Air hujan yang ditampung bisa digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari yaitu

Air hujan menjadi sumber air minum utama di beberapa wilayah di muka bumi, terutama di negara-negara kering. Bahkan di negara tropis seperti Indonesia, sebagian daerah memanfaatkan air hujan. Hal ini karena tidak semua air tanah dan permukaan layak dijadikan air minum. Apakah air hujan aman diminum, dan apakah ada manfaat air hujan untuk kesehatan?

Salah satu contoh wilayah di Indonesia yang penduduknya memanfaatkan air hujan adalah Kalimantan Barat. Sumber air permukaan dan air tanah di sana sangat berlimpah, namun kualitasnya buruk sehingga tidak bisa dijadikan air minum. Air permukaan seperti sungai, danau dan penampungan air di Kalimantan Barat cenderung keruh dan mengandung zat besi terlalu tinggi. Masyarakat di sana kemudian memanfaatkan air hujan sebagai air minum.

Tak hanya di Kalimantan Barat, di beberapa wilayah Indonesia lain juga menggunakan air hujan sebagai air minum. Di dataran Australia dan Afrika, mereka mengandalkan air hujan karena tanahnya yang kering, sebagai air minum. Nah, apa manfaat air hujan untuk kesehatan? Mungking Geng Sehat ingin memanfaatkannya juga.

  Baca juga: Air Hujan Sebabkan Penyakit, Mitos atau Fakta?

Memanfaatkan Air Hujan dengan Memanen

Sebenarnya, air hujan adalah bentuk air paling murni yang ada di bumi ini. Dibandingkan dengan pasokan air minum Kamu saat ini, kandungan mineral air hujan relatif rendah. Di sebagian besar wilayah, pasokan air untuk dikonsumsi maupun untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari dua sumber utama, yaitu sumber air tanah (seperti sumur) dan air permukaan misalnya danau dan sungai.

Selain air tanah dan air permukaan, satu lagi sumber air yang berlimpah yaitu air hujan. Saat musim hujan tiba, air ditampung atau dipanen untuk berbagai keperluan. Istilahnya adalah memanen air hujan (rainwater harvesting). Teknik itu sudah diterapkan di negara-negara yang  agak gersang, seperti Brazil, Afrika, Australia.

Memanen air hujan menjadi istilah kegiatan menampung air hujan yang disimpan dan dimanfaatkan ketika kemarau tiba. Wilayah Indonesia yang sudah mempraktekkan memanen air hujan adalah Gunung Kidul. 

Cara memanen air hujan adalah dengan mengalirkan air hujan yang jatuh ke atap. Air hujan ditampung melalui talang dan dialirkan melalui pipa ke tandon air. Sebelum masuk ke tandon, di dalam pipa ada beberapa proses penyaringan.

Pertama penyaringan dari kawat kasa untuk menyaring daun-daun yang ikut terbawa dari atap. Selanjutnya air memasuki tandon yang dilengkapi saringan debu atau pasir halus. Air pun siap didistribusikan. 

Bagaimana jika tandon penuh karena curah hujan tinggi? Keleihan air hujan di dalam tandon akan masuk ke saluran pipa yang terhubung ke sumur resapan bawah tanah. Pipa ini dilengkapi katup buka/tutup untuk mengontrol aliran air agar bisa dibuang ke luar.

Baca juga: Waspadai Penyakit Flu Saat Musim Pancaroba

Selama ini banyak yang beranggapan bahwa air hujan juga mengandung berbagai kontaminan, atau zat yang mencemari air. Misalnya dari partikel polusi udara.  Memang benar. 

Hujan juga dapat membawa serta debu dan sejumlah bakteri bahkan sesekali serangga, sehingga penting sekali untuk menyaring dan mengolah air hujan sebelum dimanfaatkan, apalagi untuk diminum. Sebeleum sampai pada cara menyaring air hujan, Kamu perlu tahu manfaat air hujan untuk kesehatan. 

Mempelajari manfaat air hujan untuk kesehatan akan membuat pikiran kita terbuka dan menghilangkan pendapat negatif tentang air hujan. Ada banyak manfaat air hujan untuk kesehatan, berikut ini beberapa di antaranya:

1. Mengandung pH basa

Air hujan memiliki tingkat pH basa, yang memiliki efek detoksifikasi dan juga bisa meningkatkan kesehatan pencernaan. Racun dan radikal bebas yang kita konsumsi dan serap setiap hari dari makanan, akan membuat darah kita lebih asam. Air hujan, dengan pH basa, membantu menetralkan pH darah kita, sehingga membantu membuat fungsi tubuh kita lebih efisien.

2. Kandungan mineral rendah

Air hujan mengandung mineral yang lebih rendah dibandingkan air permukaan, air tanah, atau air laut. Pasokan air minum di banyak negara dunia sering dicampur dengan fluoride dan klorin dengan tujuan membunuh kuman di dalam air. 

Namun, terkadang terlalu banyak mineral yang ditambahkan ke air minum dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti sakit kepala, gastritis, dan kerusakan organ tubuh. Dengan air hujan, Kamu tidak akan memiliki masalah seperti ini.

3. Menyehatkan kulit dan rambut

Karena air hujan hampir tidak mengandung mineral, maka membuatnya sangat ringan sebagai air alami. Ini bagus untuk rambut dan kulit kita, karena kualitasnya yang lembut. Selain itu, pH basa air hujan juga membantu menjaga kelembaban alami kulit dan meningkatkan pertumbuhan rambut yang sehat.

Selain manfaat kesehatan air hujan tadi, ada manfaat lain yang tidak terkait dengan kesehatan. Karena gratis, Kamu bisa lho memanfaatkan air hujan untuk segala keperluan. Mencuci mobil, menyiram toilet, menyiram tanaman dengan air hujan sangat menguntungkan.

Selain itu, jika setiap rumah tangga memiliki tampungan air hujan dari atap rumah, maka akan menurunkan risiko banjir yang signifikan. Hal ini karena air yang mengalir dari atap dan langsung ke tanah berkontribusi besar terhadap banjir dan bahaya yang diakibatkannya.

Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Kulit Buat Kamu yang Hobi Renang

Cara Memastikan Air Hujan Aman sebagai Air Minum

Apakah Kamu tertarik menggunakan air hujan sebagai sumber air di rumah tangga? Ingat ya, meskipun sebagian air hujan itu aman, Kamu harus menghindari meminum air hujan di wilayah-wilayah tertentu.

Misalnya di lokasi yang dekat dengan situs radioaktif, seperti Chernobyl atau Fukushima. Demikian juga untuk air hujan yang jatuh di dekat pabrik kimia dan lingkungan pabrik, sangat tidak disarankan air hujan digunakan sebagai air minum.

Jika Kamu tinggal di daerah perkotaan, Kamu bisa menyaring air hujan sebelum menggunakannya untuk minum atau memasak. Dengan cara ini, semua zat kontaminan pada air hujan tidak akan masuk ke tubuh. 

Tetapi tidak semudah itu menyaring air hujan dari zat kontaminannya. Ada teknologi tertentu yang bisa Kamu adposi. Menyaring air hujan bertujuan memisahkan bahan kimia, serbuk sari, debu, jamur, dan partikulat lainnya. 

Jika tidak memungkinkan untuk melakukan penyaringan, minimal air hujan didiamkan selama beberapa waktu sebelum digunakan sehingga partikel yang berat akan tenggelam ke dasar terlebih dahulu.

Setelah diendapkan, air hujan belum bisa langsung diminum. Kamu harus merebusnya sampai mendidih sebelum meminumnya. Ini untuk memastikan bakteri dan mikroorganisme di dalamnya mati. 

Baca juga: 10 Makanan yang Bisa Meningkatkan Kekebalan Tubuh di Musim Hujan

Referensi: 

Rainwatertanksdirect.com.au. Safety drinking rainwater benefits

Observer.ug. How rainwater benefits your health. 

Ncbi.nlm.nih.gov. Rainwater as a Source of Drinking Water: Health Impacts and Rainwater Treatment

Lokadata.id. Saatnya memanen air hujan. 

ITB Kampus Ganesha

Jl. Ganesa 10 Bandung - Jawa Barat, Indonesia


tirto.id - Sejumlah wilayah di Indonesia diperkirakan sudah memasuki masa musim hujan pada bulan November 2019. Sementara pada Desember mendatang, sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hampir seluruh wilayah Indonesia akan diguyur hujan dengan intesitas 150-200 mm sampai 400-500 mm.

Curah hujan tinggi membuat sejumlah daerah berpotensi mengalami banjir. BMKG sudah memetakan beberapa daerah di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga Papua yang memiliki tingkat kerawanan banjir rendah, sedang maupun tinggi, pada Desember 2019. Peta prediksi kawasan rawan banjir itu semakin meluas, terutama di Jawa dan Kalimantan, pada Februari 2020.

Salah satu upaya pencegahan banjir yang sempat dikampanyekan sejumlah akademikus ialah memanen air hujan. Beberapa akademikus, mahasiswa, dan perwakilan komunitas dan warga pernah menggelar deklarasi Gerakan Memanen Air Hujan Indonesia, pada 18 November 2018 lalu. Deklarasi itu adalah bagian dari Kongres Memanen Air Hujan Indonesia yang digelar pada 10 hari kemudian.

Deklarasi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut bertujuan mengampanyekan gerakan memanen dan mengolah air hujan. Memanen dan mengolah air hujan dianggap menjadi salah satu solusi efektif untuk mencegah banjir, kekeringan serta memenuhi kebutuhan akan air berkualitas.

Menurut pakar hidrologi Fakultas Teknik UGM yang terlibat dalam deklarasi tersebut, Agus Maryono, memanen air hujan bisa dengan memakai bak penampungan atau mengalirkannya ke sumur. Air hujan dari atap dapat dialirkan melalui pipa ke sumur atau bak penampung. Agar bersih dari debu, air hujan bisa disaring dengan alat sederhana, seperti kain dan kaos.

Para petani juga bisa memanen air hujan dengan membuat sumur atau kolam di sekitar lahan pertanian. Saat musim kemarau, air yang ditampung itu dapat menjadi alternatif untuk pengairan. “Air hujan bisa dimanfaatkan untuk perikanan," tambah Agus sebagaimana dilansir laman UGM.

Menurut Agus, air hujan di Indonesia juga masih sangat layak untuk dikonsumsi. Dia pernah 20-an kali meneliti tingkat keasaman air hujan di berbagai daerah, termasuk Jogja, Bali, Bogor dan Jakarta. Riset itu menyimpulkan rata-rata tingkat pH (potential hydrogen) air hujan di sejumlah daerah tersebut adalah 7,2 sampai 7,4. Artinya, secara kualitas, air hujan di Indonesia masih layak diminum manusia.

Pengolahan Air Hujan Versi BPPT

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah mengembangkan dua bentuk sistem pemanfaatan dan pengolahan air hujan untuk air minum. Keduanya bernama Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Pengolahan Air Siap Minum (ARSINUM).

Berdasarkan ulasan yang diterbitkan BPPT, SPAH terdiri atas sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan sistem pengolahan air hujan. PAH dilengkapi talang air, saringan pasir, bak penampung dan Sumur Resapan yang dapat digunakan untuk melestarikan air tanah dan mengurangi resiko genangan atau banjir.

Prinsip dasar PAH adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap bangunan melalui talang air untuk dialirkan ke tangki penampung. Limpasan air dari tangki penampung yang telah penuh lalu di salurkan ke sumur resapan.

Adapun sistem pengolahan air hujan dalam praktiknya ialah untuk mengolah air dari bak penampungan agar menjadi air siap minum dengan kualitas setara air kemasan mineral. Pengolahan air hujan ini bisa memakai teknologi ARSINUM.

Berikut ini sekilas tata cara membuat SPAH dan instalasi Arsinum sebagaimana anjuran BPPT.

1. Cara Membuat SPAH di Rumah

Berikut ini sejumlah tahapan membuat instalasi SPAH di sekitar bangunan atau rumah:

  • Buat pipa penyalur air dari talang atap rumah
  • Buat bak penampung pertama selebar 120 cm dan sedalam 40 cm
  • Buat bak perantara saluran berisi pasir dan kerikil untuk saringan
  • Buat pipa penyalur ke bak penampung utama
  • Buat bak penampung utama dengan lebar 500 cm dan dalam 40 cm, yang bisa dialiri air dengan volume 10-12 meter kubik
  • Buat pipa penyalur air ke sumur resapan
  • Buat sumur resapan selebar 100 cm, dalam 250 cm dan beralaskan ijuk serta pecahan kerikil setebal 50 cm. Di tengah lantai dasar sumur resapan dipasangi pipa 1 meter yang terhubung dengan tanah.
Dengan SPAH itu, air hujan yang jatuh ke atap bangunan akan mengalir melalui talang dan menuju pipa yang terhubung ke bak penampung air pertama. Debu dan sampah yang mengotori air kemudian tersaring di bagian bak perantara berisi pasir dan kerikil. Air hujan yang sudah bersih kemudian mengalir ke bak penampung utama.

Apabila bak utama tidak lagi mampu menampung air karena hujan turun terus-menerus, air akan mengalir melalui pipa outlet masuk ke dalam sumur resapan sedalam 3 meter. Air hujan di sumur itu akan meresap ke dalam tanah dan menambah kandungan air tanah. Dinding sumur resapan ini bisa terbuat dari bisa beton setebal 10 cm.

2. Cara Buat Instalasi Arsinum

Selanjutnya, untuk keperluan pengolahan, air hujan di bak penampung utama dapat dipompa menuju instalasi Arsinum. Rangkaian instalasi Arsinum buatan BPPT terbilang rumit. Ada banyak sekali bagian dalam rangkaian tersebut. Sesuai dengan rancangan BPPT, instalasi itu terdiri atas sejumlah perangkat yang terhubung secara berturut-turut, yakni:

  • Pompa Pembubuh Kimia: 4,7 l/m, tekanan 7 bar, 220V
  • Pompa air baku: 40 l/m, tek. 5kg/cm2, 220 volt, ¾ PK
  • Static Mixer: PVC tube , diameter 8 cm, panjang 1000 cm
  • Multimedia Filter: PVC tube, diameter 12 cm, panjang 1500 cm
  • Tangki Garam: PVC tube, diameter 6 cm, panjang 1000 cm
  • Cation Exhange Filter: PVC tube, diameter 12 cm, panjang 500 cm
  • Catridge Filter: diameter 12 cm, panjang 20 cm
  • Ultrafiltrasi: 15 m3/h, 500 watt, 220 volt
  • Ultraviolet Sterilisasi : 15 l/m , 220 volt
  • Post Catridge Filter: Stainless steel, diameter 2 cm, panjang 10 cm
Cara kerja instalasi Arsinum tersebut ialah air dari bak penampung utama dialirkan pompa. Kemudian, pompa dosing memompakan bahan oksidator untuk mengoksidasi besi dan mangan serta bakteri. Air lalu mengalir ke statix mixer sebagai tangki pencampur.

Setelah tercampur di static mixer, air masuk ke dalam multimedia filter berisi kerikil, pasir silika dan mangan zeolit yang menyaring partikel kasar dan endapan hasil oksidasi yang ukurannya cukup besar dengan proses filtrasi. Setelah melalui multimedia filter, air akan masuk ke dalam filter penukar ion, yang berfungsi sebagai penghilang kesadahan akibat tingginya kadar kalsium, logam berat dan warna.

Air lalu masuk ke dalam saringan cartridge filter yang mempunyai ukuran 0,5 mikron. Pada unit ini kotoran-kotoran yang lembut dan melayang-layang pada air akan tersaring. Dengan begitu, air akan tampak lebih jernih. Setelah melalui catridge filter, air masuk ke dalam tangki penampung air bersih.

Kemudian dari tangki air bersih, air dipompa ke unit ultrafiltrasi yang dapat menyaring sampai ukuran 0,01 mikron. Unit ultra filtrasi menggunakan modul membran tipe hollow fiber. Air yang keluar dari unit ultra filtrasi lalu dialirkan ke bak penampung air bersih. Selanjutnya air dipompa ke 3 unit mikro filter yang dapat menyaring padatan sampai ukuran 1 mikron. Kemudian, dari unit mikro filter air ke unit sterilisator ultraviolet untuk membunuh mikroba. Air yang keluar dari unit sterilisator ultra violet adalah air olahan yang siap minum langsung tanpa dimasak dan dapat langsung dibotolkan.

Pengolahan Air Hujan Versi Komunitas

Cara pengolahan air dengan metode lebih sederhana juga dikembangkan sejumlah komunitas pemanen air hujan di sekitar Magelang, Klaten dan Jogja dan sejumlah daerah lain.

Misalnya ialah cara pengolahan air hujan menjadi air siap minum yang dilakukan oleh Komunitas Banyu Bening di Sleman (DI Yogyakarta) dan Komunitas Kandang Udan di Desa Bunder, Klaten (Jawa Tengah).

Caranya ialah dengan menampung air hujan yang turun langsung dari langit atau talang ke bak-bak plastik. Air hujan kemudian disaring dengan kain atau gabus busa, jika banyak bercampur debu. Air hujan juga bisa sekedar didiamkan agar debu-debu mengendap.

Kemudian, air hujan dimasukkan ke dalam dua tabung plastik ( berlabel foodgrade) yang saling terhubung, seperti membentuk bejana berhubungan. Lalu, air di dua tabung itu dialiri listrik DC. Proses penyetruman atau elektrolisis tersebut untuk mengatur tingkat pH air hujan.

Cara komunitas itu mengolah air hujan bisa dilihat pada video unggahan di youtube di link ini atau link ini.

Baca juga:

  • Doa Ketika Turun Hujan, Bentuk Syukur Manusia Agar Air Bermanfaat
  • Cara Tetap Sehat Saat Musim Hujan: Rajin Olahraga & Konsumsi Buah
  • Prediksi BMKG: Awal Musim Hujan di Indonesia Mundur November 2019

Baca juga artikel terkait HUJAN atau tulisan menarik lainnya Addi M Idhom
(tirto.id - add/agu)


Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA