Baca berita pilihan dari Merdeka.com
Mari bergabung di Grup Telegram
Merdekacom News Update
commit to user
10
pada lintasan lurus. Lari cepat jarak pendek atau sprint 40 m merupakan salah satu tes yang digunakan dalam tes kesegaran jasmani Indonesia untuk anak umur 10 – 12
tahun. Lari sprint 40 m bertujuan untuk mengukur unsur kondisi fisik yaitu kecepatan.
Lari 40 m menggunakan lintasan lurus, datar, rata, tidak licin, berjarak 40 m dan masih mempunyai lintasan lanjutan. Sebagai tanda awal lari menggunakan
bendera start, waktunya dihitung dengan stopwatch. Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintasi garis finish. Lintasan lari 40
m di beri tanda serbuk kapur atau tali rafia sebagai pembatas lintasan. Lari dimulai dari sikap berdiri di belakang garis start, pelari pada aba-aba siap mengambil sikap
berdiri bersiap untuk lari. Pada aba-aba Ya pelari lari secepat mungkin menuju garis finish, menempuh jarak 40 m. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh
pelari untuk menempuh jarak 40 m, waktu dicatat dalam satuan detik satu angka dibelakang koma.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Lari
Potensi atau pembawaan sejak lahir merupakan faktor yang dominan yang akan mempengaruhi kecepatan lari seseorang. Salah satu faktor yang dominan dari
pembawaan adalah tipe otot yang dimiliki. Pendapat yang dikemukakan Suharno HP. 1993 : 48 bahwa “faktor-faktor penentu kecepatan secara umum adalah : 1 Macam
fibril otot yang dibawa sejak lahir pembawaan, fibril berwarna putih pahsic baik untuk gerak yang cepat, 2 Pengaturan nervous system, 3 Kekuatan otot, 4
Kemampuan elastisitas dan relaksasi suatu otot, 5 Kemauan dan disiplin individu atlet “.
Faktor bawaan khususnya fibril otot putih merupakan faktor yang menentukan kecepatan yang dimiliki seseorang. Semakin banyak fibril otot putih dimiliki, maka
kecepatannya akan baik. Lebih lanjut, Suharno HP. 1993 : 48 menyatakan bahwa, ” faktor-faktor penentu khusus kecepatan lari meliputi : 1 Tergantung pada kekuatan
otot yang bekerja, 2 Panjang tungkai atas, 3 Frekuensi gerak dan 4 Teknik lari yang sempurna”.
commit to user
11
f. Kecepatan Lari 1. Pengertian Kecepatan
Lari adalah suatu gerakan dengan kaki yang berpindah tempat untuk mencapai tujuan, gerak maju untuk mencapai tujuan finish secepat mungkin
atau dalam waktu sesingkat-singkatnya. Gerakan lari pada dasarnya sama hanya tergantung pada nomor lari yang akan dipelajari.
Nomor lari adalah nomor yang menggunakan kecepatan sebagai komponen fisik yang utama. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam
cabang olahraga seperti lari sprint, tinju, renang, beberapa cabang olahraga permainan dan lain sebagainya. Kecepatan tidak hanya menggerakkan seluruh
tubuh dengan cepat, tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota- anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan ditentukan
frekuensi stimulus, kemauan, mobilitas syaraf, kecepatan kontraksi otot, tingkat otomatis gerak dan power otot. Berkaitan dengan kecepatan Andi
Suhendro 1999 : 4.20 menyatakan bahwa, kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Sedangkan menurut Mulyono B 2007 : 58” Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerak dalam periode waktu yang singkat. Menurut
Suharno HP 1993 : 47” kecepatan adalah kemampuan atlet untuk melakukan gerakan yang sejenis secara berturut – turut dalam waktu singkat”.
Pada prinsipnya ketiga pendapat ahli tesebut mempunyai pengertian yang hampir sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kecepatan
merupakan bentuk gerakan berulang-ulang untuk menempuh jarak tertentu yang di lakukan dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mendapatkan
kecepatan yang maksimal, maka harus didukung gerakan dari bagian tubuh yang mendukung gerakan lari ayunan lengan yang dilakukan secara baik dan
benar.
commit to user
12
2. Macam – macam Kecepatan
Kecepatan menjadi faktor penentu utama di dalam cabang olahraga seperti lari, dari pengertian kecepatan yang telah dijelaskan dapat diketahui
terdapat macam – macam kecepatan diantaranya : Kecepatan sprint adalah kemampuan – kemampuan atlet untuk
menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Faktor-faktor penentu khusus yang dapat mempengaruhi kecepatan sprint : tergantung pada
kekuatan otot yang bekerja, panjang tungkai atas, frekuensi gerak, teknik lari yang sempurna.
Kecepatan reaksi adalah waktu antara rangsangan dan jawaban gerak pertama. Faktor-faktor penentu khusus yang dapat mempengaruhi kecepatan
reaksi : tergantung pada iriabilitas susunan saraf, daya orientasi situasi yang dihadapi atlet, ketajaman panca indera dalam menerima rangsangan,
kecepatan gerak dan daya ledak atlet. Kecepatan bergerak adalah kemampuan atlet bergerak secepat
mungkin dalam satu gerak yang ditandai waktu antara gerak permulaan dan
gerak akhir. Faktor – faktor penentu khusus yang dapat mempengaruhi
kecepatan bergerak : tergantung pada kekuatan otot, baik tidaknya power daya
ledak, daya
koordinasi gerakan-gerakan,
kelincahan dan
keseimbangan, penguasaan teknik gerak yang sempurna. Menurut beberapa macam kecepatan yang telah disebutkan maka
dapat disimpulkan kecepatan yang sangat dominan digunakan dalam nomor lari jarak pendek adalah kecepatan sprint, karena pada kecepatan sprint
kemampuan atlet untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya sangat diperlukan. g. Teknik Lari
Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik dikatakan baik
apabila ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, mekanika, biomekanika dan mental
commit to user
13
terpenuhi persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam praktik dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal.
Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu proses gerakan
dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga. Dengan kata lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan suatu
hasil yang optimal dalam latihan atau pertandingan. Peningkatan prestasi lari cepat 40 meter menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik dalam lari cepat.
Menurut Djumidar 2004 : 12.6 bahwa, “Tahapan gerakan lari jarak pendek itu dapat dibagi menjadi tiga tahap yang harus dipahami dan dikuasai yaitu mengenai: 1
gerakan start, 2 gerakan lari cepat dan, 3 gerakan melewati garis finish”. Gerakan yang harus dipahami dan dikuasai dalam lari jarak pendek sprint
ada tiga bagian yaitu gerakan start, gerakan lari dan gerakan memasuki finish. Penguasaan gerakan lari cepat yang baik akan dapat mendukung pencapaian prestasi
lari cepat secara optimal. Agar siswa dapat melakukan lari cepat dengan baik dan prestasi yang tinggi, maka gerakan lari cepat tersebut harus dipahami dan dikuasai.
Didalam lari sprint 40 meter terdapat 3 macam teknik yang harus dipahami dan dikuasai, hal ini sesuai dengsn pendapat aip Syarifuddin 1992: 41 bahwa,”
Dalam lari jarak pendek ada tiga teknik yang harus dipahami dan dikuasai yaitu mengenai: 1 teknik start, 2 teknik lari, 3 teknik melewati garis finish”. Seperti
dikemukakan oleh Tamsir Riyadi 1985: 23 bahwa,”Pada lari jarak pendek perlu memperhatikan 4 masalah yaitu: 1 starting position, 2 starting action, 3
sprinting action, 4 finishing action”. Penguasaan teknik lari cepat sprint yang baik akan dapat mendukung
pencapaian prestasi lari sprint secara optimal. Agar siswa dapat melakukan lari cepat sprint dengan baik dan memperoleh prestasi yang optimal, maka teknik-teknik
tersebut harus dipahami dan dikuasai. Untuk lebih jelasnya ketiga teknik lari sprint 40 meter tersebut akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
commit to user
14
1 Teknik Start
Start atau disebut juga pertolakan merupakan kunci pertama yang harus dikuasai oleh seorang sprinter. Dalam melakukan start bila terjadi keterlambatan itu
berarti kerugian besar bagi seorang sprinter. Dalam lari sprint 40 meter kemenangan diperoleh dengan selisih waktu yang sangat kecil, karena itu kemampuan melakukan
start yang baik sangat diperlukan. Dalam hal ini teknik start untuk lari sprint adalah start berdiri. Start berdiri
yaitu start atau sikap awal lari dengan posisi berdiri. Dengan kaki kiri berada di depan dan kaki kanan berada di belakang. Start : saat pemberangkatan, tempat tolakan kaki
pada start lari jarak pendek biasanya menggunakan start blok. a. Aba-aba ”Bersedia”
Jika mendengar aba-aba bersedia pelari segera menempatkan diri di belakang garis start, Salah satu lutut diletakkan di tanah dengan jarak kurang lebih 1
jengkal dari start, Kaki lainnya diletakkan tepat di samping lutut yang menempel ke tanah dengan jarak kurang lebih satu kepal, badan membungkuk
ke depan, kedua tangan terletak di tanah tepat di belakang garis start, keempat jari tangan rapat dan ibu jari terbuka membentuk huruf V terbalik, kepala
menunduk, pandangan ke bawah leher rileks tidak tegang, konsentrasi pada aba-aba selanjutnya.
b. Aba-aba ”Siap” Lutut yang terletak ditanah diangkat, pinggul diangkat setinggi bahu, berat
badan dibawa dimuka, kepala tetap tunduk dan leher rileks, pandangan tetap ke bawah, konsentrasi pada aba-aba selanjutnya.
c. Aba-aba ”Ya” Menolak dengan badan tetap rendahcondong ke depan, lengan diayunkan
dengan kuat, langkah kaki pendek-pendek tetapi cepat agar badan tidak tersungkur.
commit to user
15
2 Teknik Lari Cepat
Selain teknik start dalam lari cepat juga harus memperhatikan teknik lari yang benar. Waktu melakukan lari sprint, posisi badan hampir tegak lurus pada tanah
dan condong ke depan ± 60 derajat. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Rusli Lutan dkk. 1992: 137 Menyatakan,”Posisi badan lari cepat dipertahankan tetap
menghadap ke depan dan agak condong ke depan. Sikap badan seperti ini memungkinkan titik berat badan selalu berada di depan”. Kecepatan lari juga akan
bertambah bila didukung dengan gerak ayunan kedua lengan. Pada waktu berlari, ayunan kedua lengan harus rileks dan posisi kedua tangan mengepal serta ibu jari
menyilang pada jari telunjuk. Beberapa prinsip teknik lari cepat menurut Soegito 1992: 12 antara lain: 1
Lari pada ujung kaki. 2 Menumpu dengan kuat, agar mendapatkan dorongan kedepan dengan kuat pula. 3 Badan condong ke depan ± 60 derajat, sehingga
titik berat badan selalu didepan. 4 Ayunan lengan kuat-kuat dan cepat, siku dilipat, tangan menggenggam lemas, agar gerakan langkah kaki juga cepat
dan kuat. 5 Setelah ± 20 m dari garis start, langkah diperlebar tetapi condong badan harus tetap dipertahankan. Serta ayunan lengan dan gerakan langkah
kaki juga dipertahankan kecepatan dan kekuatannya, bahkan kalu mungkin ditingkatkan.
Kecepatan yang maksimal juga harus dilakukan oleh seorang sprinter pada waktu melakukan start sampai jarak 40 meter atau finish. Jika sprinter telah mencapai
kecepatan puncak, maka harus dipertahankan dengan sekuat tenaga bahkan ditingkatkan dengan cara memperlebar langkah dan diusahakan tidak mengurangi
kecepatan, selain itu juga didukung dengan menggerakkan kedua lengan sesuai arah ayunan .
3 Teknik Memasuki Garis Finish
Memasuki garis finish adalah fase akhir penentu menang atau kalahnya seorang sprinter. Teknik memasuki garis finish sangat penting untuk dipahami dan
dikuasai oleh sprinter, sebab meski punya kekuatan dan kecepatan bila teknik memasuki garis finish dari sprinter tidak baik, bisa menyebabkan kekalahan. Seorang
commit to user
16
sprinter bebas menentukan dengan cara ataupun teknik sendiri melewati garis finish yang dianggap paling efektif dan efisien.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Agus Mukholid 2004: 102 ” teknik melewati garis finish terbagi menjadi tiga cara, yaitu: Dengan
cara terus secepat-cepatnya melewati garis finish dengan tidak mengubah posisi lari. Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada dicondongkan ke depan.
Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada diputar sehingga salah satu bahu maju ke depan terlebih dahulu”.
2. Latihan Fisik a. Pengertian Latihan Fisik
Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang
optimal. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro 1999 : 4.1 bahwa, “ Kondisi fisik merupakan salah satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seorang atlit, dan
bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga”. Pentingnya peranan kondisi fisik untuk mendukung pencapaian prestasi olahraga,
maka harus dilatih dengan baik dan benar. Latihan fisik pada umumnya memberikan beban fisik pada tubuh secara
teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan didalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan
berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan dengan latihan fisik Andi Suhendro 1999 :
3.5 bahwa, “ Latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi
fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-lain”.
Latihan fisik merupakan salah satu bagian latihan olahraga secara menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk meningkatkan
kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan fisik dapat ditekankan pada salah satu
commit to user
17
komponen kondisi fisik tertentu sesuai tujuannya. Hal ini artinya, latihan fisik yang dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan karakteristik komponen fisik yang
dibutuhkan untuk tujuan tertentu.
b. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan
Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif dan teratur. Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang
benar. Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Prinsip latihan pada dasarnya
merupakan suatu pedoman dalam memberikan beban latihan, sehingga beban latihan dapat dilakukan dengan baik dan akan terjadi peningkatan. Pengembangan kondisi
fisik dari hasil latihan tergantung pada tipe dan beban latihan yang diberikan dan tergantung dari kekhususan latihan. Berkaitan dengan prinsip-prinsip latihan dan
prinsip dasar latihan oleh Sudjarwo 1995 : 21-23 dirinci sebagai berikut : Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat
dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlit. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik
dan tepat. Prinsip dasar latihan adalah sebagai berikut :
a Prinsip individual b Prinsip beban berlebih overload principle
c Prinsip interval d Prinsip stress. penekanan
e Latihan sepanjang tahun f Prinsip makanan yang baik nutrition
Sedangkan prinsip-prinsip latihan menurut Suharno HP.1993 : 10-21 sebagai berikut:
a Latihan setahun tanpa berselang. Prinsip kontinyu dalam latihan b Kenaikan beban latihan secara teratur.
c Prinsip individual d Prinsip interval
e Prinsip stress. penekanan f Prinsip spesialisasi
Dari pendapat tersebut diatas terdapat beberapa persamaan antara kedua pendapat dan saling melengkapi. Dalam mencapai tujuan harus menganut prinsip
latihan tertentu, secara umum ataupun menurut spesialisasi suatu cabang olahraga.
commit to user
18
Dapat diambil kesimpulan dari kedua pendapat tersebut diatas bahwa latihan harus dilakukan secara bervariasi, latihan setahun tanpa berselang Prinsip kontinyu dalam
latihan, beban sesuai atau lebih dengan tumbuh kembang seseorang, prinsip aktif dan bersungguh-sungguh, prinsip modeling, prinsip interval, prinsip stress penekanan,
prinsip makanan yang baik nutrition , kenaikan beban latihan secara teratur, prinsip individu, prinsip interval dan terspesialisasi. Prinsip latihan merupakan dasar
yang harus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan latihan. Penerapan prinsip-prinsip latihan yang benar akan lebih memperbesar kemungkinan dalam
pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Penyusunan Program Latihan
Video yang berhubungan