Anak tidur terus setelah sembuh sakit

Banyaknya dokter yang salah mendiagnosis pasien DBD juga disebabkan ketika memeriksa pasien, sering kali dokter mencari-cari bercak merah di sekujur tubuh pasien.

Jika tidak ada bercak, pasien belum dinyatakan terkena DBD.

Padahal tidak semua pasien DBD mengalami gejala bercak-bercak merah pada tubuhnya. Bahkan ada pasien DBD yang tidak mengalami panas tinggi.

Menurut "Info Penyakit Menular" yang dikeluarkan Departemen Kesehatan, ruam berupa bercak merah tidak selalu muncul pada hari pertama pasien mengalami panas tinggi. Bercak merah bisa muncul pada hari keempat sakit berupa bercak-bercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang bercak merah hanya muncul pada daerah tangan atau kaki saja. Sementara pada awal panas, ruam yang muncul bisa berupa flushing (kemerahan pada muka, leher, dan dada). 

Selain itu, kelengahan atau kecenderungan orangtua menganggap remeh gejala awal penyakit biasanya menjadi sebab terjadinya hal buruk bagi penderita DBD.

Kesalahan orang tua adalah selalu berusaha menyangkal kepada diri sendiri apabila muncul gejala-gejala demam pada anak atau diri mereka. Mereka selalu mengaggap atau berharap ini flu biasa sampai kemudian muncul gejala yang lebih hebat.

Padahal -meski ada beberapa kasus penyimpangan-  bila si anak atau si orang tua itu sendiri terkena gejala seperti panas yang tak kunjung turun selama tiga hari dan kemudian mendingin pada hari ke 4 dan 5 itu sudah dapat dipastikan gejala demam berdarah.

Apalagi kalau si anak tiba-tiba mengalami menggigil hebat, sekali atau beberapa kali, ia sudah dipastikan positif DBD.

Kurangnya pengetahuan orang tua mau pun penyangkalan diri ini  memang menghinggapi hampir semua orang tua. Gejala kasat mata yang patut dicurigai adalah bila anak selalu merasa lemas, mengantuk dan tidur sepanjang hari; tidak mau makan dan minum; gelisah; nyeri abdominal akut dan hebat; atau tidak buang air kecil selama 4 hingga 6 jam.

Kalau gejala-gejala seperti itu terlihat pada anak, lebih baik kita bersikap paranoid. Kita jangan mengambil risiko dan langsung membawa anak tersebut  ke rumah sakit untuk mendapat tindakan medis.

Namun sikap emergency atau dalam keadaan darurat ini jangan hanya pada orang tua atau keluarga si penderita sakit. Kalangan medis atau pun pemerintah juga harus bersikap dan bertindak darurat.

Bila pada keadaan biasa demam dapat ditengarai sebagai gejala  tiphus atau flu biasa atau yang lainnya, dalam situasi KLB lebih baik bila itu pertama-tama hal itu dianggap sebagai gejala awal DBD.  Apabila kemudian salah,  baru dilihat kemungkinan penyakit lain.

Sebaiknya para dokter juga jangan terbawa prinsip untuk menenangkan orang tua terlebih dulu dengan mengatakan gejala yang terlihat bukanlah DBD. Padahal itu butuh  penelitian yang seksama.

MEWASPADAI GEJALA DBD

  • Panas tinggi mendadak, 2-7 hari, umumnya tanpa batuk pilek. Atasi dengan obat penurun panas.
  • Wajah kemerahan, lesu, tidur terus, tidak mau main, tidak mau makan dan minum. Bila anak kekurangan cairan (muntah terus, tidak kencing setiap 4-6 jam) perlu diinfus.
  • Panas hari pertama dan kedua sudah boleh cek ke laboratorium, tetapi perlu diulang bila panas berlanjut.
  • Panas hari ketiga penurunan trombosit bisa dideteksi. Kalau normal 150.000-400.000/ul darah, hari ketiga turun jadi 100.000-150.000/ul, hari keempat 50.000-100.000/ul hari kelima kurang dari 50.000/ul atau jumlah trombosit terendah. Berikan transfusi darah bila perlu.
  • Kadar hematokrit penanda kebocoran pembuluh darah, terus meningkat dan puncaknya pada hari kelima. Jumlah hematokrit normal tergantung umur, janis kelamin, dan berat badan.
  • Bila kaki dan tangan dingin, tanda terjadi shock, atasi dengan infus atau minum sebanyak-banyaknya.
  • Masa kritis berlangsung 24-28 jam.
  • Hari keenam jumlah trombosit meningkat dan kembali normal pada hari kedelapan. Hematokrit juga berangsur turun dan normal kembali pada hari yang sama. (sumber:  Kompas)

Oleskan Minyak Sereh

  • Untuk pencegahan anak terhinggapi penyakit ini, orang tua disarankan bersikap sedikit berlebihan.

Kalau dilihat dari siklus aktifnya, nyamuk Aedes Aegypti biasa "berdinas" pada pukul 9-12 pagi dan 2-5 sore.

Terutama pada pagi hari dan di sekolah mereka selalu menyerang bagian betis, telinga mau pun bagian leher anak-anak.

Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya anak-anak mengenakan stocking bila ke sekolah,karena betis memang sasaran yang menyenangkan buat nyamuk."

Sementara untuk "menjaga" serangan nyamuk  terhadap daerah telinga mau pun leher disarankan untuk mengoleskan lotion atau pun minyak sereh murni yang mudah didapat di toko kimia atau minyak kayu putih.

Nyamuk Aedes Aegypti betina memang membutuhkan banyak darah untuk membantu proses bertelur. Kalau gigitannya hanya sekali, mungkin antibodi kita masih bisa mengatasi. Namun yang berbahaya adalah apabila gigitan tersebut terjadi berulang-ulang. (zrp)

< Prev   Next >

Kenapa anak baru sembuh dari sakit sering tidur?

Saat seorang anak mengalami sakit, seringkali memang anak menjadi lebih cepat lelah dan sering mengantuk. Sering mengantuk pada anak bisa jadi merupakan hal yang normal karena anak berada dalam masa penyembuhan dari sakit, namun bisa juga merupakan hal yang tidak normal.

Apa penyebab anak lesu dan sering tidur?

Penyebab anak terlihat lemas dan mengantuk bisa bermacam-macam, seperti dehidrasi, infeksi, benjolan di kepala, keracunan, dan lain-lain. Semua hal itu membutuhkan penanganan medis secepatnya.

Kenapa anak habis sakit masih lemas?

Kemungkinan anak yang mengalami lemas adalah karena mereka merasa dehidrasi kekurangan cairan ataupun oksigen. Berikan anak minum dan tetap jaga kualitas minum mereka, berikan secara rutin sampai anak merasa membaik dari lemas yang dirasakannya.

Kenapa orang sakit lebih sering tidur?

Anda tak perlu khawatir jika tidur sepanjang hari saat terserang flu, demam, batuk, atau pilek. Kondisi ini terjadi karena tubuh butuh banyak beristirahat. Hanya saja, Anda perlu memastikan tubuh mendapatkan cukup asupan cairan dan makanan bergizi selama proses penyembuhan.