senin, hadir juga pasar yang buka hari Selasa yakni Pasar Koja, pasar yang buka setiap hari Rabu adalah Pasar Rebo yang sekarang dibuat menjadi Pasar Induk Kramat Jati. Yang belakang sekali pasar yang buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer yang sekarang dinamakan Pasar Jatinegara. Yang belakang sekali hadir beberapa pasar yang buka pada hari Jumat, seperti Pasar Lebakbulus, Pasar Klender, dan Pasar Cimanggis.

Untuk Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu adalah Pasar Tanah Akang. Sedangkan Pasar Minggu atau yang dulu dikenal dengan sebutan Tanjung Oost Passer buka pada hari Minggu. Perbedaan pengoperasian pasar ini dilaksanakan VOC dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam pergi dan semakin mengenal suatu pasar. Namun kebijakan berlangsungnya hari kerja pasar tak berlangsung lama. Karena sejak VOC bangkrut dampak banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda. Sejak ratus tahun Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlangsung lagi, hingga beberapa agung pasar buka setiap hari, meski terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.

Di ratus tahun Hindia Belanda pada pengahabisan masa waktu seratus tahun ke-19 inilah banyak muncul berturut-turut pasar-pasar baru yang semakin modern, seperti Pasar Baru dan Pasar Glodok. Pasar-pasar yang muncul di era masa waktu seratus tahun ke-19 pengahabisan hingga awal masa waktu seratus tahun ke-20 dibuat menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.

Sejak awal tahun 1980, Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun pusat-pusat perbelanjaan modern, atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Masa ini Jakarta adalah salah satu kota di Asia yang banyak mempunyai pusat perbelanjaan.[44] Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta mempunyai lapang yang cukup agung (lebih dari 100.000 m2). Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir bermacam waralaba internasional seperti Starbucks, Sogo, jaringan restoran siap saji McDonalds. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler 77, J.Co dan Bakmie Gajah Mada.

Di samping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga mempunyai banyak pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir ditengahnya ITC Cempaka Mas, ITC Mangga Dua, ITC Roxy Mas, Pasar Senen dan Pasar Tanah Akang. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang dibuat menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta, ditengahnya Carrefour, Hypermart, Giant, Lotte Mart, dan Ranch Market. Untuk lingkungan yang semakin kecil, tersedia pula pusat belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau, seperti Indomaret dan Alfamart. Di Jakarta terdapat pula pasar yang menjual barang-barang unik dan antik, seperti di Pasar Surabaya dan Pasar Rawabening.

Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta adalah :

Plaza Senayan, Jakarta Pusat

Jakarta Pusat
  • Grand Indonesia, adalah salah satu mal terluas dan sangat prestisius di Indonesia. Mal ini terbagi dibuat menjadi dua distrik, yaitu West Mall dan East Mall. Mal yang terletak di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat ini, mempunyai lapang 250.000 m2, dan dibuat menjadi tempat bagi merek-merek papan atas, seperti Zara, Louis Vuitton, Marks & Spencer, Chanel, Burberry, Forever21, GAP, Gucci, Guess, Polo, dan Samuel & Kevin. Termasuk Toko Buku Gramedia. Di anggota bawah pusat perbelanjaan ini terdapat bermacam jenis restoran yang dapat dinikmati oleh para pengunjung.
  • Plaza Indonesia, terletak di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Dengan lapang sekitar 42.540 m2, mall ini pernah dibuat menjadi tempat pertama berdirinya Sogo Department Store Indonesia, namun telah ditutup sejak tahun 2009. Di mall ini terdapat Debenhams Department Store, Louis Vuitton, Food Hall, dan Hard Rock Cafe. Mall ini terintergrasi dengan EX Plaza, Grand Hyatt Hotel Jakarta, The Plaza Office Tower, The Keraton Hyatt Residence, dan Kedutaan Agung Jepang.
  • Plaza Senayan, adalah mal agung di Jakarta yang terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini mempunyai lapang 130.500 m2. Di mall ini terdapat sejumlah department store kelas menengah keatas seperti Sogo Department Store dan Metro Department Store. Di mall ini juga terdapat toko buku yang terkenal di dunia, yakni Kinokuniya. Di anggota atrium mall ini terdapat sebuah jam raksasa hasil pekerjaan Seiko, Jepang. Jam ini terdiri dari 6 patung pemusik, setiap patung memperagakan alat musik yang berlainan.
  • Senayan City, terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini terletak berseberangan dengan Plaza Senayan dan berdekatan dengan Gelora Bung Karno. Mall ini mempunyai lapang 68.000 m2. Di atas mall ini terdapat menara kantor stasiun televisi SCTV.
Jakarta Barat
  • Central Park Mall, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini mempunyai lapang 167.000 m2. Desain mal ini meniru gaya unsur lingkungan kehidupan. Di mall ini terdapat sebuah food court yang asri, lalu terdapat Sogo Department Store, Carrefour, dan Central Park Furnishings. Mall ini terletak di kawasan Podomoro City yang dikembangkan oleh Mulia Podomoro.
  • Mal Taman Anggrek, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Dengan lapang sekitar 130.000 m2, pusat perbelanjaan ini menyediakan lapangan ski indoor yang terbesar di Asia Tenggara.
  • Mall Ciputra Jakarta, berada di lokasi yang sangat strategis, yakni berada di depan jalan tol dan diapit oleh 2 universitas tekenal. Mall ini terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini mempunyai lapang 80.000 m2. Diatas mall ini terdapat Hotel Ciputra Jakarta. Di mall ini terdapat Matahari Department Store dan Hero Supermarket.
Jakarta Utara
  • Mal Artha Gading, adalah salah satu mal yang sangat unik di Jakarta. Konsep interior mall ini meniru gaya sejarah Jalur Sutera. Mall ini mempunyai 7 buah atrium, yakni atrium Nusantara, China, India, Persia, Italia, Paris, dan Millenium. Mal ini mempunyai lapang 270.000 m2. Di mall ini terdapat Ace Hardware & Index, Diamond Supermarket, Electronic City, IT Center, Amazone, Artha XXI dan lain lain.
  • Mal Kelapa Gading, terletak di Jalan Kelapa Gading Boulevard, Jakarta Utara. Dengan lapang mencapai 147.000 m2, mal ini mempunyai food court dan pusat mode terlengkap di Jakarta.
  • Emporium Pluit Mall, terletak di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara. Dengan lapang 61.243 m2, mall ini mempunyai Sogo Department Store, Carrefour, dan anchor tenant lainnya.

Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat

Jakarta Selatan
  • Pondok Indah Mall, terletak di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mall ini terdiri dari 2 bangunan utama yakni Pondok Indah Mall I dan II. Pondok Indah Mall II adalah mall terlengkap untuk memenuhi kebutuhan warga Jakarta Selatan. Di mall II ini terdapat Sogo Department Store, Metro Department Store, dan banyak tenant agung lainnya.
  • Pacific Place Jakarta, terletak di kawasan SCBD. Di atas mall ini terdapat Ritz Carlton Hotel Pacific Place dan dua menara Ritz Carlton Residence. Di mall ini terdapat M Pacific Place, Kidzania, Blitzmegaplex, Kem Chicks, dan tenant lainnya.
  • Cilandak Town Square, terletak di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Mall ini terkenal sebagai pusat hiburan di Jakarta Selatan. Di mal ini terdapat banyak restoran, lounge, dan cafe.
Jakarta Timur

Kebiasaan istiadat

Kebiasaan Jakarta adalah kebiasaan mestizo, atau sebuah campuran kebiasaan dari beragam etnis. Sejak ratus tahun Belanda, Jakarta adalah ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta ditengahnya, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, kebiasaan Jakarta juga banyak menyerap dari kebiasaan luar, seperti kebiasaan Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.

Jakarta adalah daerah tujuan urbanisasi bermacam ras di dunia dan bermacam suku bangsa di Indonesia, untuk itu diperlukan bahasa komunikasi yang biasa dipergunakan dalam perdagangan yaitu Bahasa Melayu. Penduduk asli yang berbahasa Sunda pun pengahabisannya memakai bahasa Melayu tersebut.

Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng, dsb-nya yang masih berlandaskan dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[45] yang masa ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Walaupun bahasa formal yang dipergunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa tidak resmi atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Melayu dialek Betawi. Untuk penduduk asli di Kampung Jatinegara Kaum, mereka masih kukuh memakai bahasa leluhur mereka yaitu bahasa Sunda.

Bahasa daerah juga dipergunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bugis, Inggris dan Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat bermacam suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar bermacam suku bangsa, dipergunakan Bahasa Indonesia.

Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang kadang-kadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang sangat banyak dipergunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan, dan bidang usaha. Bahasa Mandarin juga dibuat menjadi bahasa asing yang banyak dipergunakan, terutama di kalangan pebisnis Tionghoa.

Makanan

Jakarta adalah kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak ditinggali oleh para ekspatriat asing, seperti di daerah Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan daerah pusat bidang usaha Jakarta, tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini kebanyakan dijual dalam restoran-restoran mewah.

Di Jakarta, dan seperti kota-kota lainnya di Indonesia, Rumah Makan Padang adalah restoran yang sangat banyak dijumpai. Nyaris di setiap sudut kota, dengan mudahnya dijumpai rumah makan yang manyajikan masakan asal Minangkabau ini. Selain Masakan Minang, Jakarta juga mempunyai makanan khasnya. Yang sangat terkenal adalah Kerak Telor, Soto Betawi, Kue Ape, Roti Buaya, Combro, dan Nasi Uduk. Sebagai tempat bermukimnya bermacam etnis di Indonesia, di sini juga bisa ditemukan bermacam jenis makanan tradisional dari daerah lainnya, seperti Rawon, Rujak Cingur, dan Kupang Lontong.

Olahraga

Gelora Bung Karno pada perkara AFC Cup 2007

Sejak masa Presiden Soekarno hingga masa ini, Jakarta sering dibuat menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala internasional, di antaranya pernah dibuat menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962, Piala Asia pada tahun 2007 dan beberapa kali dibuat menjadi tuan rumah Pesta Olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang semakin dikenal dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolahraga. Sepak bola adalah cabang permainan yang banyak diminati masyarakat, di samping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta mempunyai beberapa klub sepak bola profesional. Ditengahnya Persija Jakarta Pusat dan Persitara Jakarta Utara, yang masa ini ikut berlaga di kompetisi Liga Super Indonesia.

Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan, Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu, Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur

Media

Surat Kabar

Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa tediri dari 20-surat kabar yang terbit di kota ini antara lain:

Televisi

Terrestrial televisi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa terdiri dari 22-stasiun televisi (14-siaran nasional & 8-siaran ibu kota) seperti:

Televisi berlangganan

Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa televisi berlangganan seperti:

Radio

Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa terdiri dari 95-buah stasiun radio bersiaran lokal seperti:

Permasalahan

Banjir adalah masalah berkepanjangan yang terus melanda Jakarta.

Sosial

Sebagaimana umumnya kota megapolitan, kota yang berpenduduk di atas 10 juta, Jakarta mempunyai masalah stress, kriminalitas, dan kemiskinan. Penyimpangan peruntukan area dan privatisasi area telah menghabiskan persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena gaya hidup individualistik juga dibuat menjadi penyebab stress. Tata ruang kota yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang mengundang tindak laku kriminal. Penggusuran kampung miskin dan penggusuran area usaha tidak resmi oleh pemerintah DKI adalah penyebab aktif kemiskinan di DKI.

Banyak pendatang di Jakarta (2002-2005) :

TahunEksodusInfluksPerbedaan
20022.643.2732.874.801231.528
20032.816.3843.021.214204.830
20042.213.8122.404.168190.356
2005 ? 200.000-250.000*

Catatan: * kira-kira
Sumber: Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta

Banjir

Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir, penyimpangan peruntukan area kota, dan penurunan tanah dampak eksploitasi cairan oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran cairan sistem sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir agung di Jakarta.

Tata ruang kota yang sering berubah-ubah, menyebabkan polusi udara dan banjir sulit dikemudikan. Walaupun pemerintah telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai daerah resapan cairan, namun ketentuan tersebut sering dilanggar dengan terus didirikannya perumahan serta pusat bidang usaha baru. Beberapa wilayah yang diperuntukkan untuk permukiman, banyak yang berpindah fungsi dibuat menjadi tempat komersial.

Untuk memperbaiki kondisi, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan cairan dari kali Cipinang ke arah timur, melewati daerah Pondok Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat yang telah didirikan sejak ratus tahun kolonial Belanda, mengaliri cairan melewati Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga mempunyai dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.

Kota kembar

Kota-kota yang mempunyai hubungan kota kembar dengan Jakarta adalah:

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI. [1], diakses pada Desember 2013
  2. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. ISBN 9812302123. 
  3. ^ a b Sensus Penduduk 2010. Biro Pusat Statistik
  4. ^ (Inggris) "A Day in J-Town". Jetstar Magazine. April 2012. Diakses 2 Januari 2013. 
  5. ^ (Inggris) Suryodiningrat, Meidyatama (2007-06-22). "Jakarta: A city we learn to love but never to like". The Jakarta Post. Diarsipkan dari aslinya tanggal 2008-02-21. 
  6. ^ "Travel Indonesia Guide – How to appreciate the 'Big Durian' Jakarta". Worldstepper-daworldisntenough.blogspot.com. 8 April 2008. Diakses 27 April 2010. 
  7. ^ Thee Liang Gie; Sejarah Pemerintahan Kota Djakarta, Jakarta: Kotapraja Djakarta Raja, 1958, hal. 83.
  8. ^ "... Xacatara por outro nome Caravam ... . ", Barros, Da Asia decada IV, liv. 1, Cap XII, hlm. 77, dalam laman web Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
  9. ^ T.B.G. jilid 19 tahun 1870, hal. 393, dalam Slamet Muljana, Sriwijaya, hal. 72. LKiS, 2006. ISBN 979-8451-62-7. Diakses 22 September 2011.
  10. ^ Titik Pudjiastuti, (2007), Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-650-8.
  11. ^ Jaketra, Portal Formal Provinsi DKI Jakarta, www.jakarta.go.id, © 1995 - 2011 Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta, Diakses 23 September 2011.
  12. ^ Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
  13. ^ Djulianto Susantio, Pendirian Jakarta dan Pangeran Jayakarta, hurahura.wordpress.com, 1 Maret 2010. Diakses 22 September 2011.
  14. ^ Wijayakusuma, H.M. Hembing. Pembantaian Massal 1740, Tragedi Berdarah Angke. Pustaka Populer Obor. 
  15. ^ Alwi Shahab, Koran Republika, 1 Desember 2007
  16. ^ Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, Firman Lubis, Masuo Jakarta, 2008 ISBN 979-3731-46-X
  17. ^ Jakarta Sekarang
  18. ^ [2]
  19. ^ www.beritasatu.com Lampau Target, Transaksi BEI Naik 43%
  20. ^ bps.go.id BPS Provinsi DKI Jakarta
  21. ^ kontan.co.id Pertumbuhan Hunian Mewah Jakarta Tertinggi Dunia
  22. ^ www.investor.co.id Pertumbuhan Pencakar Langit Jakarta 87,5%
  23. ^ sindonews.com Rasio Jalan di Jakarta baru 6,2 persen
  24. ^ www.jakartawater.org
  25. ^ Data pemerintahan tidak ikut menghitung data kependudukan kecamatan Pesanggrahan dan Cilandak di Jakarta Selatan. Kedua kecamatan ini penduduknya adalah 300.000 jiwa atau sekitar 4 % penduduk Jakarta. Data ini tidak mencatat para penganut agama Kong Hu Cu
  26. ^ Data Robert Cribb, Historical Atlas of Indonesia (2000:47-51)
  27. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. 
  28. ^ a b c Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, Masup Jakarta, 2007
  29. ^ Dinas Kebiasaan istiadat dan Permuseuman, Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage: Volume 3, Yayasan Untuk Indonesia, Jakarta Raya (Indonesia), 2005
  30. ^ Nederlandsch Indie, Departement van Economischezaken, Volkstelling 1930 Vol. I, Batavia, 1935
  31. ^ Sensus Penduduk Tahun 2000
  32. ^ Turner, Peter (1997). Java (ed. 1st edition). Melbourne: Lonely Planet Publications. hlm. p. 37. ISBN 0-86442-314-4. 
  33. ^ "Jakarta: When to Go". Lonely Planet. Lonely Planet Publications. 2008. Diakses 2008-10-06. 
  34. ^ "World Weather Information Service - Jakarta". 
  35. ^ "Taman Medan Merdeka (Indonesian)". Dartmouth deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  36. ^ "Taman Suropati (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  37. ^ "Taman Lapangan Banteng (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  38. ^ //www.merdeka.com/jakarta/pelantikan-jokowi-diundur-mendagri-tunjuk-sekda-dki
  39. ^ Hasil Peroleh Suara DPD DKI Jakarta
  40. ^ Jakarta wraps up vote recapitulation, Democratic Party leads. The Jakarta Post. Edisi 2 Mei 2009 daring. Diakses 2 Mei 2009.
  41. ^ 74 Persen Anggota DPRD DKI Wajah Baru. Kompas daring. 4-5-2009.
  42. ^ "Ibukota Negara Monumental (Indonesian)". 
  43. ^ www.jakarta.go.id Situs Formal Pemerintah DKI Jakarta
  44. ^ Jakarta Malls and Shopping Centers - Luxury shopping in Indonesia
  45. ^ Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. 2007. 


Sumber :
diskusi.biz, p2kp.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.

Page 2

Kawasan Khusus Ibukota JakartaNegaraHari benarIbu kotaKoordinat • Suku bangsa • Agama • BahasaZona waktuLagu kawasanRumah tradisionalSenjata tradisionalSitus web
—  Provinsi  —

(Dari atas, kiri ke kanan): Kota Tua Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia, Cakrawala Jakarta, Stadion Gelora Bung Karno, Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Nasional, Istana Merdeka, Masjid Istiqlal

Lambang
Slogan: "Jaya Raya"
("Jaya dan Agung (Agung)")

Peta lokasi Kawasan Khusus Ibukota Jakarta
Indonesia
22 Juni 1527 (hari jadi)
Jakarta
5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS
106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT
Demografi
Jawa (35,16%), Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minang (3,18%), Melayu (1,62%), Lain-lain (7,98%).[2]
Islam (85,36%), Protestan (7,54%), Katolik (3,15%), Buddha (3,13%), Hindu (0,21%), Konghucu (0,06%)[3]
Indonesia, Betawi, Jawa, Tionghoa, Sunda, Minangkabau, Batak, Inggris
WIB (UTC+7)
Kicir-Kicir
Rumah Bapang/Kebaya
Golok
www.jakarta.go.id

Kawasan Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang mempunyai status setingkat provinsi. Jakarta terletak di anggota barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town,[4] atau semakin populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.[5][6]

Jakarta mempunyai lapang sekitar 664,01 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.603.417 jiwa (2013).[1] Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,[3] merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.

Sebagai pusat bidang usaha, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga dibuat menjadi tempat posisi lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di Tanjung Priok.

Sejarah

Lihat pula: Sunda Kelapa, Kerajaan Sunda dan Sejarah Batavia

Peta Batavia (sekarang Jakarta) tahun 1888.

Etimologi

Nama Jakarta digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905.[7] Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari जयकृत), yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya berfaedah ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah kelakuan atau usaha".

Wujud lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis João de Barros dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)".[8] Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca pandai epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra,[9] demikian pula nama Jaketra juga dituturkan dalam surat-surat Sultan Banten[10] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)[11] sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat.[12] Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).[13]

Sunda Kelapa (397–1527)

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa, bertempat di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini dinamakan Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang dinamakan dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berfaedah ibu kota) dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada masa waktu seratus tahun ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah hadir sejak masa waktu seratus tahun ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang dinamakan Sundapura.

Pada masa waktu seratus tahun ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang dibuat menjadi komoditas dagang masa itu.

Jayakarta (1527–1619)

Bangsa Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada masa waktu seratus tahun ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang hadir di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari probabilitas agresi Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam kisah pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang ditolong Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan hari benar Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berlandaskan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut dibuat menjadi Jayakarta yang berfaedah "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang dibuat menjadi sultan di Kesultanan Banten.

Batavia (1619–1942)

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar belakang masa waktu seratus tahun ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal masa waktu seratus tahun ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan yang belakang sekali mengubah namanya dibuat menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia mengembang dibuat menjadi kota yang agung dan penting. (Lihat Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Celaku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Beberapa berpendapat bahwa mereka inilah yang yang belakang sekali membentuk komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi. Waktu itu lapang Batavia hanya mencakup kawasan yang masa ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah hadir masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada ratus tahun kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Karenanya di Jakarta hadir wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.

Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melaksanakan perlawanan terhadap Belanda.[14] Dengan berhentinya Koningsplein (Gambir) pada tahun 1818, Batavia mengembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905 di Ibukota Batavia diwujudkan dua kotapraja atau gemeente, yakni Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini dibuat menjadi tempat baru untuk petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi dibuat menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya.[15]

Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang semakin lapang. Di Pulau Jawa diwujudkan pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang diwujudkan di wilayah Jawa yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia dibuat menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.

Jakarta (1942–Sekarang)

Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia dibuat menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan didiami Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.

Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan anggota dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan dibuat menjadi kawasan tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang dibuat menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu diterapkan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Kawasan Tingkat Satu dibuat menjadi Kawasan Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.[16]

Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat dampak kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang nyaris semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat semakin dari dua kali. Bermacam kantung permukiman kelas menengah baru yang belakang sekali mengembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat permukiman juga banyak didirikan secara mandiri oleh bermacam kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.

Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melaksanakan pembangunan proyek agung, antara lain Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Ajang Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bidang usaha kota, menggantikan poros Ajang Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat permukiman agung pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada belakang dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.

Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" untuk pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berlangsung dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Sampai masa ini, Jakarta masih mesti bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi dampak kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.

Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban banyak etnis Tionghoa. Gedung MPR/DPR didiami oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. (Lihat Kerusuhan Mei 1998).

Ekonomi

Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Masa ini, semakin dari 70% uang negara beredar di Jakarta.[17] Perekonomian Jakarta terutama ditunjang oleh sektor perdagangan, kelakuan yang berguna, properti, industri kreatif, dan keuangan. Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang dibuat menjadi tempat perputaran uang cukup agung adalah kawasan Tanah Akang dan Glodok. Kedua kawasan ini masing-masing dibuat menjadi pusat perdagangan tekstil serta barang-barang elektronik, dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia. Bahkan untuk barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang dibuat menjadi komoditi ekspor. Sedangkan untuk sektor keuangan, yang memberikan kontribusi cukup agung terhadap perekonomian Jakarta adalah industri perbankan dan pasar modal. Untuk industri pasar modal, pada bulan Mei 2013 Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa yang memberikan keuntungan terbesar, setelah Bursa Efek Tokyo.[18] Pada bulan yang sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah mencapai USD 510,98 miliar atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.[19]

Pada tahun 2012, pendapatan per kapita masyarakat Jakarta sebesar Rp 110,46 juta per tahun (USD 12,270).[20] Sedangkan untuk kalangan menengah atas dengan penghasilan Rp 240,62 juta per tahun (USD 26,735), mencapai 20% dari banyak penduduk. Di sini juga bermukim semakin dari separuh orang-orang kaya di Indonesia dengan penghasilan minimal USD 100,000 per tahun. Kekayaan mereka terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta properti yang cukup signifikan. Masa ini Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan harga properti mewah yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 38,1%.[21] Selain hunian mewah, pertumbuhan properti Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan penyewaan ruang kantor. Pada periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung pencakar langit (di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini telah menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan pencakar langit tercepat di dunia.[22] Pada tahun 2020, diperkirakan banyak pencakar langit di Jakarta akan mencapai 250 unit. Dan pada masa itu Jakarta telah mempunyai gedung tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggian mencapai 638 meter (The Signature Tower).

Transportasi

Peta pola induk transportasi metropolitan Jakarta

Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan jalan tol yang melayani seluruh kota, namun perkembangan banyak mobil dengan banyak jalan sangatlah timpang (5-10% dengan 4-5%).

Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Ciri utama rawan macet adalah arus tidak stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang. Selain oleh warga Jakarta, kemacetan juga diperparah oleh para pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor yang memainkan pekerjaan di Jakarta. Untuk di dalam kota, kemacetan dapat dilihat dan diteliti di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan Rasuna Said, Jalan Satrio, dan Jalan Gatot Subroto. Kemacetan sering terjadi pada pagi dan sore hari, yakni disaat jam pergi dan pulang kantor.

Peta jalur Transjakarta

Untuk melayani mobilitas penduduk Jakarta, pemerintah menyediakan fasilitas bus PPD. Selain itu terdapat pula bus kota yang diurus oleh pihak swasta, seperti Mayasari Bhakti, Metro Mini, Kopaja, dan Bianglala. Bus-bus ini melayani rute yang menghubungkan terminal-terminal dalam kota, antara lain Pulogadung, Kampung Rambutan, Blok M, Kalideres, Grogol, Tanjung Priok, Lebak Bulus, Rawamangun, dan Kampung Melayu.

Untuk angkutan lingkungan, terdapat angkutan kota seperti Mikrolet dan KWK, dengan rute dari terminal ke lingkungan sekitar terminal. Selain itu hadir pula ojek, bajaj, dan bemo untuk angkutan jarak pendek. Tidak seperti wilayah lainnya di Jakarta yang menggunakan sepeda motor, di kawasan Tanjung Priok dan Jakarta Kota, pengendara ojek menggunakan sepeda ontel. Angkutan becak masih banyak dijumpai di wilayah pinggiran Jakarta seperti di Bekasi, Tangerang, dan Depok.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memulai pembangunan kereta bawah tanah (subway) pada 2 Mei 2013 yang dananya diperoleh dari pinjaman lunak negara Jepang. Subway jalur Lebak Bulus sampai Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15 km ditargetkan beroperasi pada 2017. Jalur kereta monorel juga sedang dipersiapkan melayani jalur Semanggi - Roxy yang dibiayai swasta dan jalur Kuningan - Cawang - Bekasi - Bandara Soekarno Hatta yang dibiayai pemerintah pusat. Untuk lintasan kereta api, pemerintah pusat sedang menyiapkan double track pada jalur lintasan kereta api Manggarai-Cikarang. Selain itu juga, masa ini sedang didirikan jalur kereta api dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.

Transjakarta

Bus Transjakarta (Busway).

Sejak tahun 2004, Pemerintah Kawasan DKI Jakarta telah menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal dengan TransJakarta. Layanan ini menggunakan bus AC dan halte yang berada di jalur khusus. Masa ini hadir dua belas koridor Transjakarta yang telah beroperasi, yaitu :

Kereta Listrik

Kereta api Listrik (KRL) Jabotabek

Selain bus kota, angkutan kota, dan bus Transjakarta, fasilitas transportasi andalan masyarakat Jakarta adalah kereta rel listrik atau yang biasa dikenal dengan KRL Jabotabek. Kereta listrik ini beroperasi dari pagi hari sampai malam hari, melayani masyrakat penglaju yang bertempat tinggal di seputaran Jabodetabek. Hadir beberapa jalur kereta rel listrik, yakni

  • Jalur Merah Jakarta Kota - Bogor, lewat Gambir, Manggarai, Pasar Minggu, dan Depok.
  • Jalur Jingga Bogor - Jatinegara, lewat Gambir, Jakarta Kota, dan Pasar Senen.
  • Jalur Biru Jakarta Kota - Bekasi, lewat Gambir, Manggarai, dan Jatinegara.
  • Jalur Hijau Tanah Akang - Maja, lewat Kebayoran Lama dan Serpong.
  • Jalur Coklat Duri - Tangerang, lewat Rawa Buaya.
  • Jalur Ungu Jakarta Kota - Pelabuhan Tanjung Priok.
  • Jalur Pengumpan.

Angkutan Sungai

Angkutan Sungai, atau semakin populer dengan sebutan Waterways, adalah sebuah sistem transportasi alterntif melewati sungai di Jakarta, Indonesia. Sistem transportasi ini diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tanggal 6 Juni 2007. Sistem ini merupakan anggota dari penataan sistem transportasi di Jakarta yang dinamakan Pola Transportasi Makro (PTM). Dalam PTM dituturkan bahwa arah penataan sistem transportasi merupakan integrasi beberapa model transportasi yang meliputi Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), dan Angkutan Sungai (Waterways).[1]

Waterways mulai dioperasikan dan diintegrasikan dalam transportasi makro Jakarta setelah peresmian rute Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer oleh Gubernur Sutiyoso pada 6 Juni 2007. Rute ini merupakan anggota dari perencanaan rute Manggarai-Karet sepanjang 3,6 kilometer. Waterways merupakan kelanjutan dari pengoperasian sistem transportasi TransJakarta. Untuk mengawali Waterways, Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mengoperasikan dua unit kapal yang masing-masing berkapasitas 28 orang yang dinamakan KM Kerapu III dan KM Kerapu IV yang berkecepatan maksimal 8 knot

Infrastruktur

Bandara Soekarno Hatta Terminal 3

Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah mempunyai infrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, cairan bersih, gas, serat optik, bandara, dan pelabuhan. Masa ini rasio jalan di Jakarta mencapai 6,2% dari lapang wilayahnya.[23] Selain jalan protokol, jalan ekonomi, dan jalan lingkungan, Jakarta juga didukung oleh jaringan Jalan Tol Lingkar Dalam, Jalan Tol Lingkar Luar, Jalan Tol Jagorawi, dan Jalan Tol Ulujami-Serpong. Pemerintah juga berencana akan membangun Tol Lingkar Luar tahap kedua yang mengelilingi kota Jakarta dari Bandara Soekarno Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung Priok.

Untuk ke kota-kota lain di Pulau Jawa, Jakarta terhubung dengan Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang bersambung dengan Jalan Tol Cipularang. Selain itu juga tersedia layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan di Jakarta. Untuk ke Pulau Sumatera, tersedia ruas Jalan Tol Jakarta-Merak yang yang belakang sekali dilanjutkan dengan layanan penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni.

Untuk ke luar pulau dan luar negeri, Jakarta mempunyai satu pelabuhan laut di Tanjung Priok dan dua bandar udara yaitu:

Untuk pengadaan cairan bersih, masa ini Jakarta dilayani oleh dua perusahaan asing, yakni Thames Jaya (Inggris) untuk wilayah sebelah timur Sungai Ciliwung, dan PAM Lyonnaise Jaya (Prancis) untuk wilayah sebelah barat Sungai Ciliwung. Pada tahun 2010, kedua perusahaan ini hanya menyuplai cairan bersih kepada 44% penduduk Jakarta.[24]

Kependudukan

Masjid Mulia Al-Azhar, Kebayoran Baru


Berlandaskan data BPS pada tahun 2011, banyak penduduk Jakarta adalah 10.187.595 jiwa. Namun pada siang hari, angka tersebut dapat lebih seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok.

Agama

Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %)[25] Banyak umat Buddha terlihat semakin banyak karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh berlainan dengan demikianlah keadaanya pada tahun 1980, dimana umat Islam berjumlah 84,4%; didampingi oleh Protestan (6,3%), Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha (5,7%), serta Tidak beragama (0,3%)[26] Menurut Cribb, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak mencatat agama yang dianut selain keenam agama yang diakui pemerintah.

Bermacam tempat peribadatan agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan mushala, sebagai rumah ibadah umat Islam, tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan nyaris di setiap lingkungan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, Masjid Istiqlal, yang terletak di Gambir. Sejumlah masjid penting lain adalah Masjid Mulia Al-Azhar di Kebayoran Baru, Masjid At Tin di Taman Mini, dan Masjid Sunda Kelapa di Menteng.

Sedangkan gereja agung yang terdapat di Jakarta antara lain, Gereja Katedral Jakarta, Gereja Santa Theresia di Menteng, dan Gereja Santo Yakobus di Kelapa Gading untuk umat Katolik. Masih dalam lingkungan di dekatnya, terdapat kontruksi Gereja Immanuel yang terletak di seberang Stasiun Gambir untuk umat Kristen Protestan. Selain itu, hadir Gereja Koinonia di Jatinegara, Gereja Sion di Jakarta Kota, Gereja Kristen Toraja di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Untuk umat Hindu yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura Adhitya Jaya yang bertempat di Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah ibadah umat Buddha antara lain Vihara Dhammacakka Jaya di Sunter, Vihara Theravada Buddha Sasana di Kelapa Gading, dan Vihara Silaparamitha di Cipinang Jaya. Sedangkan untuk penganut Konghucu terdapat Kelenteng Jin Tek Yin. Jakarta juga mempunyai satu sinagoga yang digunakan oleh pekerja asing Yahudi.

Etnis

Berlandaskan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%)[27]

Banyak penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, berubah-ubah dari tahun ke tahun. Berlandaskan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis agung yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung[28]

Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak masa waktu seratus tahun ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang.[29] Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta.

Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.[28]

Geografi

Jakarta bertempat di sebelah utara Pulau Jawa, di muara Ciliwung, Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah selatan Jakarta merupakan kawasan pegunungan dengan curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang semuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang membelah kota dibuat menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta bersamaan batasnya dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat bersamaan batasnya dengan provinsi Banten.

Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota.

Iklim

Jakarta mempunyai suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di anggota barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada masa itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C .[32]. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).[33]

Lingkungan

Taman Suropati di Menteng, Jakarta Pusat

Jakarta merupakan salah satu kota terbersih di Indonesia. Pada tahun 2010, lima wilayah kota di Jakarta meraih penghargaan Bangun Praja kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu dinamakan "Adipura"). Salah satu faktor penentu kesuksesan tersebut adalah keberadaan kawasan Menteng dan Kebayoran Baru yang asri dan bersih.

Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak wilayah lain di Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Permukiman ini biasanya dikembangkan oleh pengembang swasta, dan dibuat menjadi tempat tinggal masyarakat kelas menengah. Pondok Indah, Kelapa Gading, Pulo Mas, dan Cempaka Putih, adalah beberapa wilayah permukiman yang bersih dan teratur. Namun di beberapa wilayah lain Jakarta, masih nampak permukiman kumuh yang belum teratur. Permukiman kumuh ini berupa perkampungan dengan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi, serta banyaknya rumah yang didirikan secara berhimpitan di dalam gang-gang sempit. Beberapa wilayah di Jakarta yang mempunyai kepadatan penduduk cukup tinggi antara lain, Tanjung Priok, Johar Baru, Pademangan, Sawah Agung, dan Tambora.

Taman kota

Jakarta mempunyai banyak taman kota yang berfungsi sebagai kawasan resapan cairan. Taman Monas atau Taman Ajang Merdeka merupakan taman terluas yang terletak di jantung Jakarta. Di tengah taman berdiri Monumen Nasional yang didirikan pada tahun 1963. Taman buka ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1870) dan berhenti pada tahun 1910 dengan nama Koningsplein. Di taman ini terdapat beberapa ekor kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia.[35]

Taman Suropati terletak di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Taman berwujud oval dengan lapang 16,322 m2 ini, dikelilingi oleh beberapa kontruksi Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung modern karya artis-artis ASEAN, yang memberikan sebutan lain untuk taman tersebut, yaitu "Taman persahabatan seniman ASEAN".[36]

Taman Lapangan Banteng merupakan taman lain yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Lapangnya sekitar 4,5 ha. Di sini terdapat Monumen Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini digunakan sebagai terminal bus. Yang belakang sekali pada tahun 1993, taman ini kembali diubah dibuat menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-kadang sebagai tempat pertunjukan seni.[37]

Pemerintahan

Peta DKI Jakarta tanpa Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.

Dasar hukum untuk DKI Jakarta adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Kawasan Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU ini menggantikan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Kawasan Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Kawasan Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak berlangsung lagi.

Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur. Berlainan dengan provinsi lainnya, Jakarta hanya mempunyai pembagian di bawahnya berupa kota administratif dan kabupaten administratif, yang berfaedah tidak mempunyai perwakilan rakyat tersendiri.

DKI Jakarta mempunyai status khusus sebagai Kawasan Khusus Ibukota. DKI Jakarta ini dibagi kepada lima kota dan satu kabupaten, yaitu:

Kepala kawasan

Daftar kepala kawasan yang pernah memerintah DKI Jakarta

Kedutaan agung

Lihat pula: Daftar kedutaan agung di Jakarta

Di Jakarta terdapat 77 kedutaan agung negara-negara sahabat. Beberapa agung kedutaan ini terletak di kawasan bidang usaha Jakarta. Beberapa kedutaan agung negara-negara sahabat, sempat diancam oleh bom, yakni Kedutaan Agung Australia dan Kedutaan Agung Filipina. Kedutaan Agung Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia kerap dibuat menjadi tempat berdemonstrasi warga, yang memprotes kebijakan internasional negara tersebut.

Pendidikan

Lihat pula: Daftar Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta

DKI Jakarta menyediakan fasilitas pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-AC sampai yang sederhana.

Belakangan ini mulai muncul bermacam sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan cara pengajaran yang berlainan, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak swasta, seperti Al-Azhar, Muhammadiyah, BPK Penabur, Kolese Kanisius, Don Bosco, Tarakanita, Pangudi Luhur, Santa Ursula, Regina Pacis dan Marsudirini.

DKI Jakarta juga dibuat menjadi lokasi bermacam universitas terkemuka, antara lain :

Pariwisata

Monumen Nasional yang berdiri di tengah Lapangan Merdeka

Jakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup berpegang pada kebenaran di Indonesia. Untuk meningkatkan banyak wisatawan yang pergi ke Jakarta, pemerintah mengadakan program "Enjoy Jakarta". Beberapa tempat pariwisata yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan lokal dan mancanegara diantaranya adalah Taman Mini Indonesia Indah, Pulau Seribu, Kebun Binatang Ragunan, dan Taman Impian Jaya Ancol (termasuk taman benar pemain Dunia Fantasi dan Seaworld Indonesia). Disamping itu Jakarta juga mempunyai banyak tempat wisata sejarah, yakni berupa museum dan tugu. Diantaranya adalah Museum Gajah, Museum Fatahillah, dan Monumen Nasional.[42] Disamping tempat wisatanya yang memadai, masa ini di Jakarta hadir sekitar 219 hotel berbintang, 3.173 restoran, dan 40 balai pertemuan.[43] Nyaris semua jaringan hotel kelas dunia telah buka gerainya di Jakarta, seperti JW Marriott Jakarta, The Ritz-Carlton Jakarta, Shangri-La Hotel, dan Grand Hyatt Jakarta.

Wisata Belanja

Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, setiap bulan Juni-Juli pemerintah mengadakan program "Jakarta Great Sale". Program ini dipersiapkan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah masa ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, terdapat beberapa pusat perbelanjaan untuk bermacam segmen, yaitu Mal Ambassador, ITC Kuningan, Ciputra World Jakarta, Kuningan City, dan Kota Kasablanka. Tak jauh dari situ berdiri pula Plaza Festival, salah satu pusat kuliner yang menawarkan makanan-makanan khas Jakarta.

Pasar dan Pusat perbelanjaan

Pasar Senen sekitar tahun 1970an

Jakarta mempunyai nama-nama pasar berlandaskan dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama hari itu termasuk Pasar Minggu, Pasar Senen, Pasar Rebo, dan Pasar Jumat, dan sekarang dibuat menjadi nama sebuah kawasan. Sementara, Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar Sabtu, tidak terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama kawasan. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari karena dalam riwayatnya, kegiatan di pasar itu diterapkan pada hari tertentu. Misalnya, dinamakan Pasar Senen karena kegiatan di pasar tersebut dulunya selalu diterapkan setiap hari Senin. Sekarang nama tersebut dibuat menjadi sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat.

Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama Yustinus Vinck di anggota selatan Castle Batavia pada tahun 1730an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang masa ini dikenal dengan nama Pasar Senen. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat jual beli yang sah.

Yang belakang sekali masuk pada masa waktu seratus tahun ke-19 atau pada tahun 1801, pemerintah VOC memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya. Vincke Passer buka setiap hari Senin, sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai Pasar Senen dan sampai masa ini nama tersebut masih melekat sampai diabadikan dibuat menjadi sebuah nama kawasan.

Selain Vincke Passer yang buka hari Senin, hadir juga pasar yang buka hari Selasa yakni Pasar Koja, pasar yang buka setiap hari Rabu adalah Pasar Rebo yang sekarang dibuat menjadi Pasar Induk Kramat Jati. Yang belakang sekali pasar yang buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer yang sekarang dinamakan Pasar Jatinegara. Selanjutnya hadir beberapa pasar yang buka pada hari Jumat, seperti Pasar Lebakbulus, Pasar Klender, dan Pasar Cimanggis.

Untuk Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu adalah Pasar Tanah Akang. Sedangkan Pasar Minggu atau yang dulu dikenal dengan sebutan Tanjung Oost Passer buka pada hari Minggu. Perbedaan pengoperasian pasar ini diterapkan VOC dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam pergi dan semakin mengenal suatu pasar. Namun kebijakan berlangsungnya hari kerja pasar tak berlangsung lama. Sebab sejak VOC bangkrut dampak banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda. Sejak ratus tahun Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlangsung lagi, sampai beberapa agung pasar buka setiap hari, meski terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.

Di ratus tahun Hindia Belanda pada belakang masa waktu seratus tahun ke-19 inilah banyak muncul berturut-turut pasar-pasar baru yang semakin modern, seperti Pasar Baru dan Pasar Glodok. Pasar-pasar yang muncul di era masa waktu seratus tahun ke-19 belakang sampai awal masa waktu seratus tahun ke-20 dibuat menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.

Sejak awal tahun 1980, Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun pusat-pusat perbelanjaan modern, atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Masa ini Jakarta merupakan salah satu kota di Asia yang banyak mempunyai pusat perbelanjaan.[44] Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta mempunyai lapang yang cukup agung (lebih dari 100.000 m2). Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir bermacam waralaba internasional seperti Starbucks, Sogo, jaringan restoran siap saji McDonalds. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler 77, J.Co dan Bakmie Gajah Mada.

Di samping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga mempunyai banyak pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir antara lain ITC Cempaka Mas, ITC Mangga Dua, ITC Roxy Mas, Pasar Senen dan Pasar Tanah Akang. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang dibuat menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta, antara lain Carrefour, Hypermart, Giant, Lotte Mart, dan Ranch Market. Untuk lingkungan yang semakin kecil, tersedia pula pusat belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau, seperti Indomaret dan Alfamart. Di Jakarta terdapat pula pasar yang menjual barang-barang unik dan antik, seperti di Pasar Surabaya dan Pasar Rawabening.

Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta adalah :

Plaza Senayan, Jakarta Pusat

Jakarta Pusat
  • Grand Indonesia, merupakan salah satu mal terluas dan paling prestisius di Indonesia. Mal ini terbagi dibuat menjadi dua distrik, yaitu West Mall dan East Mall. Mal yang terletak di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat ini, mempunyai lapang 250.000 m2, dan dibuat menjadi tempat untuk merek-merek papan atas, seperti Zara, Louis Vuitton, Marks & Spencer, Chanel, Burberry, Forever21, GAP, Gucci, Guess, Polo, dan Samuel & Kevin. Termasuk Toko Buku Gramedia. Di anggota bawah pusat perbelanjaan ini terdapat bermacam jenis restoran yang dapat dinikmati oleh para pengunjung.
  • Plaza Indonesia, terletak di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Dengan lapang sekitar 42.540 m2, mall ini pernah dibuat menjadi tempat pertama berdirinya Sogo Department Store Indonesia, namun telah ditutup sejak tahun 2009. Di mall ini terdapat Debenhams Department Store, Louis Vuitton, Food Hall, dan Hard Rock Cafe. Mall ini terintergrasi dengan EX Plaza, Grand Hyatt Hotel Jakarta, The Plaza Office Tower, The Keraton Hyatt Residence, dan Kedutaan Agung Jepang.
  • Plaza Senayan, merupakan mal agung di Jakarta yang terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini mempunyai lapang 130.500 m2. Di mall ini terdapat sejumlah department store kelas menengah keatas seperti Sogo Department Store dan Metro Department Store. Di mall ini juga terdapat toko buku yang terkenal di dunia, yakni Kinokuniya. Di anggota atrium mall ini terdapat sebuah jam raksasa hasil pekerjaan Seiko, Jepang. Jam ini terdiri dari 6 patung pemusik, setiap patung memperagakan alat musik yang berlainan.
  • Senayan City, terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini terletak berseberangan dengan Plaza Senayan dan berdekatan dengan Gelora Bung Karno. Mall ini mempunyai lapang 68.000 m2. Di atas mall ini terdapat menara kantor stasiun televisi SCTV.
Jakarta Barat
  • Central Park Mall, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini mempunyai lapang 167.000 m2. Desain mal ini meniru gaya unsur lingkungan kehidupan. Di mall ini terdapat sebuah food court yang asri, lalu terdapat Sogo Department Store, Carrefour, dan Central Park Furnishings. Mall ini terletak di kawasan Podomoro City yang dikembangkan oleh Mulia Podomoro.
  • Mal Taman Anggrek, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Dengan lapang sekitar 130.000 m2, pusat perbelanjaan ini menyediakan lapangan ski indoor yang terbesar di Asia Tenggara.
  • Mall Ciputra Jakarta, berada di lokasi yang sangat strategis, yakni berada di depan jalan tol dan diapit oleh 2 universitas tekenal. Mall ini terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini mempunyai lapang 80.000 m2. Diatas mall ini terdapat Hotel Ciputra Jakarta. Di mall ini terdapat Matahari Department Store dan Hero Supermarket.
Jakarta Utara
  • Mal Artha Gading, merupakan salah satu mal yang paling unik di Jakarta. Konsep interior mall ini meniru gaya sejarah Jalur Sutera. Mall ini mempunyai 7 buah atrium, yakni atrium Nusantara, China, India, Persia, Italia, Paris, dan Millenium. Mal ini mempunyai lapang 270.000 m2. Di mall ini terdapat Ace Hardware & Index, Diamond Supermarket, Electronic City, IT Center, Amazone, Artha XXI dan lain lain.
  • Mal Kelapa Gading, terletak di Jalan Kelapa Gading Boulevard, Jakarta Utara. Dengan lapang mencapai 147.000 m2, mal ini mempunyai food court dan pusat mode terlengkap di Jakarta.
  • Emporium Pluit Mall, terletak di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara. Dengan lapang 61.243 m2, mall ini mempunyai Sogo Department Store, Carrefour, dan anchor tenant lainnya.

Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat

Jakarta Selatan
  • Pondok Indah Mall, terletak di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mall ini terdiri dari 2 kontruksi utama yakni Pondok Indah Mall I dan II. Pondok Indah Mall II adalah mall terlengkap untuk memenuhi kebutuhan warga Jakarta Selatan. Di mall II ini terdapat Sogo Department Store, Metro Department Store, dan banyak tenant agung lainnya.
  • Pacific Place Jakarta, terletak di kawasan SCBD. Di atas mall ini terdapat Ritz Carlton Hotel Pacific Place dan dua menara Ritz Carlton Residence. Di mall ini terdapat M Pacific Place, Kidzania, Blitzmegaplex, Kem Chicks, dan tenant lainnya.
  • Cilandak Town Square, terletak di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Mall ini terkenal sebagai pusat hiburan di Jakarta Selatan. Di mal ini terdapat banyak restoran, lounge, dan cafe.
Jakarta Timur

Kebudayaan

Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak ratus tahun Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.

Jakarta merupakan kawasan tujuan urbanisasi bermacam ras di dunia dan bermacam suku bangsa di Indonesia, untuk itu diperlukan bahasa komunikasi yang biasa digunakan dalam perdagangan yaitu Bahasa Melayu. Penduduk asli yang berbahasa Sunda pun yang belakang sekalinya menggunakan bahasa Melayu tersebut.

Walau demikian, masih banyak nama kawasan dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng, dsb-nya yang masih berlandaskan dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[45] yang masa ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Melayu dialek Betawi. Untuk penduduk asli di Kampung Jatinegara Kaum, mereka masih kukuh menggunakan bahasa leluhur mereka yaitu bahasa Sunda.

Bahasa kawasan juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari kawasan lain, seperti Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bugis, Inggris dan Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat bermacam suku bangsa berjumpa. Untuk berkomunikasi antar bermacam suku bangsa, digunakan Bahasa Indonesia.

Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang kadang-kadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan, terutama untuk kebutuhan diplomatik, pendidikan, dan bidang usaha. Bahasa Mandarin juga dibuat menjadi bahasa asing yang banyak digunakan, terutama di kalangan pebisnis Tionghoa.

Makanan

Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak ditinggali oleh para ekspatriat asing, seperti di kawasan Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan kawasan pusat bidang usaha Jakarta, tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-restoran mewah.

Di Jakarta, dan seperti kota-kota lainnya di Indonesia, Rumah Makan Padang merupakan restoran yang paling banyak dijumpai. Nyaris di setiap sudut kota, dengan mudahnya dijumpai rumah makan yang manyajikan masakan asal Minangkabau ini. Selain Masakan Minang, Jakarta juga mempunyai makanan khasnya. Yang paling terkenal adalah Kerak Telor, Soto Betawi, Kue Ape, Roti Buaya, Combro, dan Nasi Uduk. Sebagai tempat bermukimnya bermacam etnis di Indonesia, di sini juga bisa ditemukan bermacam jenis makanan tradisional dari kawasan lainnya, seperti Rawon, Rujak Cingur, dan Kupang Lontong.

Olahraga

Gelora Bung Karno pada perkara AFC Cup 2007

Sejak masa Presiden Soekarno sampai masa ini, Jakarta sering dibuat menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala internasional, di antaranya pernah dibuat menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962, Piala Asia pada tahun 2007 dan beberapa kali dibuat menjadi tuan rumah Pesta Olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang semakin dikenal dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolahraga. Sepak bola merupakan cabang permainan yang banyak diminati masyarakat, di samping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta mempunyai beberapa klub sepak bola profesional. Diantaranya Persija Jakarta Pusat dan Persitara Jakarta Utara, yang masa ini ikut berlaga di kompetisi Liga Super Indonesia.

Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan, Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu, Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur

Media

Surat Kabar

Kawasan Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa tediri dari 20-surat kabar yang terbit di kota ini antara lain:

Televisi

Terrestrial televisi

Kawasan Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa terdiri dari 22-stasiun televisi (14-siaran nasional & 8-siaran ibu kota) seperti:

Televisi berlangganan

Kawasan Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa televisi berlangganan seperti:

Radio

Kawasan Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa terdiri dari 95-buah stasiun radio bersiaran lokal seperti:

Permasalahan

Banjir merupakan masalah berkepanjangan yang terus melanda Jakarta.

Sosial

Sebagaimana umumnya kota megapolitan, kota yang berpenduduk di atas 10 juta, Jakarta mempunyai masalah stress, kriminalitas, dan kemiskinan. Kelainan peruntukan lahan dan privatisasi lahan telah menghabiskan persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena gaya hidup individualistik juga dibuat menjadi penyebab stress. Tata ruang kota yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang mengundang tindak laku kriminal. Penggusuran kampung miskin dan penggusuran lahan usaha informal oleh pemerintah DKI adalah penyebab aktif kemiskinan di DKI.

Banyak pendatang di Jakarta (2002-2005) :

Catatan: * kira-kira
Sumber: Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta

Banjir

Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir, kelainan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah dampak eksploitasi cairan oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran cairan sistem sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir agung di Jakarta.

Tata ruang kota yang sering berubah-ubah, menyebabkan polusi udara dan banjir sulit diurus. Walaupun pemerintah telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai kawasan resapan cairan, namun kepastian tersebut sering dilanggar dengan terus didirikannya perumahan serta pusat bidang usaha baru. Beberapa wilayah yang diperuntukkan untuk permukiman, banyak yang berpindah fungsi dibuat menjadi tempat komersial.

Untuk memperbaiki demikianlah keadaanya, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan cairan dari kali Cipinang ke arah timur, melewati kawasan Pondok Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat yang telah didirikan sejak ratus tahun kolonial Belanda, mengaliri cairan melewati Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga mempunyai dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.

Kota kembar

Kota-kota yang mempunyai hubungan kota kembar dengan Jakarta adalah:

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI. [1], diakses pada Desember 2013
  2. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. ISBN 9812302123. 
  3. ^ a b Sensus Penduduk 2010. Biro Pusat Statistik
  4. ^ (Inggris) "A Day in J-Town". Jetstar Magazine. April 2012. Diakses 2 Januari 2013. 
  5. ^ (Inggris) Suryodiningrat, Meidyatama (2007-06-22). "Jakarta: A city we learn to love but never to like". The Jakarta Post. Diarsipkan dari aslinya tanggal 2008-02-21. 
  6. ^ "Travel Indonesia Guide – How to appreciate the 'Big Durian' Jakarta". Worldstepper-daworldisntenough.blogspot.com. 8 April 2008. Diakses 27 April 2010. 
  7. ^ Thee Liang Gie; Sejarah Pemerintahan Kota Djakarta, Jakarta: Kotapraja Djakarta Raja, 1958, hal. 83.
  8. ^ "... Xacatara por outro nome Caravam ... . ", Barros, Da Asia decada IV, liv. 1, Cap XII, hlm. 77, dalam laman web Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
  9. ^ T.B.G. jilid 19 tahun 1870, hal. 393, dalam Slamet Muljana, Sriwijaya, hal. 72. LKiS, 2006. ISBN 979-8451-62-7. Diakses 22 September 2011.
  10. ^ Titik Pudjiastuti, (2007), Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-650-8.
  11. ^ Jaketra, Portal Formal Provinsi DKI Jakarta, www.jakarta.go.id, © 1995 - 2011 Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta, Diakses 23 September 2011.
  12. ^ Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
  13. ^ Djulianto Susantio, Pendirian Jakarta dan Pangeran Jayakarta, hurahura.wordpress.com, 1 Maret 2010. Diakses 22 September 2011.
  14. ^ Wijayakusuma, H.M. Hembing. Pembantaian Massal 1740, Tragedi Berdarah Angke. Pustaka Populer Obor. 
  15. ^ Alwi Shahab, Koran Republika, 1 Desember 2007
  16. ^ Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, Firman Lubis, Masuo Jakarta, 2008 ISBN 979-3731-46-X
  17. ^ Jakarta Sekarang
  18. ^ [2]
  19. ^ www.beritasatu.com Lampau Target, Transaksi BEI Naik 43%
  20. ^ bps.go.id BPS Provinsi DKI Jakarta
  21. ^ kontan.co.id Pertumbuhan Hunian Mewah Jakarta Tertinggi Dunia
  22. ^ www.investor.co.id Pertumbuhan Pencakar Langit Jakarta 87,5%
  23. ^ sindonews.com Rasio Jalan di Jakarta baru 6,2 persen
  24. ^ www.jakartawater.org
  25. ^ Data pemerintahan tidak ikut menghitung data kependudukan kecamatan Pesanggrahan dan Cilandak di Jakarta Selatan. Kedua kecamatan ini penduduknya adalah 300.000 jiwa atau sekitar 4 % penduduk Jakarta. Data ini tidak mencatat para penganut agama Kong Hu Cu
  26. ^ Data Robert Cribb, Historical Atlas of Indonesia (2000:47-51)
  27. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. 
  28. ^ a b c Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, Masup Jakarta, 2007
  29. ^ Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage: Volume 3, Yayasan Untuk Indonesia, Jakarta Raya (Indonesia), 2005
  30. ^ Nederlandsch Indie, Departement van Economischezaken, Volkstelling 1930 Vol. I, Batavia, 1935
  31. ^ Sensus Penduduk Tahun 2000
  32. ^ Turner, Peter (1997). Java (ed. 1st edition). Melbourne: Lonely Planet Publications. hlm. p. 37. ISBN 0-86442-314-4. 
  33. ^ "Jakarta: When to Go". Lonely Planet. Lonely Planet Publications. 2008. Diakses 2008-10-06. 
  34. ^ "World Weather Information Service - Jakarta". 
  35. ^ "Taman Ajang Merdeka (Indonesian)". Dartmouth deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  36. ^ "Taman Suropati (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  37. ^ "Taman Lapangan Banteng (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  38. ^ //www.merdeka.com/jakarta/pelantikan-jokowi-diundur-mendagri-tunjuk-sekda-dki
  39. ^ Hasil Peroleh Suara DPD DKI Jakarta
  40. ^ Jakarta wraps up vote recapitulation, Democratic Party leads. The Jakarta Post. Edisi 2 Mei 2009 daring. Diakses 2 Mei 2009.
  41. ^ 74 Persen Anggota DPRD DKI Wajah Baru. Kompas daring. 4-5-2009.
  42. ^ "Ibukota Negara Monumental (Indonesian)". 
  43. ^ www.jakarta.go.id Situs Formal Pemerintah DKI Jakarta
  44. ^ Jakarta Malls and Shopping Centers - Luxury shopping in Indonesia
  45. ^ Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. 2007. 


Sumber :
diskusi.biz, p2kp.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.

Page 3

Kawasan Khusus Ibukota JakartaNegaraHari benarIbu kotaKoordinat • Suku bangsa • Agama • BahasaZona waktuLagu kawasanRumah tradisionalSenjata tradisionalSitus web
—  Provinsi  —

(Dari atas, kiri ke kanan): Kota Tua Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia, Cakrawala Jakarta, Stadion Gelora Bung Karno, Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Nasional, Istana Merdeka, Masjid Istiqlal

Lambang
Slogan: "Jaya Raya"
("Jaya dan Agung (Agung)")

Peta lokasi Kawasan Khusus Ibukota Jakarta
Indonesia
22 Juni 1527 (hari jadi)
Jakarta
5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS
106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT
Demografi
Jawa (35,16%), Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minang (3,18%), Melayu (1,62%), Lain-lain (7,98%).[2]
Islam (85,36%), Protestan (7,54%), Katolik (3,15%), Buddha (3,13%), Hindu (0,21%), Konghucu (0,06%)[3]
Indonesia, Betawi, Jawa, Tionghoa, Sunda, Minangkabau, Batak, Inggris
WIB (UTC+7)
Kicir-Kicir
Rumah Bapang/Kebaya
Golok
www.jakarta.go.id

Kawasan Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang mempunyai status setingkat provinsi. Jakarta terletak di anggota barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town,[4] atau semakin populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.[5][6]

Jakarta mempunyai lapang sekitar 664,01 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.603.417 jiwa (2013).[1] Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,[3] merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.

Sebagai pusat bidang usaha, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga dibuat menjadi tempat posisi lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di Tanjung Priok.

Sejarah

Lihat pula: Sunda Kelapa, Kerajaan Sunda dan Sejarah Batavia

Peta Batavia (sekarang Jakarta) tahun 1888.

Etimologi

Nama Jakarta digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905.[7] Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari जयकृत), yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya berfaedah ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah kelakuan atau usaha".

Wujud lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis João de Barros dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)".[8] Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca pandai epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra,[9] demikian pula nama Jaketra juga dituturkan dalam surat-surat Sultan Banten[10] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)[11] sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat.[12] Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).[13]

Sunda Kelapa (397–1527)

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa, bertempat di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini dinamakan Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang dinamakan dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berfaedah ibu kota) dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada masa waktu seratus tahun ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah hadir sejak masa waktu seratus tahun ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang dinamakan Sundapura.

Pada masa waktu seratus tahun ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang dibuat menjadi komoditas dagang masa itu.

Jayakarta (1527–1619)

Bangsa Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada masa waktu seratus tahun ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang hadir di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari probabilitas agresi Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam kisah pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang ditolong Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan hari benar Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berlandaskan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut dibuat menjadi Jayakarta yang berfaedah "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang dibuat menjadi sultan di Kesultanan Banten.

Batavia (1619–1942)

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar belakang masa waktu seratus tahun ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal masa waktu seratus tahun ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan yang belakang sekali mengubah namanya dibuat menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia mengembang dibuat menjadi kota yang agung dan penting. (Lihat Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Celaku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Beberapa berpendapat bahwa mereka inilah yang yang belakang sekali membentuk komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi. Waktu itu lapang Batavia hanya mencakup kawasan yang masa ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah hadir masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada ratus tahun kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Karenanya di Jakarta hadir wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.

Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melaksanakan perlawanan terhadap Belanda.[14] Dengan berhentinya Koningsplein (Gambir) pada tahun 1818, Batavia mengembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905 di Ibukota Batavia diwujudkan dua kotapraja atau gemeente, yakni Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini dibuat menjadi tempat baru untuk petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi dibuat menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya.[15]

Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang semakin lapang. Di Pulau Jawa diwujudkan pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang diwujudkan di wilayah Jawa yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia dibuat menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.

Jakarta (1942–Sekarang)

Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia dibuat menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan didiami Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.

Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan anggota dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan dibuat menjadi kawasan tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang dibuat menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu diterapkan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Kawasan Tingkat Satu dibuat menjadi Kawasan Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.[16]

Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat dampak kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang nyaris semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat semakin dari dua kali. Bermacam kantung permukiman kelas menengah baru yang belakang sekali mengembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat permukiman juga banyak didirikan secara mandiri oleh bermacam kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.

Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melaksanakan pembangunan proyek agung, antara lain Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Ajang Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bidang usaha kota, menggantikan poros Ajang Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat permukiman agung pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada belakang dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.

Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" untuk pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berlangsung dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Sampai masa ini, Jakarta masih mesti bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi dampak kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.

Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban banyak etnis Tionghoa. Gedung MPR/DPR didiami oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. (Lihat Kerusuhan Mei 1998).

Ekonomi

Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Masa ini, semakin dari 70% uang negara beredar di Jakarta.[17] Perekonomian Jakarta terutama ditunjang oleh sektor perdagangan, kelakuan yang berguna, properti, industri kreatif, dan keuangan. Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang dibuat menjadi tempat perputaran uang cukup agung adalah kawasan Tanah Akang dan Glodok. Kedua kawasan ini masing-masing dibuat menjadi pusat perdagangan tekstil serta barang-barang elektronik, dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia. Bahkan untuk barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang dibuat menjadi komoditi ekspor. Sedangkan untuk sektor keuangan, yang memberikan kontribusi cukup agung terhadap perekonomian Jakarta adalah industri perbankan dan pasar modal. Untuk industri pasar modal, pada bulan Mei 2013 Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa yang memberikan keuntungan terbesar, setelah Bursa Efek Tokyo.[18] Pada bulan yang sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah mencapai USD 510,98 miliar atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.[19]

Pada tahun 2012, pendapatan per kapita masyarakat Jakarta sebesar Rp 110,46 juta per tahun (USD 12,270).[20] Sedangkan untuk kalangan menengah atas dengan penghasilan Rp 240,62 juta per tahun (USD 26,735), mencapai 20% dari banyak penduduk. Di sini juga bermukim semakin dari separuh orang-orang kaya di Indonesia dengan penghasilan minimal USD 100,000 per tahun. Kekayaan mereka terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta properti yang cukup signifikan. Masa ini Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan harga properti mewah yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 38,1%.[21] Selain hunian mewah, pertumbuhan properti Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan penyewaan ruang kantor. Pada periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung pencakar langit (di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini telah menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan pencakar langit tercepat di dunia.[22] Pada tahun 2020, diperkirakan banyak pencakar langit di Jakarta akan mencapai 250 unit. Dan pada masa itu Jakarta telah mempunyai gedung tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggian mencapai 638 meter (The Signature Tower).

Transportasi

Peta pola induk transportasi metropolitan Jakarta

Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan jalan tol yang melayani seluruh kota, namun perkembangan banyak mobil dengan banyak jalan sangatlah timpang (5-10% dengan 4-5%).

Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Ciri utama rawan macet adalah arus tidak stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang. Selain oleh warga Jakarta, kemacetan juga diperparah oleh para pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor yang memainkan pekerjaan di Jakarta. Untuk di dalam kota, kemacetan dapat dilihat dan diteliti di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan Rasuna Said, Jalan Satrio, dan Jalan Gatot Subroto. Kemacetan sering terjadi pada pagi dan sore hari, yakni disaat jam pergi dan pulang kantor.

Peta jalur Transjakarta

Untuk melayani mobilitas penduduk Jakarta, pemerintah menyediakan fasilitas bus PPD. Selain itu terdapat pula bus kota yang diurus oleh pihak swasta, seperti Mayasari Bhakti, Metro Mini, Kopaja, dan Bianglala. Bus-bus ini melayani rute yang menghubungkan terminal-terminal dalam kota, antara lain Pulogadung, Kampung Rambutan, Blok M, Kalideres, Grogol, Tanjung Priok, Lebak Bulus, Rawamangun, dan Kampung Melayu.

Untuk angkutan lingkungan, terdapat angkutan kota seperti Mikrolet dan KWK, dengan rute dari terminal ke lingkungan sekitar terminal. Selain itu hadir pula ojek, bajaj, dan bemo untuk angkutan jarak pendek. Tidak seperti wilayah lainnya di Jakarta yang menggunakan sepeda motor, di kawasan Tanjung Priok dan Jakarta Kota, pengendara ojek menggunakan sepeda ontel. Angkutan becak masih banyak dijumpai di wilayah pinggiran Jakarta seperti di Bekasi, Tangerang, dan Depok.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memulai pembangunan kereta bawah tanah (subway) pada 2 Mei 2013 yang dananya diperoleh dari pinjaman lunak negara Jepang. Subway jalur Lebak Bulus sampai Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15 km ditargetkan beroperasi pada 2017. Jalur kereta monorel juga sedang dipersiapkan melayani jalur Semanggi - Roxy yang dibiayai swasta dan jalur Kuningan - Cawang - Bekasi - Bandara Soekarno Hatta yang dibiayai pemerintah pusat. Untuk lintasan kereta api, pemerintah pusat sedang menyiapkan double track pada jalur lintasan kereta api Manggarai-Cikarang. Selain itu juga, masa ini sedang didirikan jalur kereta api dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.

Transjakarta

Bus Transjakarta (Busway).

Sejak tahun 2004, Pemerintah Kawasan DKI Jakarta telah menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal dengan TransJakarta. Layanan ini menggunakan bus AC dan halte yang berada di jalur khusus. Masa ini hadir dua belas koridor Transjakarta yang telah beroperasi, yaitu :

Kereta Listrik

Kereta api Listrik (KRL) Jabotabek

Selain bus kota, angkutan kota, dan bus Transjakarta, fasilitas transportasi andalan masyarakat Jakarta adalah kereta rel listrik atau yang biasa dikenal dengan KRL Jabotabek. Kereta listrik ini beroperasi dari pagi hari sampai malam hari, melayani masyrakat penglaju yang bertempat tinggal di seputaran Jabodetabek. Hadir beberapa jalur kereta rel listrik, yakni

  • Jalur Merah Jakarta Kota - Bogor, lewat Gambir, Manggarai, Pasar Minggu, dan Depok.
  • Jalur Jingga Bogor - Jatinegara, lewat Gambir, Jakarta Kota, dan Pasar Senen.
  • Jalur Biru Jakarta Kota - Bekasi, lewat Gambir, Manggarai, dan Jatinegara.
  • Jalur Hijau Tanah Akang - Maja, lewat Kebayoran Lama dan Serpong.
  • Jalur Coklat Duri - Tangerang, lewat Rawa Buaya.
  • Jalur Ungu Jakarta Kota - Pelabuhan Tanjung Priok.
  • Jalur Pengumpan.

Angkutan Sungai

Angkutan Sungai, atau semakin populer dengan sebutan Waterways, adalah sebuah sistem transportasi alterntif melewati sungai di Jakarta, Indonesia. Sistem transportasi ini diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tanggal 6 Juni 2007. Sistem ini merupakan anggota dari penataan sistem transportasi di Jakarta yang dinamakan Pola Transportasi Makro (PTM). Dalam PTM dituturkan bahwa arah penataan sistem transportasi merupakan integrasi beberapa model transportasi yang meliputi Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), dan Angkutan Sungai (Waterways).[1]

Waterways mulai dioperasikan dan diintegrasikan dalam transportasi makro Jakarta setelah peresmian rute Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer oleh Gubernur Sutiyoso pada 6 Juni 2007. Rute ini merupakan anggota dari perencanaan rute Manggarai-Karet sepanjang 3,6 kilometer. Waterways merupakan kelanjutan dari pengoperasian sistem transportasi TransJakarta. Untuk mengawali Waterways, Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mengoperasikan dua unit kapal yang masing-masing berkapasitas 28 orang yang dinamakan KM Kerapu III dan KM Kerapu IV yang berkecepatan maksimal 8 knot

Infrastruktur

Bandara Soekarno Hatta Terminal 3

Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah mempunyai infrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, cairan bersih, gas, serat optik, bandara, dan pelabuhan. Masa ini rasio jalan di Jakarta mencapai 6,2% dari lapang wilayahnya.[23] Selain jalan protokol, jalan ekonomi, dan jalan lingkungan, Jakarta juga didukung oleh jaringan Jalan Tol Lingkar Dalam, Jalan Tol Lingkar Luar, Jalan Tol Jagorawi, dan Jalan Tol Ulujami-Serpong. Pemerintah juga berencana akan membangun Tol Lingkar Luar tahap kedua yang mengelilingi kota Jakarta dari Bandara Soekarno Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung Priok.

Untuk ke kota-kota lain di Pulau Jawa, Jakarta terhubung dengan Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang bersambung dengan Jalan Tol Cipularang. Selain itu juga tersedia layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan di Jakarta. Untuk ke Pulau Sumatera, tersedia ruas Jalan Tol Jakarta-Merak yang yang belakang sekali dilanjutkan dengan layanan penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni.

Untuk ke luar pulau dan luar negeri, Jakarta mempunyai satu pelabuhan laut di Tanjung Priok dan dua bandar udara yaitu:

Untuk pengadaan cairan bersih, masa ini Jakarta dilayani oleh dua perusahaan asing, yakni Thames Jaya (Inggris) untuk wilayah sebelah timur Sungai Ciliwung, dan PAM Lyonnaise Jaya (Prancis) untuk wilayah sebelah barat Sungai Ciliwung. Pada tahun 2010, kedua perusahaan ini hanya menyuplai cairan bersih kepada 44% penduduk Jakarta.[24]

Kependudukan

Masjid Mulia Al-Azhar, Kebayoran Baru


Berlandaskan data BPS pada tahun 2011, banyak penduduk Jakarta adalah 10.187.595 jiwa. Namun pada siang hari, angka tersebut dapat lebih seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok.

Agama

Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %)[25] Banyak umat Buddha terlihat semakin banyak karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh berlainan dengan demikianlah keadaanya pada tahun 1980, dimana umat Islam berjumlah 84,4%; didampingi oleh Protestan (6,3%), Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha (5,7%), serta Tidak beragama (0,3%)[26] Menurut Cribb, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak mencatat agama yang dianut selain keenam agama yang diakui pemerintah.

Bermacam tempat peribadatan agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan mushala, sebagai rumah ibadah umat Islam, tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan nyaris di setiap lingkungan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, Masjid Istiqlal, yang terletak di Gambir. Sejumlah masjid penting lain adalah Masjid Mulia Al-Azhar di Kebayoran Baru, Masjid At Tin di Taman Mini, dan Masjid Sunda Kelapa di Menteng.

Sedangkan gereja agung yang terdapat di Jakarta antara lain, Gereja Katedral Jakarta, Gereja Santa Theresia di Menteng, dan Gereja Santo Yakobus di Kelapa Gading untuk umat Katolik. Masih dalam lingkungan di dekatnya, terdapat kontruksi Gereja Immanuel yang terletak di seberang Stasiun Gambir untuk umat Kristen Protestan. Selain itu, hadir Gereja Koinonia di Jatinegara, Gereja Sion di Jakarta Kota, Gereja Kristen Toraja di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Untuk umat Hindu yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura Adhitya Jaya yang bertempat di Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah ibadah umat Buddha antara lain Vihara Dhammacakka Jaya di Sunter, Vihara Theravada Buddha Sasana di Kelapa Gading, dan Vihara Silaparamitha di Cipinang Jaya. Sedangkan untuk penganut Konghucu terdapat Kelenteng Jin Tek Yin. Jakarta juga mempunyai satu sinagoga yang digunakan oleh pekerja asing Yahudi.

Etnis

Berlandaskan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%)[27]

Banyak penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, berubah-ubah dari tahun ke tahun. Berlandaskan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis agung yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung[28]

Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak masa waktu seratus tahun ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang.[29] Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta.

Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.[28]

Geografi

Jakarta bertempat di sebelah utara Pulau Jawa, di muara Ciliwung, Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah selatan Jakarta merupakan kawasan pegunungan dengan curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang semuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang membelah kota dibuat menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta bersamaan batasnya dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat bersamaan batasnya dengan provinsi Banten.

Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota.

Iklim

Jakarta mempunyai suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di anggota barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada masa itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C .[32]. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).[33]

Lingkungan

Taman Suropati di Menteng, Jakarta Pusat

Jakarta merupakan salah satu kota terbersih di Indonesia. Pada tahun 2010, lima wilayah kota di Jakarta meraih penghargaan Bangun Praja kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu dinamakan "Adipura"). Salah satu faktor penentu kesuksesan tersebut adalah keberadaan kawasan Menteng dan Kebayoran Baru yang asri dan bersih.

Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak wilayah lain di Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Permukiman ini biasanya dikembangkan oleh pengembang swasta, dan dibuat menjadi tempat tinggal masyarakat kelas menengah. Pondok Indah, Kelapa Gading, Pulo Mas, dan Cempaka Putih, adalah beberapa wilayah permukiman yang bersih dan teratur. Namun di beberapa wilayah lain Jakarta, masih nampak permukiman kumuh yang belum teratur. Permukiman kumuh ini berupa perkampungan dengan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi, serta banyaknya rumah yang didirikan secara berhimpitan di dalam gang-gang sempit. Beberapa wilayah di Jakarta yang mempunyai kepadatan penduduk cukup tinggi antara lain, Tanjung Priok, Johar Baru, Pademangan, Sawah Agung, dan Tambora.

Taman kota

Jakarta mempunyai banyak taman kota yang berfungsi sebagai kawasan resapan cairan. Taman Monas atau Taman Ajang Merdeka merupakan taman terluas yang terletak di jantung Jakarta. Di tengah taman berdiri Monumen Nasional yang didirikan pada tahun 1963. Taman buka ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1870) dan berhenti pada tahun 1910 dengan nama Koningsplein. Di taman ini terdapat beberapa ekor kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia.[35]

Taman Suropati terletak di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Taman berwujud oval dengan lapang 16,322 m2 ini, dikelilingi oleh beberapa kontruksi Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung modern karya artis-artis ASEAN, yang memberikan sebutan lain untuk taman tersebut, yaitu "Taman persahabatan seniman ASEAN".[36]

Taman Lapangan Banteng merupakan taman lain yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Lapangnya sekitar 4,5 ha. Di sini terdapat Monumen Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini digunakan sebagai terminal bus. Yang belakang sekali pada tahun 1993, taman ini kembali diubah dibuat menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-kadang sebagai tempat pertunjukan seni.[37]

Pemerintahan

Peta DKI Jakarta tanpa Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.

Dasar hukum untuk DKI Jakarta adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Kawasan Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU ini menggantikan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Kawasan Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Kawasan Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak berlangsung lagi.

Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur. Berlainan dengan provinsi lainnya, Jakarta hanya mempunyai pembagian di bawahnya berupa kota administratif dan kabupaten administratif, yang berfaedah tidak mempunyai perwakilan rakyat tersendiri.

DKI Jakarta mempunyai status khusus sebagai Kawasan Khusus Ibukota. DKI Jakarta ini dibagi kepada lima kota dan satu kabupaten, yaitu:

Kepala kawasan

Daftar kepala kawasan yang pernah memerintah DKI Jakarta

Kedutaan agung

Lihat pula: Daftar kedutaan agung di Jakarta

Di Jakarta terdapat 77 kedutaan agung negara-negara sahabat. Beberapa agung kedutaan ini terletak di kawasan bidang usaha Jakarta. Beberapa kedutaan agung negara-negara sahabat, sempat diancam oleh bom, yakni Kedutaan Agung Australia dan Kedutaan Agung Filipina. Kedutaan Agung Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia kerap dibuat menjadi tempat berdemonstrasi warga, yang memprotes kebijakan internasional negara tersebut.

Pendidikan

Lihat pula: Daftar Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta

DKI Jakarta menyediakan fasilitas pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-AC sampai yang sederhana.

Belakangan ini mulai muncul bermacam sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan cara pengajaran yang berlainan, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak swasta, seperti Al-Azhar, Muhammadiyah, BPK Penabur, Kolese Kanisius, Don Bosco, Tarakanita, Pangudi Luhur, Santa Ursula, Regina Pacis dan Marsudirini.

DKI Jakarta juga dibuat menjadi lokasi bermacam universitas terkemuka, antara lain :

Pariwisata

Monumen Nasional yang berdiri di tengah Lapangan Merdeka

Jakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup berpegang pada kebenaran di Indonesia. Untuk meningkatkan banyak wisatawan yang pergi ke Jakarta, pemerintah mengadakan program "Enjoy Jakarta". Beberapa tempat pariwisata yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan lokal dan mancanegara diantaranya adalah Taman Mini Indonesia Indah, Pulau Seribu, Kebun Binatang Ragunan, dan Taman Impian Jaya Ancol (termasuk taman benar pemain Dunia Fantasi dan Seaworld Indonesia). Disamping itu Jakarta juga mempunyai banyak tempat wisata sejarah, yakni berupa museum dan tugu. Diantaranya adalah Museum Gajah, Museum Fatahillah, dan Monumen Nasional.[42] Disamping tempat wisatanya yang memadai, masa ini di Jakarta hadir sekitar 219 hotel berbintang, 3.173 restoran, dan 40 balai pertemuan.[43] Nyaris semua jaringan hotel kelas dunia telah buka gerainya di Jakarta, seperti JW Marriott Jakarta, The Ritz-Carlton Jakarta, Shangri-La Hotel, dan Grand Hyatt Jakarta.

Wisata Belanja

Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, setiap bulan Juni-Juli pemerintah mengadakan program "Jakarta Great Sale". Program ini dipersiapkan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah masa ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, terdapat beberapa pusat perbelanjaan untuk bermacam segmen, yaitu Mal Ambassador, ITC Kuningan, Ciputra World Jakarta, Kuningan City, dan Kota Kasablanka. Tak jauh dari situ berdiri pula Plaza Festival, salah satu pusat kuliner yang menawarkan makanan-makanan khas Jakarta.

Pasar dan Pusat perbelanjaan

Pasar Senen sekitar tahun 1970an

Jakarta mempunyai nama-nama pasar berlandaskan dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama hari itu termasuk Pasar Minggu, Pasar Senen, Pasar Rebo, dan Pasar Jumat, dan sekarang dibuat menjadi nama sebuah kawasan. Sementara, Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar Sabtu, tidak terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama kawasan. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari karena dalam riwayatnya, kegiatan di pasar itu diterapkan pada hari tertentu. Misalnya, dinamakan Pasar Senen karena kegiatan di pasar tersebut dulunya selalu diterapkan setiap hari Senin. Sekarang nama tersebut dibuat menjadi sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat.

Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama Yustinus Vinck di anggota selatan Castle Batavia pada tahun 1730an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang masa ini dikenal dengan nama Pasar Senen. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat jual beli yang sah.

Yang belakang sekali masuk pada masa waktu seratus tahun ke-19 atau pada tahun 1801, pemerintah VOC memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya. Vincke Passer buka setiap hari Senin, sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai Pasar Senen dan sampai masa ini nama tersebut masih melekat sampai diabadikan dibuat menjadi sebuah nama kawasan.

Selain Vincke Passer yang buka hari Senin, hadir juga pasar yang buka hari Selasa yakni Pasar Koja, pasar yang buka setiap hari Rabu adalah Pasar Rebo yang sekarang dibuat menjadi Pasar Induk Kramat Jati. Yang belakang sekali pasar yang buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer yang sekarang dinamakan Pasar Jatinegara. Selanjutnya hadir beberapa pasar yang buka pada hari Jumat, seperti Pasar Lebakbulus, Pasar Klender, dan Pasar Cimanggis.

Untuk Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu adalah Pasar Tanah Akang. Sedangkan Pasar Minggu atau yang dulu dikenal dengan sebutan Tanjung Oost Passer buka pada hari Minggu. Perbedaan pengoperasian pasar ini diterapkan VOC dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam pergi dan semakin mengenal suatu pasar. Namun kebijakan berlangsungnya hari kerja pasar tak berlangsung lama. Sebab sejak VOC bangkrut dampak banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda. Sejak ratus tahun Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlangsung lagi, sampai beberapa agung pasar buka setiap hari, meski terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.

Di ratus tahun Hindia Belanda pada belakang masa waktu seratus tahun ke-19 inilah banyak muncul berturut-turut pasar-pasar baru yang semakin modern, seperti Pasar Baru dan Pasar Glodok. Pasar-pasar yang muncul di era masa waktu seratus tahun ke-19 belakang sampai awal masa waktu seratus tahun ke-20 dibuat menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.

Sejak awal tahun 1980, Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun pusat-pusat perbelanjaan modern, atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Masa ini Jakarta merupakan salah satu kota di Asia yang banyak mempunyai pusat perbelanjaan.[44] Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta mempunyai lapang yang cukup agung (lebih dari 100.000 m2). Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir bermacam waralaba internasional seperti Starbucks, Sogo, jaringan restoran siap saji McDonalds. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler 77, J.Co dan Bakmie Gajah Mada.

Di samping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga mempunyai banyak pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir antara lain ITC Cempaka Mas, ITC Mangga Dua, ITC Roxy Mas, Pasar Senen dan Pasar Tanah Akang. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang dibuat menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta, antara lain Carrefour, Hypermart, Giant, Lotte Mart, dan Ranch Market. Untuk lingkungan yang semakin kecil, tersedia pula pusat belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau, seperti Indomaret dan Alfamart. Di Jakarta terdapat pula pasar yang menjual barang-barang unik dan antik, seperti di Pasar Surabaya dan Pasar Rawabening.

Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta adalah :

Plaza Senayan, Jakarta Pusat

Jakarta Pusat
  • Grand Indonesia, merupakan salah satu mal terluas dan paling prestisius di Indonesia. Mal ini terbagi dibuat menjadi dua distrik, yaitu West Mall dan East Mall. Mal yang terletak di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat ini, mempunyai lapang 250.000 m2, dan dibuat menjadi tempat untuk merek-merek papan atas, seperti Zara, Louis Vuitton, Marks & Spencer, Chanel, Burberry, Forever21, GAP, Gucci, Guess, Polo, dan Samuel & Kevin. Termasuk Toko Buku Gramedia. Di anggota bawah pusat perbelanjaan ini terdapat bermacam jenis restoran yang dapat dinikmati oleh para pengunjung.
  • Plaza Indonesia, terletak di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Dengan lapang sekitar 42.540 m2, mall ini pernah dibuat menjadi tempat pertama berdirinya Sogo Department Store Indonesia, namun telah ditutup sejak tahun 2009. Di mall ini terdapat Debenhams Department Store, Louis Vuitton, Food Hall, dan Hard Rock Cafe. Mall ini terintergrasi dengan EX Plaza, Grand Hyatt Hotel Jakarta, The Plaza Office Tower, The Keraton Hyatt Residence, dan Kedutaan Agung Jepang.
  • Plaza Senayan, merupakan mal agung di Jakarta yang terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini mempunyai lapang 130.500 m2. Di mall ini terdapat sejumlah department store kelas menengah keatas seperti Sogo Department Store dan Metro Department Store. Di mall ini juga terdapat toko buku yang terkenal di dunia, yakni Kinokuniya. Di anggota atrium mall ini terdapat sebuah jam raksasa hasil pekerjaan Seiko, Jepang. Jam ini terdiri dari 6 patung pemusik, setiap patung memperagakan alat musik yang berlainan.
  • Senayan City, terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini terletak berseberangan dengan Plaza Senayan dan berdekatan dengan Gelora Bung Karno. Mall ini mempunyai lapang 68.000 m2. Di atas mall ini terdapat menara kantor stasiun televisi SCTV.
Jakarta Barat
  • Central Park Mall, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini mempunyai lapang 167.000 m2. Desain mal ini meniru gaya unsur lingkungan kehidupan. Di mall ini terdapat sebuah food court yang asri, lalu terdapat Sogo Department Store, Carrefour, dan Central Park Furnishings. Mall ini terletak di kawasan Podomoro City yang dikembangkan oleh Mulia Podomoro.
  • Mal Taman Anggrek, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Dengan lapang sekitar 130.000 m2, pusat perbelanjaan ini menyediakan lapangan ski indoor yang terbesar di Asia Tenggara.
  • Mall Ciputra Jakarta, berada di lokasi yang sangat strategis, yakni berada di depan jalan tol dan diapit oleh 2 universitas tekenal. Mall ini terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini mempunyai lapang 80.000 m2. Diatas mall ini terdapat Hotel Ciputra Jakarta. Di mall ini terdapat Matahari Department Store dan Hero Supermarket.
Jakarta Utara
  • Mal Artha Gading, merupakan salah satu mal yang paling unik di Jakarta. Konsep interior mall ini meniru gaya sejarah Jalur Sutera. Mall ini mempunyai 7 buah atrium, yakni atrium Nusantara, China, India, Persia, Italia, Paris, dan Millenium. Mal ini mempunyai lapang 270.000 m2. Di mall ini terdapat Ace Hardware & Index, Diamond Supermarket, Electronic City, IT Center, Amazone, Artha XXI dan lain lain.
  • Mal Kelapa Gading, terletak di Jalan Kelapa Gading Boulevard, Jakarta Utara. Dengan lapang mencapai 147.000 m2, mal ini mempunyai food court dan pusat mode terlengkap di Jakarta.
  • Emporium Pluit Mall, terletak di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara. Dengan lapang 61.243 m2, mall ini mempunyai Sogo Department Store, Carrefour, dan anchor tenant lainnya.

Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat

Jakarta Selatan
  • Pondok Indah Mall, terletak di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mall ini terdiri dari 2 kontruksi utama yakni Pondok Indah Mall I dan II. Pondok Indah Mall II adalah mall terlengkap untuk memenuhi kebutuhan warga Jakarta Selatan. Di mall II ini terdapat Sogo Department Store, Metro Department Store, dan banyak tenant agung lainnya.
  • Pacific Place Jakarta, terletak di kawasan SCBD. Di atas mall ini terdapat Ritz Carlton Hotel Pacific Place dan dua menara Ritz Carlton Residence. Di mall ini terdapat M Pacific Place, Kidzania, Blitzmegaplex, Kem Chicks, dan tenant lainnya.
  • Cilandak Town Square, terletak di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Mall ini terkenal sebagai pusat hiburan di Jakarta Selatan. Di mal ini terdapat banyak restoran, lounge, dan cafe.
Jakarta Timur

Kebudayaan

Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak ratus tahun Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.

Jakarta merupakan kawasan tujuan urbanisasi bermacam ras di dunia dan bermacam suku bangsa di Indonesia, untuk itu diperlukan bahasa komunikasi yang biasa digunakan dalam perdagangan yaitu Bahasa Melayu. Penduduk asli yang berbahasa Sunda pun yang belakang sekalinya menggunakan bahasa Melayu tersebut.

Walau demikian, masih banyak nama kawasan dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng, dsb-nya yang masih berlandaskan dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[45] yang masa ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Melayu dialek Betawi. Untuk penduduk asli di Kampung Jatinegara Kaum, mereka masih kukuh menggunakan bahasa leluhur mereka yaitu bahasa Sunda.

Bahasa kawasan juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari kawasan lain, seperti Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bugis, Inggris dan Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat bermacam suku bangsa berjumpa. Untuk berkomunikasi antar bermacam suku bangsa, digunakan Bahasa Indonesia.

Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang kadang-kadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan, terutama untuk kebutuhan diplomatik, pendidikan, dan bidang usaha. Bahasa Mandarin juga dibuat menjadi bahasa asing yang banyak digunakan, terutama di kalangan pebisnis Tionghoa.

Makanan

Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak ditinggali oleh para ekspatriat asing, seperti di kawasan Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan kawasan pusat bidang usaha Jakarta, tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-restoran mewah.

Di Jakarta, dan seperti kota-kota lainnya di Indonesia, Rumah Makan Padang merupakan restoran yang paling banyak dijumpai. Nyaris di setiap sudut kota, dengan mudahnya dijumpai rumah makan yang manyajikan masakan asal Minangkabau ini. Selain Masakan Minang, Jakarta juga mempunyai makanan khasnya. Yang paling terkenal adalah Kerak Telor, Soto Betawi, Kue Ape, Roti Buaya, Combro, dan Nasi Uduk. Sebagai tempat bermukimnya bermacam etnis di Indonesia, di sini juga bisa ditemukan bermacam jenis makanan tradisional dari kawasan lainnya, seperti Rawon, Rujak Cingur, dan Kupang Lontong.

Olahraga

Gelora Bung Karno pada perkara AFC Cup 2007

Sejak masa Presiden Soekarno sampai masa ini, Jakarta sering dibuat menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala internasional, di antaranya pernah dibuat menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962, Piala Asia pada tahun 2007 dan beberapa kali dibuat menjadi tuan rumah Pesta Olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang semakin dikenal dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolahraga. Sepak bola merupakan cabang permainan yang banyak diminati masyarakat, di samping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta mempunyai beberapa klub sepak bola profesional. Diantaranya Persija Jakarta Pusat dan Persitara Jakarta Utara, yang masa ini ikut berlaga di kompetisi Liga Super Indonesia.

Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan, Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu, Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur

Media

Surat Kabar

Kawasan Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa tediri dari 20-surat kabar yang terbit di kota ini antara lain:

Televisi

Terrestrial televisi

Kawasan Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa terdiri dari 22-stasiun televisi (14-siaran nasional & 8-siaran ibu kota) seperti:

Televisi berlangganan

Kawasan Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa televisi berlangganan seperti:

Radio

Kawasan Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa terdiri dari 95-buah stasiun radio bersiaran lokal seperti:

Permasalahan

Banjir merupakan masalah berkepanjangan yang terus melanda Jakarta.

Sosial

Sebagaimana umumnya kota megapolitan, kota yang berpenduduk di atas 10 juta, Jakarta mempunyai masalah stress, kriminalitas, dan kemiskinan. Kelainan peruntukan lahan dan privatisasi lahan telah menghabiskan persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena gaya hidup individualistik juga dibuat menjadi penyebab stress. Tata ruang kota yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang mengundang tindak laku kriminal. Penggusuran kampung miskin dan penggusuran lahan usaha informal oleh pemerintah DKI adalah penyebab aktif kemiskinan di DKI.

Banyak pendatang di Jakarta (2002-2005) :

Catatan: * kira-kira
Sumber: Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta

Banjir

Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir, kelainan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah dampak eksploitasi cairan oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran cairan sistem sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir agung di Jakarta.

Tata ruang kota yang sering berubah-ubah, menyebabkan polusi udara dan banjir sulit diurus. Walaupun pemerintah telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai kawasan resapan cairan, namun kepastian tersebut sering dilanggar dengan terus didirikannya perumahan serta pusat bidang usaha baru. Beberapa wilayah yang diperuntukkan untuk permukiman, banyak yang berpindah fungsi dibuat menjadi tempat komersial.

Untuk memperbaiki demikianlah keadaanya, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan cairan dari kali Cipinang ke arah timur, melewati kawasan Pondok Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat yang telah didirikan sejak ratus tahun kolonial Belanda, mengaliri cairan melewati Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga mempunyai dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.

Kota kembar

Kota-kota yang mempunyai hubungan kota kembar dengan Jakarta adalah:

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI. [1], diakses pada Desember 2013
  2. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. ISBN 9812302123. 
  3. ^ a b Sensus Penduduk 2010. Biro Pusat Statistik
  4. ^ (Inggris) "A Day in J-Town". Jetstar Magazine. April 2012. Diakses 2 Januari 2013. 
  5. ^ (Inggris) Suryodiningrat, Meidyatama (2007-06-22). "Jakarta: A city we learn to love but never to like". The Jakarta Post. Diarsipkan dari aslinya tanggal 2008-02-21. 
  6. ^ "Travel Indonesia Guide – How to appreciate the 'Big Durian' Jakarta". Worldstepper-daworldisntenough.blogspot.com. 8 April 2008. Diakses 27 April 2010. 
  7. ^ Thee Liang Gie; Sejarah Pemerintahan Kota Djakarta, Jakarta: Kotapraja Djakarta Raja, 1958, hal. 83.
  8. ^ "... Xacatara por outro nome Caravam ... . ", Barros, Da Asia decada IV, liv. 1, Cap XII, hlm. 77, dalam laman web Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
  9. ^ T.B.G. jilid 19 tahun 1870, hal. 393, dalam Slamet Muljana, Sriwijaya, hal. 72. LKiS, 2006. ISBN 979-8451-62-7. Diakses 22 September 2011.
  10. ^ Titik Pudjiastuti, (2007), Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-650-8.
  11. ^ Jaketra, Portal Formal Provinsi DKI Jakarta, www.jakarta.go.id, © 1995 - 2011 Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta, Diakses 23 September 2011.
  12. ^ Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
  13. ^ Djulianto Susantio, Pendirian Jakarta dan Pangeran Jayakarta, hurahura.wordpress.com, 1 Maret 2010. Diakses 22 September 2011.
  14. ^ Wijayakusuma, H.M. Hembing. Pembantaian Massal 1740, Tragedi Berdarah Angke. Pustaka Populer Obor. 
  15. ^ Alwi Shahab, Koran Republika, 1 Desember 2007
  16. ^ Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, Firman Lubis, Masuo Jakarta, 2008 ISBN 979-3731-46-X
  17. ^ Jakarta Sekarang
  18. ^ [2]
  19. ^ www.beritasatu.com Lampau Target, Transaksi BEI Naik 43%
  20. ^ bps.go.id BPS Provinsi DKI Jakarta
  21. ^ kontan.co.id Pertumbuhan Hunian Mewah Jakarta Tertinggi Dunia
  22. ^ www.investor.co.id Pertumbuhan Pencakar Langit Jakarta 87,5%
  23. ^ sindonews.com Rasio Jalan di Jakarta baru 6,2 persen
  24. ^ www.jakartawater.org
  25. ^ Data pemerintahan tidak ikut menghitung data kependudukan kecamatan Pesanggrahan dan Cilandak di Jakarta Selatan. Kedua kecamatan ini penduduknya adalah 300.000 jiwa atau sekitar 4 % penduduk Jakarta. Data ini tidak mencatat para penganut agama Kong Hu Cu
  26. ^ Data Robert Cribb, Historical Atlas of Indonesia (2000:47-51)
  27. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. 
  28. ^ a b c Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, Masup Jakarta, 2007
  29. ^ Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage: Volume 3, Yayasan Untuk Indonesia, Jakarta Raya (Indonesia), 2005
  30. ^ Nederlandsch Indie, Departement van Economischezaken, Volkstelling 1930 Vol. I, Batavia, 1935
  31. ^ Sensus Penduduk Tahun 2000
  32. ^ Turner, Peter (1997). Java (ed. 1st edition). Melbourne: Lonely Planet Publications. hlm. p. 37. ISBN 0-86442-314-4. 
  33. ^ "Jakarta: When to Go". Lonely Planet. Lonely Planet Publications. 2008. Diakses 2008-10-06. 
  34. ^ "World Weather Information Service - Jakarta". 
  35. ^ "Taman Ajang Merdeka (Indonesian)". Dartmouth deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  36. ^ "Taman Suropati (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  37. ^ "Taman Lapangan Banteng (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  38. ^ //www.merdeka.com/jakarta/pelantikan-jokowi-diundur-mendagri-tunjuk-sekda-dki
  39. ^ Hasil Peroleh Suara DPD DKI Jakarta
  40. ^ Jakarta wraps up vote recapitulation, Democratic Party leads. The Jakarta Post. Edisi 2 Mei 2009 daring. Diakses 2 Mei 2009.
  41. ^ 74 Persen Anggota DPRD DKI Wajah Baru. Kompas daring. 4-5-2009.
  42. ^ "Ibukota Negara Monumental (Indonesian)". 
  43. ^ www.jakarta.go.id Situs Formal Pemerintah DKI Jakarta
  44. ^ Jakarta Malls and Shopping Centers - Luxury shopping in Indonesia
  45. ^ Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. 2007. 


Sumber :
diskusi.biz, p2kp.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.

Page 4

Daerah Khusus Ibukota JakartaNegaraHari benarIbu kotaKoordinat • Suku bangsa • Agama • BahasaZona waktuLagu daerahRumah tradisionalSenjata tradisionalSitus web
—  Provinsi  —

(Dari atas, kiri ke kanan): Kota Tua Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia, Cakrawala Jakarta, Stadion Gelora Bung Karno, Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Nasional, Istana Merdeka, Masjid Istiqlal

Lambang
Slogan: "Jaya Raya"
("Jaya dan Agung (Agung)")

Peta lokasi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Indonesia
22 Juni 1527 (hari jadi)
Jakarta
5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS
106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT
Demografi
Jawa (35,16%), Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minang (3,18%), Melayu (1,62%), Lain-lain (7,98%).[2]
Islam (85,36%), Protestan (7,54%), Katolik (3,15%), Buddha (3,13%), Hindu (0,21%), Konghucu (0,06%)[3]
Indonesia, Betawi, Jawa, Tionghoa, Sunda, Minangkabau, Batak, Inggris
WIB (UTC+7)
Kicir-Kicir
Rumah Bapang/Kebaya
Golok
www.jakarta.go.id

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta adalah satu-satunya kota di Indonesia yang mempunyai status setingkat provinsi. Jakarta terletak di anggota barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town,[4] atau semakin populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.[5][6]

Jakarta mempunyai lapang sekitar 664,01 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.603.417 jiwa (2013).[1] Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,[3] adalah metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.

Sebagai pusat bidang usaha, politik, dan kebiasaan istiadat, Jakarta adalah tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga dibuat menjadi tempat posisi lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di Tanjung Priok.

» Provinsi DKI Jakarta
» Dasar Hukum Pembentukan :
Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2007, Tgl. 30-07-2007.
Undang-Undang RI No. 34 Tahun 1999, Tgl. 31-08-1999.
Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1990, Tgl. 14-11-1990.
Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun 1974, Tgl. 28-12-1974.
Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1964, Tgl. 31-08-1964.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 1950, Tgl. 13-05-1950.
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1956, Tgl. 07-02-1956.
Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1946, Tgl. 08-07-1946.
Peraturan Pemerintah RI No. 2 Tahun 1946, Tgl. 18-04-1946.
Peraturan Pemerintah RI No. 1 Tahun 1945, Tgl. 10-10-1945.
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1945, Tgl. 23-11-1945.
» Ibukota : Jakarta
» Range Alokasi Kode POS : 10 xxx - 14 xxx
» Range Realita Kode POS : 10110 - 14530
» Banyak Kota + Kabupaten : 6
» Banyak Kota : 5       Kabupaten : 1
» Banyak Kecamatan / Distrik : 44
» Banyak Desa + Kelurahan : 267     (Ket : Desa = Kampung = Pekon)

» Banyak Pulau : 218


    Pulau yang sudah punya nama = 110
    Pulau yang belum punya nama = 108
» Lapang Wilayah : 664,01 km² (BPS 2013)
» Banyak Penduduk : 9.603.417 (DKCS 2013)

Sejarah

Lihat pula: Sunda Kelapa, Kerajaan Sunda dan Sejarah Batavia

Peta Batavia (sekarang Jakarta) tahun 1888.

Etimologi

Nama Jakarta dipergunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905.[7] Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari जयकृत), yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini kebanyakan diartikan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya berfaedah ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah kelakuan atau usaha".

Wujud lain ejaan nama kota ini telah sejak lama dipergunakan. Sejarawan Portugis João de Barros dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)".[8] Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca pandai epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra,[9] demikian pula nama Jaketra juga diistilahkan dalam surat-surat Sultan Banten[10] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)[11] sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat.[12] Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).[13]

Sunda Kelapa (397–1527)

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa, bertempat di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa adalah salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini dinamakan Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang dinamakan dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berfaedah ibu kota) dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri adalah kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada masa waktu seratus tahun ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah hadir sejak masa waktu seratus tahun ke-5 dan diperkirakan adalah ibu kota Tarumanagara yang dinamakan Sundapura.

Pada masa waktu seratus tahun ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang dibuat menjadi komoditas dagang masa itu.

Jayakarta (1527–1619)

Bangsa Portugis adalah Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada masa waktu seratus tahun ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang hadir di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan agresi Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam kisah pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang ditolong Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan hari benar Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berlandaskan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut dibuat menjadi Jayakarta yang berfaedah "kota kemenangan". Yang belakang sekali Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang dibuat menjadi sultan di Kesultanan Banten.

Batavia (1619–1942)

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar pengahabisan masa waktu seratus tahun ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal masa waktu seratus tahun ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan yang belakang sekali mengubah namanya dibuat menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia mengembang dibuat menjadi kota yang agung dan penting. (Lihat Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Celaku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Beberapa berpendapat bahwa mereka inilah yang yang belakang sekali membentuk komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi. Waktu itu lapang Batavia hanya mencakup daerah yang masa ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah hadir masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada ratus tahun kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Karenanya di Jakarta hadir wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.

Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melaksanakan perlawanan terhadap Belanda.[14] Dengan selesainya Koningsplein (Gambir) pada tahun 1818, Batavia mengembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905 di Ibukota Batavia diwujudkan dua kotapraja atau gemeente, yakni Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini dibuat menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi dibuat menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya.[15]

Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang semakin lapang. Di Pulau Jawa diwujudkan pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang diwujudkan di wilayah Jawa yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia dibuat menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.

Jakarta (1942–Sekarang)

Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia dibuat menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga adalah tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan didiami Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.

Sebelum tahun 1959, Djakarta adalah anggota dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta merasakan perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan dibuat menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang dibuat menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilaksanakan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu dibuat menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.[16]

Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat dampak kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang nyaris semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat semakin dari dua kali. Bermacam kantung permukiman kelas menengah baru yang belakang sekali mengembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat permukiman juga banyak didirikan secara mandiri oleh bermacam kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.

Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melaksanakan pembangunan proyek agung, ditengahnya Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bidang usaha kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat permukiman agung pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada pengahabisan dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.

Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur yang belakang sekali. Hingga masa ini, Jakarta masih mesti bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi dampak kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.

Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban banyak etnis Tionghoa. Gedung MPR/DPR didiami oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. (Lihat Kerusuhan Mei 1998).

Ekonomi

Jakarta adalah kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Masa ini, semakin dari 70% uang negara beredar di Jakarta.[17] Perekonomian Jakarta terutama ditunjang oleh sektor perdagangan, kelakuan yang berfaedah, properti, industri kreatif, dan keuangan. Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang dibuat menjadi tempat perputaran uang cukup agung adalah kawasan Tanah Akang dan Glodok. Kedua kawasan ini masing-masing dibuat menjadi pusat perdagangan tekstil serta barang-barang elektronik, dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia. Bahkan untuk benda/barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang dibuat menjadi komoditi ekspor. Sedangkan untuk sektor keuangan, yang memberikan kontribusi cukup agung terhadap perekonomian Jakarta adalah industri perbankan dan pasar modal. Untuk industri pasar modal, pada bulan Mei 2013 Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa yang memberikan keuntungan terbesar, setelah Bursa Efek Tokyo.[18] Pada bulan yang sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah mencapai USD 510,98 miliar atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.[19]

Pada tahun 2012, pendapatan per kapita masyarakat Jakarta sebesar Rp 110,46 juta per tahun (USD 12,270).[20] Sedangkan untuk kalangan menengah atas dengan penghasilan Rp 240,62 juta per tahun (USD 26,735), mencapai 20% dari banyak penduduk. Di sini juga bermukim semakin dari separuh orang-orang kaya di Indonesia dengan penghasilan minimal USD 100,000 per tahun. Kekayaan mereka terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta properti yang cukup signifikan. Masa ini Jakarta adalah kota dengan tingkat pertumbuhan harga properti mewah yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 38,1%.[21] Selain hunian mewah, pertumbuhan properti Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan penyewaan ruang kantor. Pada periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung pencakar langit (di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini telah menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan pencakar langit tercepat di dunia.[22] Pada tahun 2020, diperkirakan banyak pencakar langit di Jakarta akan mencapai 250 unit. Dan pada masa itu Jakarta telah mempunyai gedung tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggian mencapai 638 meter (The Signature Tower).

Transportasi

Peta pola induk transportasi metropolitan Jakarta

Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan jalan tol yang melayani seluruh kota, namun perkembangan banyak mobil dengan banyak jalan sangatlah timpang (5-10% dengan 4-5%).

Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Ciri utama rawan macet adalah arus tidak stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang. Selain oleh warga Jakarta, kemacetan juga diperparah oleh para pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor yang bekerja di Jakarta. Untuk di dalam kota, kemacetan dapat dilihat di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan Rasuna Said, Jalan Satrio, dan Jalan Gatot Subroto. Kemacetan sering terjadi pada pagi dan sore hari, yakni disaat jam pergi dan pulang kantor.

Peta jalur Transjakarta

Untuk melayani mobilitas penduduk Jakarta, pemerintah menyediakan fasilitas bus PPD. Selain itu terdapat pula bus kota yang dikelola oleh pihak swasta, seperti Mayasari Bhakti, Metro Mini, Kopaja, dan Bianglala. Bus-bus ini melayani rute yang menghubungkan terminal-terminal dalam kota, ditengahnya Pulogadung, Kampung Rambutan, Blok M, Kalideres, Grogol, Tanjung Priok, Lebak Bulus, Rawamangun, dan Kampung Melayu.

Untuk angkutan lingkungan, terdapat angkutan kota seperti Mikrolet dan KWK, dengan rute dari terminal ke lingkungan sekitar terminal. Selain itu hadir pula ojek, bajaj, dan bemo untuk angkutan jarak pendek. Tidak seperti wilayah lainnya di Jakarta yang memakai sepeda motor, di kawasan Tanjung Priok dan Jakarta Kota, pengendara ojek memakai sepeda ontel. Angkutan becak masih banyak dijumpai di wilayah pinggiran Jakarta seperti di Bekasi, Tangerang, dan Depok.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memulai pembangunan kereta bawah tanah (subway) pada 2 Mei 2013 yang dananya diperoleh dari pinjaman lunak negara Jepang. Subway jalur Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15 km ditargetkan beroperasi pada 2017. Jalur kereta monorel juga sedang dipersiapkan melayani jalur Semanggi - Roxy yang dibiayai swasta dan jalur Kuningan - Cawang - Bekasi - Bandara Soekarno Hatta yang dibiayai pemerintah pusat. Untuk lintasan kereta api, pemerintah pusat sedang menyiapkan double track pada jalur lintasan kereta api Manggarai-Cikarang. Selain itu juga, masa ini sedang didirikan jalur kereta api dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.

Transjakarta

Bus Transjakarta (Busway).

Sejak tahun 2004, Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal dengan TransJakarta. Layanan ini memakai bus AC dan halte yang berada di jalur khusus. Masa ini hadir dua belas koridor Transjakarta yang telah beroperasi, yaitu :

Kereta Listrik

Kereta api Listrik (KRL) Jabotabek

Selain bus kota, angkutan kota, dan bus Transjakarta, fasilitas transportasi andalan masyarakat Jakarta adalah kereta rel listrik atau yang biasa dikenal dengan KRL Jabotabek. Kereta listrik ini beroperasi dari pagi hari hingga malam hari, melayani masyrakat penglaju yang bertempat tinggal di seputaran Jabodetabek. Hadir beberapa jalur kereta rel listrik, yakni

  • Jalur Merah Jakarta Kota - Bogor, lewat Gambir, Manggarai, Pasar Minggu, dan Depok.
  • Jalur Jingga Bogor - Jatinegara, lewat Gambir, Jakarta Kota, dan Pasar Senen.
  • Jalur Biru Jakarta Kota - Bekasi, lewat Gambir, Manggarai, dan Jatinegara.
  • Jalur Hijau Tanah Akang - Maja, lewat Kebayoran Lama dan Serpong.
  • Jalur Coklat Duri - Tangerang, lewat Rawa Buaya.
  • Jalur Ungu Jakarta Kota - Pelabuhan Tanjung Priok.
  • Jalur Pengumpan.

Angkutan Sungai

Angkutan Sungai, atau semakin populer dengan sebutan Waterways, adalah sebuah sistem transportasi alterntif melewati sungai di Jakarta, Indonesia. Sistem transportasi ini diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tanggal 6 Juni 2007. Sistem ini adalah anggota dari penataan sistem transportasi di Jakarta yang dinamakan Pola Transportasi Makro (PTM). Dalam PTM diistilahkan bahwa arah penataan sistem transportasi adalah integrasi beberapa model transportasi yang mencakup Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), dan Angkutan Sungai (Waterways).[1]

Waterways mulai dioperasikan dan diintegrasikan dalam transportasi makro Jakarta setelah peresmian rute Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer oleh Gubernur Sutiyoso pada 6 Juni 2007. Rute ini adalah anggota dari perencanaan rute Manggarai-Karet sepanjang 3,6 kilometer. Waterways adalah kelanjutan dari pengoperasian sistem transportasi TransJakarta. Untuk mengawali Waterways, Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mengoperasikan dua unit kapal yang masing-masing berkapasitas 28 orang yang dinamakan KM Kerapu III dan KM Kerapu IV yang berkecepatan maksimal 8 knot

Infrastruktur

Bandara Soekarno Hatta Terminal 3

Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah mempunyai infrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, cairan bersih, gas, serat optik, bandara, dan pelabuhan. Masa ini rasio jalan di Jakarta mencapai 6,2% dari lapang wilayahnya.[23] Selain jalan protokol, jalan ekonomi, dan jalan lingkungan, Jakarta juga didukung oleh jaringan Jalan Tol Lingkar Dalam, Jalan Tol Lingkar Luar, Jalan Tol Jagorawi, dan Jalan Tol Ulujami-Serpong. Pemerintah juga berencana akan membangun Tol Lingkar Luar tahap kedua yang mengelilingi kota Jakarta dari Bandara Soekarno Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung Priok.

Untuk ke kota-kota lain di Pulau Jawa, Jakarta terhubung dengan Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang bersambung dengan Jalan Tol Cipularang. Selain itu juga tersedia layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan di Jakarta. Untuk ke Pulau Sumatera, tersedia ruas Jalan Tol Jakarta-Merak yang yang belakang sekali dilanjutkan dengan layanan penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni.

Untuk ke luar pulau dan luar negeri, Jakarta mempunyai satu pelabuhan laut di Tanjung Priok dan dua bandar udara yaitu:

Untuk pengadaan cairan bersih, masa ini Jakarta dilayani oleh dua perusahaan asing, yakni Thames Jaya (Inggris) untuk wilayah sebelah timur Sungai Ciliwung, dan PAM Lyonnaise Jaya (Prancis) untuk wilayah sebelah barat Sungai Ciliwung. Pada tahun 2010, kedua perusahaan ini hanya menyuplai cairan bersih kepada 44% penduduk Jakarta.[24]

Kependudukan

Masjid Mulia Al-Azhar, Kebayoran Baru

Banyak penduduk dari tahun ke tahunTahunBanyak penduduk %±1870187518801890189519011905191819201925193019401945195019591961197119801990200020052013
65.000
99.10052.5%
102.9003.8%
105.1002.1%
114.6009.0%
115.9001.1%
138.60019.6%
234.70069.3%
253.8008.1%
290.40014.4%
435.18449.9%
533.00022.5%
600.00012.6%
1.733.600188.9%
2.814.00062.3%
2.906.5333.3%
4.546.49256.4%
6.503.44943.0%
8.259.63927.0%
8.384.8531.5%
8.540.3061.9%
9.603.41711.2%


Berlandaskan data BPS pada tahun 2011, banyak penduduk Jakarta adalah 10.187.595 jiwa. Namun pada siang hari, angka tersebut dapat lebih seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok.

Agama

Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %)[25] Banyak umat Buddha terlihat semakin banyak karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh berlainan dengan kondisi pada tahun 1980, dimana umat Islam berjumlah 84,4%; disertai oleh Protestan (6,3%), Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha (5,7%), serta Tidak beragama (0,3%)[26] Menurut Cribb, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak mencatat agama yang dianut selain keenam agama yang diakui pemerintah.

Bermacam tempat peribadatan agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan mushala, sebagai rumah ibadah umat Islam, tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan nyaris di setiap lingkungan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, Masjid Istiqlal, yang terletak di Gambir. Sejumlah masjid penting lain adalah Masjid Mulia Al-Azhar di Kebayoran Baru, Masjid At Tin di Taman Mini, dan Masjid Sunda Kelapa di Menteng.

Sedangkan gereja agung yang terdapat di Jakarta ditengahnya, Gereja Katedral Jakarta, Gereja Santa Theresia di Menteng, dan Gereja Santo Yakobus di Kelapa Gading untuk umat Katolik. Masih dalam lingkungan di tidak jauhnya, terdapat bangunan Gereja Immanuel yang terletak di seberang Stasiun Gambir bagi umat Kristen Protestan. Selain itu, hadir Gereja Koinonia di Jatinegara, Gereja Sion di Jakarta Kota, Gereja Kristen Toraja di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Bagi umat Hindu yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura Adhitya Jaya yang bertempat di Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah ibadah umat Buddha ditengahnya Vihara Dhammacakka Jaya di Sunter, Vihara Theravada Buddha Sasana di Kelapa Gading, dan Vihara Silaparamitha di Cipinang Jaya. Sedangkan bagi penganut Konghucu terdapat Kelenteng Jin Tek Yin. Jakarta juga mempunyai satu sinagoga yang dipergunakan oleh pekerja asing Yahudi.

Etnis

Berlandaskan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%)[27]

Banyak penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, berubah-ubah dari tahun ke tahun. Berlandaskan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis agung yang mendiami Jakarta. Suku Jawa adalah etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung[28]

Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak masa waktu seratus tahun ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang.[29] Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta.

Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.[28]

Etnis di Jakarta pada tahun 1930, 1961, dan 2000EtnisTahun 1930 [30]Tahun 1961 [28]Tahun 2000 [31]
Jawa11,01%25,4% *35,16%
Betawi36,19%22,9%27,65%
Sunda25,37%32,85%15,27%
Tionghoa14,67%10,1%5,53%
Batak0,23%1,0%3,61%
Minangkabau0,60%2,1%3,18%
Melayu1,13%2,8%1,62%
Bugis--0,6%0,59%
Madura0,05%--0,57
Banten----0,25
Banjar--0,200,10
Minahasa0,70%0,70--
Lain-lain10,05%1,35%6,47%
* Catatan: Termasuk Suku Madura di dalamnya

Geografi

Jakarta bertempat di sebelah utara Pulau Jawa, di muara Ciliwung, Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah selatan Jakarta adalah daerah pegunungan dengan curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang semuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang membelah kota dibuat menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta bersamaan batasnya dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat bersamaan batasnya dengan provinsi Banten.

Kepulauan Seribu adalah kabupaten administratif yang terletak di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota.

Iklim

Jakarta mempunyai suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di anggota barat Indonesia, Jakarta merasakan puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada masa itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C .[32]. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).[33]

Data iklim JakartaBulanJanFebMarAprMeiJunJulAgtSepOktNovDesTahunRata-rata tertinggi °C (°F)Rata-rata terendah °C (°F)Presipitasi mm (inci)Rata-rata hari berhujan
29.9
(85.8)
30.3
(86.5)
31.5
(88.7)
32.5
(90.5)
32.5
(90.5)
31.4
(88.5)
32.3
(90.1)
32.0
(89.6)
33.0
(91.4)
32.7
(90.9)
31.3
(88.3)
32.0
(89.6)
31.8
(89.2)
24.2
(75.6)
24.3
(75.7)
25.2
(77.4)
25.1
(77.2)
25.4
(77.7)
24.8
(76.6)
25.1
(77.2)
24.9
(76.8)
25.5
(77.9)
25.5
(77.9)
24.9
(76.8)
24.9
(76.8)
25.0
(77)
384.7
(15.146)
309.8
(12.197)
100.3
(3.949)
257.8
(10.15)
133.4
(5.252)
83.1
(3.272)
30.8
(1.213)
34.2
(1.346)
29.0
(1.142)
33.1
(1.303)
175.0
(6.89)
84.0
(3.307)
1.655,2
(65,165)
262015181317524692212187
Sumber: World Meteorological Organisation [34]

Lingkungan

Taman Suropati di Menteng, Jakarta Pusat

Jakarta adalah salah satu kota terbersih di Indonesia. Pada tahun 2010, lima wilayah kota di Jakarta meraih penghargaan Bangun Praja kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu dinamakan "Adipura"). Salah satu faktor penentu keberhasilan tersebut adalah keberadaan kawasan Menteng dan Kebayoran Baru yang asri dan bersih.

Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak wilayah lain di Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Permukiman ini kebanyakan dikembangkan oleh pengembang swasta, dan dibuat menjadi tempat tinggal masyarakat kelas menengah. Pondok Indah, Kelapa Gading, Pulo Mas, dan Cempaka Putih, adalah beberapa wilayah permukiman yang bersih dan teratur. Namun di beberapa wilayah lain Jakarta, masih nampak permukiman kumuh yang belum teratur. Permukiman kumuh ini berupa perkampungan dengan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi, serta banyaknya rumah yang didirikan secara berhimpitan di dalam gang-gang sempit. Beberapa wilayah di Jakarta yang mempunyai kepadatan penduduk cukup tinggi ditengahnya, Tanjung Priok, Johar Baru, Pademangan, Sawah Agung, dan Tambora.

Taman kota

Jakarta mempunyai banyak taman kota yang berfungsi sebagai daerah resapan cairan. Taman Monas atau Taman Medan Merdeka adalah taman terluas yang terletak di jantung Jakarta. Di tengah taman berdiri Monumen Nasional yang didirikan pada tahun 1963. Taman buka ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1870) dan selesai pada tahun 1910 dengan nama Koningsplein. Di taman ini terdapat beberapa ekor kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia.[35]

Taman Suropati terletak di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Taman mempunyai wujud oval dengan lapang 16,322 m2 ini, dikelilingi oleh beberapa bangunan Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung modern karya artis-artis ASEAN, yang memberikan sebutan lain bagi taman tersebut, yaitu "Taman persahabatan seniman ASEAN".[36]

Taman Lapangan Banteng adalah taman lain yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Lapangnya sekitar 4,5 ha. Di sini terdapat Monumen Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini dipergunakan sebagai terminal bus. Yang belakang sekali pada tahun 1993, taman ini kembali diubah dibuat menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-kadang sebagai tempat pertunjukan seni.[37]

Pemerintahan

Peta DKI Jakarta tanpa Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.

Dasar hukum bagi DKI Jakarta adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU ini menggantikan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak berlangsung lagi.

Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur. Berlainan dengan provinsi lainnya, Jakarta hanya mempunyai pembagian di bawahnya berupa kota administratif dan kabupaten administratif, yang berfaedah tidak mempunyai perwakilan rakyat tersendiri.

DKI Jakarta mempunyai status khusus sebagai Daerah Khusus Ibukota. DKI Jakarta ini dibagi kepada lima kota dan satu kabupaten, yaitu:

Kepala daerah

Daftar kepala daerah yang pernah memerintah DKI Jakarta

Kedutaan agung

Lihat pula: Daftar kedutaan agung di Jakarta

Di Jakarta terdapat 77 kedutaan agung negara-negara sahabat. Beberapa agung kedutaan ini terletak di kawasan bidang usaha Jakarta. Beberapa kedutaan agung negara-negara sahabat, sempat diancam oleh bom, yakni Kedutaan Agung Australia dan Kedutaan Agung Filipina. Kedutaan Agung Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia kerap dibuat menjadi tempat berdemonstrasi warga, yang memprotes kebijakan internasional negara tersebut.

Pendidikan

Lihat pula: Daftar Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta

DKI Jakarta menyediakan fasilitas pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-AC sampai yang sederhana.

Belakangan ini mulai muncul bermacam sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan cara pengajaran yang berlainan, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak swasta, seperti Al-Azhar, Muhammadiyah, BPK Penabur, Kolese Kanisius, Don Bosco, Tarakanita, Pangudi Luhur, Santa Ursula, Regina Pacis dan Marsudirini.

DKI Jakarta juga dibuat menjadi lokasi bermacam universitas terkemuka, antara lain :

Pariwisata

Monumen Nasional yang berdiri di tengah Lapangan Merdeka

Jakarta adalah salah satu destinasi wisata yang cukup baik di Indonesia. Untuk meningkatkan banyak wisatawan yang pergi ke Jakarta, pemerintah menyelenggarakan program "Enjoy Jakarta". Beberapa tempat pariwisata yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan lokal dan mancanegara ditengahnya adalah Taman Mini Indonesia Indah, Pulau Seribu, Kebun Binatang Ragunan, dan Taman Impian Jaya Ancol (termasuk taman benar pemain Dunia Fantasi dan Seaworld Indonesia). Disamping itu Jakarta juga mempunyai banyak tempat wisata sejarah, yakni berupa museum dan tugu. Ditengahnya adalah Museum Gajah, Museum Fatahillah, dan Monumen Nasional.[42] Disamping tempat wisatanya yang memadai, masa ini di Jakarta hadir sekitar 219 hotel berbintang, 3.173 restoran, dan 40 balai pertemuan.[43] Nyaris semua jaringan hotel kelas dunia telah buka gerainya di Jakarta, seperti JW Marriott Jakarta, The Ritz-Carlton Jakarta, Shangri-La Hotel, dan Grand Hyatt Jakarta.

Wisata Belanja

Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, setiap bulan Juni-Juli pemerintah menyelenggarakan program "Jakarta Great Sale". Program ini diadakan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah masa ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, terdapat beberapa pusat perbelanjaan untuk bermacam segmen, yaitu Mal Ambassador, ITC Kuningan, Ciputra World Jakarta, Kuningan City, dan Kota Kasablanka. Tak jauh dari situ berdiri pula Plaza Festival, salah satu pusat kuliner yang menawarkan makanan-makanan khas Jakarta.

Pasar dan Pusat perbelanjaan

Pasar Senen sekitar tahun 1970an

Jakarta mempunyai nama-nama pasar berlandaskan dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama hari itu termasuk Pasar Minggu, Pasar Senen, Pasar Rebo, dan Pasar Jumat, dan sekarang dibuat menjadi nama sebuah daerah. Sementara, Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar Sabtu, tidak terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama daerah. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari karena dalam riwayatnya, kegiatan di pasar itu dilaksanakan pada hari tertentu. Misalnya, dinamakan Pasar Senen karena kegiatan di pasar tersebut dulunya selalu dilaksanakan setiap hari Senin. Sekarang nama tersebut dibuat menjadi sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat.

Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama Yustinus Vinck di anggota selatan Castle Batavia pada tahun 1730an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang masa ini dikenal dengan nama Pasar Senen. Vincke Passer adalah pasar pertama yang memainkan sistem jual beli dengan memakai uang sebagai alat jual beli yang sah.

Yang belakang sekali masuk pada masa waktu seratus tahun ke-19 atau pada tahun 1801, pemerintah VOC memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya. Vincke Passer buka setiap hari Senin, sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai Pasar Senen dan hingga masa ini nama tersebut masih melekat hingga diabadikan dibuat menjadi sebuah nama daerah.

Selain Vincke Passer yang buka hari Senin, hadir juga pasar yang buka hari Selasa yakni Pasar Koja, pasar yang buka setiap hari Rabu adalah Pasar Rebo yang sekarang dibuat menjadi Pasar Induk Kramat Jati. Yang belakang sekali pasar yang buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer yang sekarang dinamakan Pasar Jatinegara. Yang belakang sekali hadir beberapa pasar yang buka pada hari Jumat, seperti Pasar Lebakbulus, Pasar Klender, dan Pasar Cimanggis.

Untuk Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu adalah Pasar Tanah Akang. Sedangkan Pasar Minggu atau yang dulu dikenal dengan sebutan Tanjung Oost Passer buka pada hari Minggu. Perbedaan pengoperasian pasar ini dilaksanakan VOC dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam pergi dan semakin mengenal suatu pasar. Namun kebijakan berlangsungnya hari kerja pasar tak berlangsung lama. Karena sejak VOC bangkrut dampak banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda. Sejak ratus tahun Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlangsung lagi, hingga beberapa agung pasar buka setiap hari, meski terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.

Di ratus tahun Hindia Belanda pada pengahabisan masa waktu seratus tahun ke-19 inilah banyak muncul berturut-turut pasar-pasar baru yang semakin modern, seperti Pasar Baru dan Pasar Glodok. Pasar-pasar yang muncul di era masa waktu seratus tahun ke-19 pengahabisan hingga awal masa waktu seratus tahun ke-20 dibuat menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.

Sejak awal tahun 1980, Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun pusat-pusat perbelanjaan modern, atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Masa ini Jakarta adalah salah satu kota di Asia yang banyak mempunyai pusat perbelanjaan.[44] Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta mempunyai lapang yang cukup agung (lebih dari 100.000 m2). Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir bermacam waralaba internasional seperti Starbucks, Sogo, jaringan restoran siap saji McDonalds. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler 77, J.Co dan Bakmie Gajah Mada.

Di samping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga mempunyai banyak pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir ditengahnya ITC Cempaka Mas, ITC Mangga Dua, ITC Roxy Mas, Pasar Senen dan Pasar Tanah Akang. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang dibuat menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta, ditengahnya Carrefour, Hypermart, Giant, Lotte Mart, dan Ranch Market. Untuk lingkungan yang semakin kecil, tersedia pula pusat belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau, seperti Indomaret dan Alfamart. Di Jakarta terdapat pula pasar yang menjual barang-barang unik dan antik, seperti di Pasar Surabaya dan Pasar Rawabening.

Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta adalah :

Plaza Senayan, Jakarta Pusat

Jakarta Pusat
  • Grand Indonesia, adalah salah satu mal terluas dan sangat prestisius di Indonesia. Mal ini terbagi dibuat menjadi dua distrik, yaitu West Mall dan East Mall. Mal yang terletak di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat ini, mempunyai lapang 250.000 m2, dan dibuat menjadi tempat bagi merek-merek papan atas, seperti Zara, Louis Vuitton, Marks & Spencer, Chanel, Burberry, Forever21, GAP, Gucci, Guess, Polo, dan Samuel & Kevin. Termasuk Toko Buku Gramedia. Di anggota bawah pusat perbelanjaan ini terdapat bermacam jenis restoran yang dapat dinikmati oleh para pengunjung.
  • Plaza Indonesia, terletak di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Dengan lapang sekitar 42.540 m2, mall ini pernah dibuat menjadi tempat pertama berdirinya Sogo Department Store Indonesia, namun telah ditutup sejak tahun 2009. Di mall ini terdapat Debenhams Department Store, Louis Vuitton, Food Hall, dan Hard Rock Cafe. Mall ini terintergrasi dengan EX Plaza, Grand Hyatt Hotel Jakarta, The Plaza Office Tower, The Keraton Hyatt Residence, dan Kedutaan Agung Jepang.
  • Plaza Senayan, adalah mal agung di Jakarta yang terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini mempunyai lapang 130.500 m2. Di mall ini terdapat sejumlah department store kelas menengah keatas seperti Sogo Department Store dan Metro Department Store. Di mall ini juga terdapat toko buku yang terkenal di dunia, yakni Kinokuniya. Di anggota atrium mall ini terdapat sebuah jam raksasa hasil pekerjaan Seiko, Jepang. Jam ini terdiri dari 6 patung pemusik, setiap patung memperagakan alat musik yang berlainan.
  • Senayan City, terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini terletak berseberangan dengan Plaza Senayan dan berdekatan dengan Gelora Bung Karno. Mall ini mempunyai lapang 68.000 m2. Di atas mall ini terdapat menara kantor stasiun televisi SCTV.
Jakarta Barat
  • Central Park Mall, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini mempunyai lapang 167.000 m2. Desain mal ini meniru gaya unsur lingkungan kehidupan. Di mall ini terdapat sebuah food court yang asri, lalu terdapat Sogo Department Store, Carrefour, dan Central Park Furnishings. Mall ini terletak di kawasan Podomoro City yang dikembangkan oleh Mulia Podomoro.
  • Mal Taman Anggrek, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Dengan lapang sekitar 130.000 m2, pusat perbelanjaan ini menyediakan lapangan ski indoor yang terbesar di Asia Tenggara.
  • Mall Ciputra Jakarta, berada di lokasi yang sangat strategis, yakni berada di depan jalan tol dan diapit oleh 2 universitas tekenal. Mall ini terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini mempunyai lapang 80.000 m2. Diatas mall ini terdapat Hotel Ciputra Jakarta. Di mall ini terdapat Matahari Department Store dan Hero Supermarket.
Jakarta Utara
  • Mal Artha Gading, adalah salah satu mal yang sangat unik di Jakarta. Konsep interior mall ini meniru gaya sejarah Jalur Sutera. Mall ini mempunyai 7 buah atrium, yakni atrium Nusantara, China, India, Persia, Italia, Paris, dan Millenium. Mal ini mempunyai lapang 270.000 m2. Di mall ini terdapat Ace Hardware & Index, Diamond Supermarket, Electronic City, IT Center, Amazone, Artha XXI dan lain lain.
  • Mal Kelapa Gading, terletak di Jalan Kelapa Gading Boulevard, Jakarta Utara. Dengan lapang mencapai 147.000 m2, mal ini mempunyai food court dan pusat mode terlengkap di Jakarta.
  • Emporium Pluit Mall, terletak di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara. Dengan lapang 61.243 m2, mall ini mempunyai Sogo Department Store, Carrefour, dan anchor tenant lainnya.

Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat

Jakarta Selatan
  • Pondok Indah Mall, terletak di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mall ini terdiri dari 2 bangunan utama yakni Pondok Indah Mall I dan II. Pondok Indah Mall II adalah mall terlengkap untuk memenuhi kebutuhan warga Jakarta Selatan. Di mall II ini terdapat Sogo Department Store, Metro Department Store, dan banyak tenant agung lainnya.
  • Pacific Place Jakarta, terletak di kawasan SCBD. Di atas mall ini terdapat Ritz Carlton Hotel Pacific Place dan dua menara Ritz Carlton Residence. Di mall ini terdapat M Pacific Place, Kidzania, Blitzmegaplex, Kem Chicks, dan tenant lainnya.
  • Cilandak Town Square, terletak di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Mall ini terkenal sebagai pusat hiburan di Jakarta Selatan. Di mal ini terdapat banyak restoran, lounge, dan cafe.
Jakarta Timur

Kebiasaan istiadat

Kebiasaan Jakarta adalah kebiasaan mestizo, atau sebuah campuran kebiasaan dari beragam etnis. Sejak ratus tahun Belanda, Jakarta adalah ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta ditengahnya, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, kebiasaan Jakarta juga banyak menyerap dari kebiasaan luar, seperti kebiasaan Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.

Jakarta adalah daerah tujuan urbanisasi bermacam ras di dunia dan bermacam suku bangsa di Indonesia, untuk itu diperlukan bahasa komunikasi yang biasa dipergunakan dalam perdagangan yaitu Bahasa Melayu. Penduduk asli yang berbahasa Sunda pun pengahabisannya memakai bahasa Melayu tersebut.

Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng, dsb-nya yang masih berlandaskan dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[45] yang masa ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Walaupun bahasa formal yang dipergunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa tidak resmi atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Melayu dialek Betawi. Untuk penduduk asli di Kampung Jatinegara Kaum, mereka masih kukuh memakai bahasa leluhur mereka yaitu bahasa Sunda.

Bahasa daerah juga dipergunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bugis, Inggris dan Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat bermacam suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar bermacam suku bangsa, dipergunakan Bahasa Indonesia.

Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang kadang-kadang dicampur dengan bahasa asing. Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang sangat banyak dipergunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan, dan bidang usaha. Bahasa Mandarin juga dibuat menjadi bahasa asing yang banyak dipergunakan, terutama di kalangan pebisnis Tionghoa.

Makanan

Jakarta adalah kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak ditinggali oleh para ekspatriat asing, seperti di daerah Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan daerah pusat bidang usaha Jakarta, tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini kebanyakan dijual dalam restoran-restoran mewah.

Di Jakarta, dan seperti kota-kota lainnya di Indonesia, Rumah Makan Padang adalah restoran yang sangat banyak dijumpai. Nyaris di setiap sudut kota, dengan mudahnya dijumpai rumah makan yang manyajikan masakan asal Minangkabau ini. Selain Masakan Minang, Jakarta juga mempunyai makanan khasnya. Yang sangat terkenal adalah Kerak Telor, Soto Betawi, Kue Ape, Roti Buaya, Combro, dan Nasi Uduk. Sebagai tempat bermukimnya bermacam etnis di Indonesia, di sini juga bisa ditemukan bermacam jenis makanan tradisional dari daerah lainnya, seperti Rawon, Rujak Cingur, dan Kupang Lontong.

Olahraga

Gelora Bung Karno pada perkara AFC Cup 2007

Sejak masa Presiden Soekarno hingga masa ini, Jakarta sering dibuat menjadi tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala internasional, di antaranya pernah dibuat menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962, Piala Asia pada tahun 2007 dan beberapa kali dibuat menjadi tuan rumah Pesta Olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang semakin dikenal dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolahraga. Sepak bola adalah cabang permainan yang banyak diminati masyarakat, di samping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta mempunyai beberapa klub sepak bola profesional. Ditengahnya Persija Jakarta Pusat dan Persitara Jakarta Utara, yang masa ini ikut berlaga di kompetisi Liga Super Indonesia.

Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan, Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu, Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur

Media

Surat Kabar

Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa tediri dari 20-surat kabar yang terbit di kota ini antara lain:

Televisi

Terrestrial televisi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa terdiri dari 22-stasiun televisi (14-siaran nasional & 8-siaran ibu kota) seperti:

Televisi berlangganan

Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa televisi berlangganan seperti:

Radio

Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga mempunyai beberapa terdiri dari 95-buah stasiun radio bersiaran lokal seperti:

Permasalahan

Banjir adalah masalah berkepanjangan yang terus melanda Jakarta.

Sosial

Sebagaimana umumnya kota megapolitan, kota yang berpenduduk di atas 10 juta, Jakarta mempunyai masalah stress, kriminalitas, dan kemiskinan. Penyimpangan peruntukan area dan privatisasi area telah menghabiskan persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena gaya hidup individualistik juga dibuat menjadi penyebab stress. Tata ruang kota yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang mengundang tindak laku kriminal. Penggusuran kampung miskin dan penggusuran area usaha tidak resmi oleh pemerintah DKI adalah penyebab aktif kemiskinan di DKI.

Banyak pendatang di Jakarta (2002-2005) :

TahunEksodusInfluksPerbedaan
20022.643.2732.874.801231.528
20032.816.3843.021.214204.830
20042.213.8122.404.168190.356
2005 ? 200.000-250.000*

Catatan: * kira-kira
Sumber: Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta

Banjir

Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir, penyimpangan peruntukan area kota, dan penurunan tanah dampak eksploitasi cairan oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran cairan sistem sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir agung di Jakarta.

Tata ruang kota yang sering berubah-ubah, menyebabkan polusi udara dan banjir sulit dikemudikan. Walaupun pemerintah telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai daerah resapan cairan, namun ketentuan tersebut sering dilanggar dengan terus didirikannya perumahan serta pusat bidang usaha baru. Beberapa wilayah yang diperuntukkan untuk permukiman, banyak yang berpindah fungsi dibuat menjadi tempat komersial.

Untuk memperbaiki kondisi, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan cairan dari kali Cipinang ke arah timur, melewati daerah Pondok Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat yang telah didirikan sejak ratus tahun kolonial Belanda, mengaliri cairan melewati Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga mempunyai dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.

Kota kembar

Kota-kota yang mempunyai hubungan kota kembar dengan Jakarta adalah:

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI. [1], diakses pada Desember 2013
  2. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. ISBN 9812302123. 
  3. ^ a b Sensus Penduduk 2010. Biro Pusat Statistik
  4. ^ (Inggris) "A Day in J-Town". Jetstar Magazine. April 2012. Diakses 2 Januari 2013. 
  5. ^ (Inggris) Suryodiningrat, Meidyatama (2007-06-22). "Jakarta: A city we learn to love but never to like". The Jakarta Post. Diarsipkan dari aslinya tanggal 2008-02-21. 
  6. ^ "Travel Indonesia Guide – How to appreciate the 'Big Durian' Jakarta". Worldstepper-daworldisntenough.blogspot.com. 8 April 2008. Diakses 27 April 2010. 
  7. ^ Thee Liang Gie; Sejarah Pemerintahan Kota Djakarta, Jakarta: Kotapraja Djakarta Raja, 1958, hal. 83.
  8. ^ "... Xacatara por outro nome Caravam ... . ", Barros, Da Asia decada IV, liv. 1, Cap XII, hlm. 77, dalam laman web Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
  9. ^ T.B.G. jilid 19 tahun 1870, hal. 393, dalam Slamet Muljana, Sriwijaya, hal. 72. LKiS, 2006. ISBN 979-8451-62-7. Diakses 22 September 2011.
  10. ^ Titik Pudjiastuti, (2007), Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-650-8.
  11. ^ Jaketra, Portal Formal Provinsi DKI Jakarta, www.jakarta.go.id, © 1995 - 2011 Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta, Diakses 23 September 2011.
  12. ^ Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
  13. ^ Djulianto Susantio, Pendirian Jakarta dan Pangeran Jayakarta, hurahura.wordpress.com, 1 Maret 2010. Diakses 22 September 2011.
  14. ^ Wijayakusuma, H.M. Hembing. Pembantaian Massal 1740, Tragedi Berdarah Angke. Pustaka Populer Obor. 
  15. ^ Alwi Shahab, Koran Republika, 1 Desember 2007
  16. ^ Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, Firman Lubis, Masuo Jakarta, 2008 ISBN 979-3731-46-X
  17. ^ Jakarta Sekarang
  18. ^ [2]
  19. ^ www.beritasatu.com Lampau Target, Transaksi BEI Naik 43%
  20. ^ bps.go.id BPS Provinsi DKI Jakarta
  21. ^ kontan.co.id Pertumbuhan Hunian Mewah Jakarta Tertinggi Dunia
  22. ^ www.investor.co.id Pertumbuhan Pencakar Langit Jakarta 87,5%
  23. ^ sindonews.com Rasio Jalan di Jakarta baru 6,2 persen
  24. ^ www.jakartawater.org
  25. ^ Data pemerintahan tidak ikut menghitung data kependudukan kecamatan Pesanggrahan dan Cilandak di Jakarta Selatan. Kedua kecamatan ini penduduknya adalah 300.000 jiwa atau sekitar 4 % penduduk Jakarta. Data ini tidak mencatat para penganut agama Kong Hu Cu
  26. ^ Data Robert Cribb, Historical Atlas of Indonesia (2000:47-51)
  27. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. 
  28. ^ a b c Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, Masup Jakarta, 2007
  29. ^ Dinas Kebiasaan istiadat dan Permuseuman, Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage: Volume 3, Yayasan Untuk Indonesia, Jakarta Raya (Indonesia), 2005
  30. ^ Nederlandsch Indie, Departement van Economischezaken, Volkstelling 1930 Vol. I, Batavia, 1935
  31. ^ Sensus Penduduk Tahun 2000
  32. ^ Turner, Peter (1997). Java (ed. 1st edition). Melbourne: Lonely Planet Publications. hlm. p. 37. ISBN 0-86442-314-4. 
  33. ^ "Jakarta: When to Go". Lonely Planet. Lonely Planet Publications. 2008. Diakses 2008-10-06. 
  34. ^ "World Weather Information Service - Jakarta". 
  35. ^ "Taman Medan Merdeka (Indonesian)". Dartmouth deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  36. ^ "Taman Suropati (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  37. ^ "Taman Lapangan Banteng (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id. 
  38. ^ //www.merdeka.com/jakarta/pelantikan-jokowi-diundur-mendagri-tunjuk-sekda-dki
  39. ^ Hasil Peroleh Suara DPD DKI Jakarta
  40. ^ Jakarta wraps up vote recapitulation, Democratic Party leads. The Jakarta Post. Edisi 2 Mei 2009 daring. Diakses 2 Mei 2009.
  41. ^ 74 Persen Anggota DPRD DKI Wajah Baru. Kompas daring. 4-5-2009.
  42. ^ "Ibukota Negara Monumental (Indonesian)". 
  43. ^ www.jakarta.go.id Situs Formal Pemerintah DKI Jakarta
  44. ^ Jakarta Malls and Shopping Centers - Luxury shopping in Indonesia
  45. ^ Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. 2007. 


Sumber :
diskusi.biz, p2kp.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.

Page 5

Samoa (dahulu bernama Samoa Jerman dari 1900-1914, Samoa Barat sampai 1997) yaitu sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik anggota selatan yang terdiri dari 2 pulau utama dan 7 pulau kecil. Letaknya sekitar setengah jarak perjalanan dari Selandia Baru ke Hawaii. Negara ini berproses dan berubah nama menjadi Samoa Barat. Samoa termasuk ke dalam negara yang hadir wilayah terkecil di dunia. Negara Samoa bersamaan batasnya dengan Fiji, Tonga, dan Vanuatu di sebelah barat daya, Kepulauan Cook sebelah selatan, dan Kepulauan Tokelau di sebelah utara, serta Tuvalu di sebelah barat laut.

Daftar inti

  • 1 Sejarah
  • 2 Distrik
  • 3 Lihat juga
  • 4 Tautan luar

Sejarah

Sejarah negara ini mampu dituturkan sebagai sejarah yang sangat menyedihkan di antara negara-negara lainnya yang benar di kawasan Kepulauan Polinesia. Negara ini ditemukan pada 1722 oleh salah seorang warna negara Belanda yang bernama Jacob Roggeveen. Pada masa itu, wujud pemerintahan dari negara kecil tersebut berupa kerajaan. Pada ratus tahun ke-19, bagian-bagian dari negara ini dipecah dan menjadi perebutan antara Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris.

Masa itu, kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang bernama Malitoa Laupepa. Pada 1898, sang raja dialihkan oleh Malietoa Tooa Mataafa. Inggris dan Amerika Serikat yang hadir latar pelakang ekonomi dan politik mendukung Malietoa Tanu yang tidak lain ialah putra dari mendiang Raja Laupepa untuk kebutuhannya masing-masing. Pada 15 Maret 1899, Amerika Serikat dan Inggris mengadakan penyerangan ke Samoa tepatnya di Negara Apia dengan pokok isi kerangan melempar bom.

Akhirnya, diwujudkan perjanjian Samoa Tripartiete Convention yang menghasilkan keputusan untuk membagi kepulauan-kepulauan Samoa menjadi 3 anggota. Inggris memperoleh anggota dari negara ini yang dinamakan dengan Kepulauan Solomon. Amerika Serikat mengambil anggota yang dinamakan dengan American Samoa (Samoa Amerika). Sementara, Jerman memperoleh anggota yang dinamakan Samoa Jerman yang masa ini bernama Samoa merdeka.

Wujud pemerintahan yang berupa kerajaan kemudiannya dihilangkan dari negara tersebut. Pada 1908, masyarakat di negara tersebut mulai mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Jerman. Masa Jerman terlibat dalam Perang Dunia I, Selandia Baru mulai mengadakan penyerbuan ke wilayah Samoa Jerman. Jerman yang masa itu terlibat perang di wilayah Eropa tidak memiliki tentara yang mampu mempertahankan pulau tersebut.

Hal ini menyebabkan Jerman menyerah dan wilayah diambil alih oleh Selandia Baru sampai benar perjanjian Versailles. Perjanjian ini berisikan status Samoa yang menjadi mandate dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Barulah pada 1 Januari 1962, negara ini mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya. Dengan begitu, negara kecil ini termasuk negara lepas Polinesia pada ratus tahun ke-20.

Distrik

Samoa dibagi menjadi 11 distrik:

  • A'ana
  • Aiga-i-le-Tai
  • Atua
  • Fa'asaleleaga
  • Gaga'emauga
  • Gagaifomauga
  • Palauli
  • Satupa'itea
  • Tuamasaga
  • Va'a-o-Fonoti
  • Vaisigano

Lihat juga

  • Daftar negara-negara di dunia

Tautan luar


Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmuwan.web.id, p2kp.kelas-karyawan.co.id, dan sebagainya.

Page 6

Samoa (dahulu bernama Samoa Jerman dari 1900-1914, Samoa Barat sampai 1997) yaitu sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik anggota selatan yang terdiri dari 2 pulau utama dan 7 pulau kecil. Letaknya sekitar setengah jarak perjalanan dari Selandia Baru ke Hawaii. Negara ini berproses dan berubah nama menjadi Samoa Barat. Samoa termasuk ke dalam negara yang hadir wilayah terkecil di dunia. Negara Samoa bersamaan batasnya dengan Fiji, Tonga, dan Vanuatu di sebelah barat daya, Kepulauan Cook sebelah selatan, dan Kepulauan Tokelau di sebelah utara, serta Tuvalu di sebelah barat laut.

Daftar inti

  • 1 Sejarah
  • 2 Distrik
  • 3 Lihat juga
  • 4 Tautan luar

Sejarah

Sejarah negara ini mampu dituturkan sebagai sejarah yang sangat menyedihkan di antara negara-negara lainnya yang benar di kawasan Kepulauan Polinesia. Negara ini ditemukan pada 1722 oleh salah seorang warna negara Belanda yang bernama Jacob Roggeveen. Pada masa itu, wujud pemerintahan dari negara kecil tersebut berupa kerajaan. Pada ratus tahun ke-19, bagian-bagian dari negara ini dipecah dan menjadi perebutan antara Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris.

Masa itu, kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang bernama Malitoa Laupepa. Pada 1898, sang raja dialihkan oleh Malietoa Tooa Mataafa. Inggris dan Amerika Serikat yang hadir latar pelakang ekonomi dan politik mendukung Malietoa Tanu yang tidak lain ialah putra dari mendiang Raja Laupepa untuk kebutuhannya masing-masing. Pada 15 Maret 1899, Amerika Serikat dan Inggris mengadakan penyerangan ke Samoa tepatnya di Negara Apia dengan pokok isi kerangan melempar bom.

Akhirnya, diwujudkan perjanjian Samoa Tripartiete Convention yang menghasilkan keputusan untuk membagi kepulauan-kepulauan Samoa menjadi 3 anggota. Inggris memperoleh anggota dari negara ini yang dinamakan dengan Kepulauan Solomon. Amerika Serikat mengambil anggota yang dinamakan dengan American Samoa (Samoa Amerika). Sementara, Jerman memperoleh anggota yang dinamakan Samoa Jerman yang masa ini bernama Samoa merdeka.

Wujud pemerintahan yang berupa kerajaan kemudiannya dihilangkan dari negara tersebut. Pada 1908, masyarakat di negara tersebut mulai mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Jerman. Masa Jerman terlibat dalam Perang Dunia I, Selandia Baru mulai mengadakan penyerbuan ke wilayah Samoa Jerman. Jerman yang masa itu terlibat perang di wilayah Eropa tidak hadir tentara yang mampu mempertahankan pulau tersebut.

Hal ini menyebabkan Jerman menyerah dan wilayah diambil alih oleh Selandia Baru sampai benar perjanjian Versailles. Perjanjian ini berisikan status Samoa yang menjadi mandate dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Barulah pada 1 Januari 1962, negara ini mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya. Dengan begitu, negara kecil ini termasuk negara lepas Polinesia pada ratus tahun ke-20.

Distrik

Samoa dibagi menjadi 11 distrik:

  • A'ana
  • Aiga-i-le-Tai
  • Atua
  • Fa'asaleleaga
  • Gaga'emauga
  • Gagaifomauga
  • Palauli
  • Satupa'itea
  • Tuamasaga
  • Va'a-o-Fonoti
  • Vaisigano

Lihat juga

  • Daftar negara-negara di dunia

Tautan luar


Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmuwan.web.id, p2kp.kelas-karyawan.co.id, dan sebagainya.

Page 7

Samoa (dahulu bernama Samoa Jerman dari 1900-1914, Samoa Barat sampai 1997) yaitu sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik anggota selatan yang terdiri dari 2 pulau utama dan 7 pulau kecil. Letaknya sekitar setengah jarak perjalanan dari Selandia Baru ke Hawaii. Negara ini berproses dan berubah nama menjadi Samoa Barat. Samoa termasuk ke dalam negara yang hadir wilayah terkecil di dunia. Negara Samoa bersamaan batasnya dengan Fiji, Tonga, dan Vanuatu di sebelah barat daya, Kepulauan Cook sebelah selatan, dan Kepulauan Tokelau di sebelah utara, serta Tuvalu di sebelah barat laut.

Daftar inti

  • 1 Sejarah
  • 2 Distrik
  • 3 Lihat juga
  • 4 Tautan luar

Sejarah

Sejarah negara ini mampu dituturkan sebagai sejarah yang sangat menyedihkan di antara negara-negara lainnya yang benar di kawasan Kepulauan Polinesia. Negara ini ditemukan pada 1722 oleh salah seorang warna negara Belanda yang bernama Jacob Roggeveen. Pada masa itu, wujud pemerintahan dari negara kecil tersebut berupa kerajaan. Pada ratus tahun ke-19, bagian-bagian dari negara ini dipecah dan menjadi perebutan antara Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris.

Masa itu, kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang bernama Malitoa Laupepa. Pada 1898, sang raja dialihkan oleh Malietoa Tooa Mataafa. Inggris dan Amerika Serikat yang hadir latar pelakang ekonomi dan politik mendukung Malietoa Tanu yang tidak lain ialah putra dari mendiang Raja Laupepa untuk kebutuhannya masing-masing. Pada 15 Maret 1899, Amerika Serikat dan Inggris mengadakan penyerangan ke Samoa tepatnya di Negara Apia dengan pokok isi kerangan melempar bom.

Akhirnya, diwujudkan perjanjian Samoa Tripartiete Convention yang menghasilkan keputusan untuk membagi kepulauan-kepulauan Samoa menjadi 3 anggota. Inggris memperoleh anggota dari negara ini yang dinamakan dengan Kepulauan Solomon. Amerika Serikat mengambil anggota yang dinamakan dengan American Samoa (Samoa Amerika). Sementara, Jerman memperoleh anggota yang dinamakan Samoa Jerman yang masa ini bernama Samoa merdeka.

Wujud pemerintahan yang berupa kerajaan kemudiannya dihilangkan dari negara tersebut. Pada 1908, masyarakat di negara tersebut mulai mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Jerman. Masa Jerman terlibat dalam Perang Dunia I, Selandia Baru mulai mengadakan penyerbuan ke wilayah Samoa Jerman. Jerman yang masa itu terlibat perang di wilayah Eropa tidak hadir tentara yang mampu mempertahankan pulau tersebut.

Hal ini menyebabkan Jerman menyerah dan wilayah diambil alih oleh Selandia Baru sampai benar perjanjian Versailles. Perjanjian ini berisikan status Samoa yang menjadi mandate dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Barulah pada 1 Januari 1962, negara ini mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya. Dengan begitu, negara kecil ini termasuk negara lepas Polinesia pada ratus tahun ke-20.

Distrik

Samoa dibagi menjadi 11 distrik:

  • A'ana
  • Aiga-i-le-Tai
  • Atua
  • Fa'asaleleaga
  • Gaga'emauga
  • Gagaifomauga
  • Palauli
  • Satupa'itea
  • Tuamasaga
  • Va'a-o-Fonoti
  • Vaisigano

Lihat juga

  • Daftar negara-negara di dunia

Tautan luar


Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmuwan.web.id, p2kp.kelas-karyawan.co.id, dan sebagainya.

Page 8

Samoa (dahulu bernama Samoa Jerman dari 1900-1914, Samoa Barat sampai 1997) yaitu sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik anggota selatan yang terdiri dari 2 pulau utama dan 7 pulau kecil. Letaknya sekitar setengah jarak perjalanan dari Selandia Baru ke Hawaii. Negara ini berproses dan berubah nama menjadi Samoa Barat. Samoa termasuk ke dalam negara yang hadir wilayah terkecil di dunia. Negara Samoa bersamaan batasnya dengan Fiji, Tonga, dan Vanuatu di sebelah barat daya, Kepulauan Cook sebelah selatan, dan Kepulauan Tokelau di sebelah utara, serta Tuvalu di sebelah barat laut.

Daftar inti

  • 1 Sejarah
  • 2 Distrik
  • 3 Lihat juga
  • 4 Tautan luar

Sejarah

Sejarah negara ini mampu dituturkan sebagai sejarah yang sangat menyedihkan di antara negara-negara lainnya yang benar di kawasan Kepulauan Polinesia. Negara ini ditemukan pada 1722 oleh salah seorang warna negara Belanda yang bernama Jacob Roggeveen. Pada masa itu, wujud pemerintahan dari negara kecil tersebut berupa kerajaan. Pada ratus tahun ke-19, bagian-bagian dari negara ini dipecah dan menjadi perebutan antara Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris.

Masa itu, kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang bernama Malitoa Laupepa. Pada 1898, sang raja dialihkan oleh Malietoa Tooa Mataafa. Inggris dan Amerika Serikat yang hadir latar pelakang ekonomi dan politik mendukung Malietoa Tanu yang tidak lain ialah putra dari mendiang Raja Laupepa untuk kebutuhannya masing-masing. Pada 15 Maret 1899, Amerika Serikat dan Inggris mengadakan penyerangan ke Samoa tepatnya di Negara Apia dengan pokok isi kerangan melempar bom.

Akhirnya, diwujudkan perjanjian Samoa Tripartiete Convention yang menghasilkan keputusan untuk membagi kepulauan-kepulauan Samoa menjadi 3 anggota. Inggris memperoleh anggota dari negara ini yang dinamakan dengan Kepulauan Solomon. Amerika Serikat mengambil anggota yang dinamakan dengan American Samoa (Samoa Amerika). Sementara, Jerman memperoleh anggota yang dinamakan Samoa Jerman yang masa ini bernama Samoa merdeka.

Wujud pemerintahan yang berupa kerajaan kemudiannya dihilangkan dari negara tersebut. Pada 1908, masyarakat di negara tersebut mulai mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Jerman. Masa Jerman terlibat dalam Perang Dunia I, Selandia Baru mulai mengadakan penyerbuan ke wilayah Samoa Jerman. Jerman yang masa itu terlibat perang di wilayah Eropa tidak hadir tentara yang mampu mempertahankan pulau tersebut.

Hal ini menyebabkan Jerman menyerah dan wilayah diambil alih oleh Selandia Baru sampai benar perjanjian Versailles. Perjanjian ini berisikan status Samoa yang menjadi mandate dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Barulah pada 1 Januari 1962, negara ini mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya. Dengan begitu, negara kecil ini termasuk negara lepas Polinesia pada ratus tahun ke-20.

Distrik

Samoa dibagi menjadi 11 distrik:

  • A'ana
  • Aiga-i-le-Tai
  • Atua
  • Fa'asaleleaga
  • Gaga'emauga
  • Gagaifomauga
  • Palauli
  • Satupa'itea
  • Tuamasaga
  • Va'a-o-Fonoti
  • Vaisigano

Lihat juga

  • Daftar negara-negara di dunia

Tautan luar


Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmuwan.web.id, p2kp.kelas-karyawan.co.id, dan sebagainya.

Page 9

Tags / tagged: salt, lake, city, buku, ensiklopedi, slc, location, of, in, 1, kepadatan, 16, 660, sq, mi, 643, 3, km, 2, perkotaan, 298, 915, negara, amerika, serikat, tepatnya, bagian, utah, nama, memiliki, angka, penduduk, sebesar, jiwa, 01, 31, pranala, luar, situs, resmi, the, downtown, alliance, city salt, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, bahasa, indonesia, ensiklopedia

Page 10

Tags / tagged: salt, lake, city, buku, ensiklopedi, slc, location, of, in, 1, kepadatan, 16, 660, sq, mi, 643, 3, km, 2, perkotaan, 298, 915, negara, amerika, serikat, tepatnya, bagian, utah, nama, memiliki, angka, penduduk, sebesar, jiwa, 01, 31, pranala, luar, situs, resmi, the, downtown, alliance, city salt, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, bahasa, indonesia, ensiklopedia

Page 11

Tags / tagged: salt, lake, city, set, of, special, encyclopedia, slc, location, in, 1, kepadatan, 16, 660, sq, mi, 643, 3, km, 2, perkotaan, 298, 915, negara, amerika, serikat, tepatnya, bagian, utah, nama, memiliki, angka, penduduk, sebesar, jiwa, 01, 31, pranala, luar, situs, resmi, the, downtown, alliance, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian

Page 12

Tags / tagged: salt, lake, city, set, of, special, encyclopedia, slc, location, in, 1, kepadatan, 16, 660, sq, mi, 643, 3, km, 2, perkotaan, 298, 915, negara, amerika, serikat, tepatnya, bagian, utah, nama, memiliki, angka, penduduk, sebesar, jiwa, 01, 31, pranala, luar, situs, resmi, the, downtown, alliance, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian

Page 13

Tags / tagged: utc 07, , berikut kanada, meksiko, amerika serikat lihat, pula daftar, utc, waktu standar waktu, musim panas, dst, database daftar zona, waktu zona, waktu, menurut negara zona, zona waktu, militer, singkatan zona waktu, waktu musim, panas, set of special, encyclopedia com, id, wikipedia org ilmuwan, web id, p2kp, kelas karyawan co, program kuliah, pegawai, kelas weekend, 07, stiki, ac, set of, special, encyclopedia, kelas eksekutif, indonesian encyclopedi

Page 14

Tags / tagged: utc 07, , utc 7 digunakan, pada, berikut, kanada, meksiko amerika, pula, daftar zona, waktu, sumber, edunitas com, id wikipedia, org, set of special, encyclopedia id, p2kp, kelas karyawan co, id utc, 07, utc, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, stiki, ac, id, set, of, special encyclopedia, kelas, eksekutif, indonesian, encyclopedi

Page 15

Tags / tagged: utc 07, , utc 7, utc, 07, 7, utc 7 digunakan, pada, berikut, kanada, meksiko amerika, pula, daftar zona, waktu, sumber, edunitas com, id wikipedia, org, buku ensiklopedi id, p2kp kelas, karyawan, co id utc, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, p2kp, stiki, ac, id, buku ensiklopedi, kelas, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedi

Page 16

Tags / tagged: utc 07, , utc 7, utc, 07, 7, berikut kanada, meksiko, amerika serikat lihat, pula daftar, waktu standar waktu, musim panas, dst, database daftar zona, waktu zona, waktu, menurut negara zona, zona waktu, militer, singkatan zona waktu, waktu musim, panas, buku ensiklopedi com, id wikipedia, org, ilmuwan web id, p2kp kelas, karyawan, co utc 07, program kuliah, pegawai, kelas weekend, p2kp, stiki, ac, id, buku, ensiklopedi, kelas eksekutif, ensiklopedi bahasa, indonesia, ensiklopedi

Page 17

Tags / tagged: utc 10, , lokasi, berikut kepulauan cook, polinesia perancis, amerika, serikat hst hawaii, aleutian standard, time, kepulauan, utc waktu, standar waktu, musim, panas dst, menurut, negara zona, waktu, menurut perbedaan utc, zona, buku, ensiklopedi, wilayah negara sumber, p2kp kurikulum, org, wiki edunitas utc, 10, utc, buku ensikloped

Page 18

Tags / tagged: utc 10, , utc, 10 utc, 10 digunakan, pada, lokasi berikut kepulauan, perancis kepulauan, society, termasuk tahiti kepulauan, tubuai atol, johnston, amerika serikat hst, hawaii aleutian, kepulauan, aleut hawaii lihat, pula daftar, zona, waktu sumber, buku, ensiklopedi org, wiki, edunitas com id, wikipedia org, perpustakaan, web utc 10, 10, buku ensikloped

Page 19

Tags / tagged: utc 10, , utc 10 digunakan, pada lokasi, berikut, kepulauan, perancis kepulauan, society termasuk, tahiti, tubuai atol, johnston amerika, serikat, hst hawaii aleutian, kepulauan aleut, hawaii, lihat pula daftar, zona waktu, sumber, set of special, encyclopedia org, wiki, edunitas com id, wikipedia org, perpustakaan, web utc 10, set, of, special encyclopedia, utc, 1

Page 20

Republik Uzbekistan (kadang-kadang dieja Uzbekstan atau Ozbekistan), nama resminya Republik Uzbekistan (bahasa Uzbek: O‘zbekiston Respublikasi atau O‘zbekiston Jumhuriyati; Sirilik: Ўзбекистон Республикаси; bahasa Rusia: Республика Узбекистан), yaitu negara di Asia Tengah, yang sebelumnya merupakan anggota dari Uni Soviet. Negara dengan wilayah yang terkurung daratan ini bersamaan batasannya dengan Kazakhstan di sebelah barat dan utara; Kirgizstan dan Tajikistan di timur; dan Afganistan dan Turkmenistan di selatan. Bahasa resmi satu-satunya yaitu bahasa Uzbek, sebuah bahasa Turkik, tetapi bahasa Rusia tetap dipergunakan secara luas, sisa peninggalan pemerintahan Soviet. Sekitar 1 juta suku Tajik, sebuah kelompok etnis yang sedang serumpun dengan bangsa Persia, menghuni negara ini,[1] dan merupakan 4,8% dari seluruh jumlah penduduknya.[2] Kata Ozbek terbentuk dari oz ("sejati/asli") dan bek ("pemimpin/bangsawan"), sehingga "Ozbek" berfaedah "bangsawan" atau "pemimpin sejati".

Sejarah

Wilayah Uzbekistan telah dihuni sejak milennium kedua SM. Mempunyai temuan-temuan perkakas purba manusia serta monumen-monumen di daerah Ferghana, Tashkent, Bukhara, Khorezm (Khwarezm, Khorasmia) dan Samarkand.

Alexander Luhur menaklukkan Sogdiana dan Baktria pada 327 SM, menikahi Roxana, anak seorang ketua suku Baktria setempat. Namun, penaklukan ini kiranya tidak jumlah membantu Alexander sebab rakyat melawan dengan sengit, sehingga tentara Alexander penghabisannya terpukul di wilayah ini.

Selama berabad-abad wilayah Uzbekistan diperintah oleh Kekaisaran Iran, seperti Kekaisaran Parthia dan Sassanian.

Pada zaman ke-14 M., Timur, yang juga dikenali sbg Timur Lenk, mengalahkan bangsa Mongol dan membangun sebuah imperium. Dalam peperangannya, Timur Lenk memperluas wilayahnya sampai ke Timur Tengah. Beliau mengalahkan Sultan Ottoman Bayezid I. Bayezid ditangkap dan meninggal dalma penahanan. Timur Lenk berupaya membangun ibukota imperiumnya di Samarkand. Kini Timur Lenk dianggap sbg salah satu pahlawan terbesar di Uzbekistan yang melakukan peranan penting dalam identitas dan sejarah nasionalnya. Setelah jatuhnya Imperium Timur Lenk, kaum nomaden Uzbek merebut wilayah ini.


Pada zaman ke-19, Kekaisaran Rusia mulai berekspansi dan menyebar ke Asia Tengah. Saat "Permainan Akbar" biasanya dianggap berlanjut dari lebih kurang 1813 sampai Konvensi Inggris-Rusia 1907. Setelah Revolusi Bolshevik tahun 1917 tahap kedua yang tidak begitu intensif berlanjut. Pada awal zaman ke-19, mempunyai wilayah sekitar 3,200 km yang memisahkan India Britania dengan wilayah-wilayah di pinggiran Kekaisaran Rusia. Jumlah dari daerah selang ini tidak terpetakan.

Provinsi dan Distrik

Uzbekistan terbagi dalam 12 provinsi (disebut dengan Viloyat), satu republik otonom dan satu kota independen.

Lihat pula

  • Andijan
  • Daftar negara-negara di dunia

Pranala luar

Rujukan


Sumber :
p2kp.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, dsb-nya.

Page 21

Republik Uzbekistan (kadang-kadang dieja Uzbekstan atau Ozbekistan), nama resminya Republik Uzbekistan (bahasa Uzbek: O‘zbekiston Respublikasi atau O‘zbekiston Jumhuriyati; Sirilik: Ўзбекистон Республикаси; bahasa Rusia: Республика Узбекистан), yaitu negara di Asia Tengah, yang sebelumnya merupakan anggota dari Uni Soviet. Negara dengan wilayah yang terkurung daratan ini bersamaan batasannya dengan Kazakhstan di sebelah barat dan utara; Kirgizstan dan Tajikistan di timur; dan Afganistan dan Turkmenistan di selatan. Bahasa resmi satu-satunya yaitu bahasa Uzbek, sebuah bahasa Turkik, tetapi bahasa Rusia tetap dipergunakan secara luas, sisa peninggalan pemerintahan Soviet. Lebih kurang 1 juta suku Tajik, sebuah golongan etnis yang sedang serumpun dengan bangsa Persia, menghuni negara ini,[1] dan merupakan 4,8% dari seluruh jumlah penduduknya.[2] Kata Ozbek terbentuk dari oz ("sejati/asli") dan bek ("pemimpin/bangsawan"), sehingga "Ozbek" berfaedah "bangsawan" atau "pemimpin sejati".

Sejarah

Wilayah Uzbekistan telah dihuni sejak milennium kedua SM. Mempunyai temuan-temuan perkakas purba manusia serta monumen-monumen di daerah Ferghana, Tashkent, Bukhara, Khorezm (Khwarezm, Khorasmia) dan Samarkand.

Alexander Luhur menaklukkan Sogdiana dan Baktria pada 327 SM, menikahi Roxana, anak seorang ketua suku Baktria setempat. Namun, penaklukan ini kiranya tidak jumlah membantu Alexander sebab rakyat melawan dengan sengit, sehingga tentara Alexander penghabisannya terpukul di wilayah ini.

Selama berabad-abad wilayah Uzbekistan diperintah oleh Kekaisaran Iran, seperti Kekaisaran Parthia dan Sassanian.

Pada zaman ke-14 M., Timur, yang juga dikenali sbg Timur Lenk, mengalahkan bangsa Mongol dan mendirikan sebuah imperium. Dalam peperangannya, Timur Lenk memperluas wilayahnya sampai ke Timur Tengah. Beliau mengalahkan Sultan Ottoman Bayezid I. Bayezid ditangkap dan meninggal dalma penahanan. Timur Lenk berupaya mendirikan ibukota imperiumnya di Samarkand. Sekarang Timur Lenk dianggap sbg salah satu pahlawan terbesar di Uzbekistan yang melakukan peranan penting dalam identitas dan sejarah nasionalnya. Setelah jatuhnya Imperium Timur Lenk, kaum nomaden Uzbek merebut wilayah ini.


Pada zaman ke-19, Kekaisaran Rusia mulai berekspansi dan menyebar ke Asia Tengah. Saat "Permainan Akbar" biasanya dianggap berlanjut dari lebih kurang 1813 sampai Konvensi Inggris-Rusia 1907. Setelah Revolusi Bolshevik tahun 1917 tahap kedua yang tidak begitu intensif berlanjut. Pada awal zaman ke-19, mempunyai wilayah lebih kurang 3,200 km yang memisahkan India Britania dengan wilayah-wilayah di pinggiran Kekaisaran Rusia. Jumlah dari daerah selang ini tidak terpetakan.

Provinsi dan Distrik

Uzbekistan terbagi dalam 12 provinsi (disebut dengan Viloyat), satu republik otonom dan satu kota independen.

DivisiIbukotaArea
(km²)Populaasi (2008)[3]KeyAndijon ViloyatiBuxoro ViloyatiFarg'ona ViloyatiJizzax ViloyatiXorazm ViloyatiNamangan ViloyatiNavoiy ViloyatiQashqadaryo ViloyatiQaraqalpaqstan RespublikasiSamarqand ViloyatiSirdaryo ViloyatiSurxondaryo ViloyatiToshkent ViloyatiToshkent Shahri
Andijon4,2002,477,9002
Buxoro (Bukhara)39,4001,689,0003
Farg'ona (Fergana)6,8002,997,4004
Jizzax20,5001,192,0005
Urganch6,3001,517,60013
Namangan7,9002,196,2006
Navoiy110,8001.134,7007
Qarshi28,4002,738,0008
Nukus160,0001,934,30014
Samarqand16,4003,037,0009
Guliston5,100898,80010
Termez20,8002,012,60011
Toshkent (Tashkent)15,3002,537,50012
Toshkent (Tashkent)139,5002,32,8371

Lihat pula

  • Andijan
  • Daftar negara-negara di dunia

Pranala luar

Rujukan


Sumber :
p2kp.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, dsb-nya.

Page 22

Republik Uzbekistan (kadang-kadang dieja Uzbekstan atau Ozbekistan), nama resminya Republik Uzbekistan (bahasa Uzbek: O‘zbekiston Respublikasi atau O‘zbekiston Jumhuriyati; Sirilik: Ўзбекистон Республикаси; bahasa Rusia: Республика Узбекистан), yaitu negara di Asia Tengah, yang sebelumnya merupakan anggota dari Uni Soviet. Negara dengan wilayah yang terkurung daratan ini bersamaan batasannya dengan Kazakhstan di sebelah barat dan utara; Kirgizstan dan Tajikistan di timur; dan Afganistan dan Turkmenistan di selatan. Bahasa resmi satu-satunya yaitu bahasa Uzbek, sebuah bahasa Turkik, tetapi bahasa Rusia tetap dipergunakan secara luas, sisa peninggalan pemerintahan Soviet. Lebih kurang 1 juta suku Tajik, sebuah golongan etnis yang sedang serumpun dengan bangsa Persia, menghuni negara ini,[1] dan merupakan 4,8% dari seluruh jumlah penduduknya.[2] Kata Ozbek terbentuk dari oz ("sejati/asli") dan bek ("pemimpin/bangsawan"), sehingga "Ozbek" berfaedah "bangsawan" atau "pemimpin sejati".

Sejarah

Wilayah Uzbekistan telah dihuni sejak milennium kedua SM. Mempunyai temuan-temuan perkakas purba manusia serta monumen-monumen di daerah Ferghana, Tashkent, Bukhara, Khorezm (Khwarezm, Khorasmia) dan Samarkand.

Alexander Luhur menaklukkan Sogdiana dan Baktria pada 327 SM, menikahi Roxana, anak seorang ketua suku Baktria setempat. Namun, penaklukan ini kiranya tidak jumlah membantu Alexander sebab rakyat melawan dengan sengit, sehingga tentara Alexander penghabisannya terpukul di wilayah ini.

Selama berabad-abad wilayah Uzbekistan diperintah oleh Kekaisaran Iran, seperti Kekaisaran Parthia dan Sassanian.

Pada zaman ke-14 M., Timur, yang juga dikenali sbg Timur Lenk, mengalahkan bangsa Mongol dan mendirikan sebuah imperium. Dalam peperangannya, Timur Lenk memperluas wilayahnya sampai ke Timur Tengah. Beliau mengalahkan Sultan Ottoman Bayezid I. Bayezid ditangkap dan meninggal dalma penahanan. Timur Lenk berupaya mendirikan ibukota imperiumnya di Samarkand. Sekarang Timur Lenk dianggap sbg salah satu pahlawan terbesar di Uzbekistan yang melakukan peranan penting dalam identitas dan sejarah nasionalnya. Setelah jatuhnya Imperium Timur Lenk, kaum nomaden Uzbek merebut wilayah ini.


Pada zaman ke-19, Kekaisaran Rusia mulai berekspansi dan menyebar ke Asia Tengah. Saat "Permainan Akbar" biasanya dianggap berlanjut dari lebih kurang 1813 sampai Konvensi Inggris-Rusia 1907. Setelah Revolusi Bolshevik tahun 1917 tahap kedua yang tidak begitu intensif berlanjut. Pada awal zaman ke-19, mempunyai wilayah lebih kurang 3,200 km yang memisahkan India Britania dengan wilayah-wilayah di pinggiran Kekaisaran Rusia. Jumlah dari daerah selang ini tidak terpetakan.

Provinsi dan Distrik

Uzbekistan terbagi dalam 12 provinsi (disebut dengan Viloyat), satu republik otonom dan satu kota independen.

DivisiIbukotaArea
(km²)Populaasi (2008)[3]KeyAndijon ViloyatiBuxoro ViloyatiFarg'ona ViloyatiJizzax ViloyatiXorazm ViloyatiNamangan ViloyatiNavoiy ViloyatiQashqadaryo ViloyatiQaraqalpaqstan RespublikasiSamarqand ViloyatiSirdaryo ViloyatiSurxondaryo ViloyatiToshkent ViloyatiToshkent Shahri
Andijon4,2002,477,9002
Buxoro (Bukhara)39,4001,689,0003
Farg'ona (Fergana)6,8002,997,4004
Jizzax20,5001,192,0005
Urganch6,3001,517,60013
Namangan7,9002,196,2006
Navoiy110,8001.134,7007
Qarshi28,4002,738,0008
Nukus160,0001,934,30014
Samarqand16,4003,037,0009
Guliston5,100898,80010
Termez20,8002,012,60011
Toshkent (Tashkent)15,3002,537,50012
Toshkent (Tashkent)139,5002,32,8371

Lihat pula

  • Andijan
  • Daftar negara-negara di dunia

Pranala luar

Rujukan


Sumber :
p2kp.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, dsb-nya.

Page 23

Republik Uzbekistan (kadang-kadang dieja Uzbekstan atau Ozbekistan), nama resminya Republik Uzbekistan (bahasa Uzbek: O‘zbekiston Respublikasi atau O‘zbekiston Jumhuriyati; Sirilik: Ўзбекистон Республикаси; bahasa Rusia: Республика Узбекистан), yaitu negara di Asia Tengah, yang sebelumnya merupakan anggota dari Uni Soviet. Negara dengan wilayah yang terkurung daratan ini bersamaan batasannya dengan Kazakhstan di sebelah barat dan utara; Kirgizstan dan Tajikistan di timur; dan Afganistan dan Turkmenistan di selatan. Bahasa resmi satu-satunya yaitu bahasa Uzbek, sebuah bahasa Turkik, tetapi bahasa Rusia tetap dipergunakan secara luas, sisa peninggalan pemerintahan Soviet. Sekitar 1 juta suku Tajik, sebuah kelompok etnis yang sedang serumpun dengan bangsa Persia, menghuni negara ini,[1] dan merupakan 4,8% dari seluruh jumlah penduduknya.[2] Kata Ozbek terbentuk dari oz ("sejati/asli") dan bek ("pemimpin/bangsawan"), sehingga "Ozbek" berfaedah "bangsawan" atau "pemimpin sejati".

Sejarah

Wilayah Uzbekistan telah dihuni sejak milennium kedua SM. Mempunyai temuan-temuan perkakas purba manusia serta monumen-monumen di daerah Ferghana, Tashkent, Bukhara, Khorezm (Khwarezm, Khorasmia) dan Samarkand.

Alexander Luhur menaklukkan Sogdiana dan Baktria pada 327 SM, menikahi Roxana, anak seorang ketua suku Baktria setempat. Namun, penaklukan ini kiranya tidak jumlah membantu Alexander sebab rakyat melawan dengan sengit, sehingga tentara Alexander penghabisannya terpukul di wilayah ini.

Selama berabad-abad wilayah Uzbekistan diperintah oleh Kekaisaran Iran, seperti Kekaisaran Parthia dan Sassanian.

Pada zaman ke-14 M., Timur, yang juga dikenali sbg Timur Lenk, mengalahkan bangsa Mongol dan membangun sebuah imperium. Dalam peperangannya, Timur Lenk memperluas wilayahnya sampai ke Timur Tengah. Beliau mengalahkan Sultan Ottoman Bayezid I. Bayezid ditangkap dan meninggal dalma penahanan. Timur Lenk berupaya membangun ibukota imperiumnya di Samarkand. Kini Timur Lenk dianggap sbg salah satu pahlawan terbesar di Uzbekistan yang melakukan peranan penting dalam identitas dan sejarah nasionalnya. Setelah jatuhnya Imperium Timur Lenk, kaum nomaden Uzbek merebut wilayah ini.


Pada zaman ke-19, Kekaisaran Rusia mulai berekspansi dan menyebar ke Asia Tengah. Saat "Permainan Akbar" biasanya dianggap berlanjut dari lebih kurang 1813 sampai Konvensi Inggris-Rusia 1907. Setelah Revolusi Bolshevik tahun 1917 tahap kedua yang tidak begitu intensif berlanjut. Pada awal zaman ke-19, mempunyai wilayah sekitar 3,200 km yang memisahkan India Britania dengan wilayah-wilayah di pinggiran Kekaisaran Rusia. Jumlah dari daerah selang ini tidak terpetakan.

Provinsi dan Distrik

Uzbekistan terbagi dalam 12 provinsi (disebut dengan Viloyat), satu republik otonom dan satu kota independen.

Lihat pula

  • Andijan
  • Daftar negara-negara di dunia

Pranala luar

Rujukan


Sumber :
p2kp.al-quran.co, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, dsb-nya.

Page 24

Page 25

Page 26

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA